Cerita Bersambung: Kusuma dan Kelas Teknik (Part 1)
Matahari baru saja bangkit, menyiramkan cahayanya ke kaca jendela kamar Kusuma. Suara ayam berkokok di belakang rumah seperti alarm alami yang tak pernah absen. Kusuma, seorang remaja kelas 10 SMA, menarik selimutnya lebih erat, seolah memproklamirkan dirinya sebagai penghuni abadi dunia mimpi. Tapi suara ibunya—lebih nyaring dari ayam mana pun—membuyarkan semuanya.
"Kusuma! Bangun! Kalau telat lagi, jangan harap kamu bisa ikut kelas teknik favoritmu itu!"
Itu saja sudah cukup. Kusuma melompat dari tempat tidur, rambutnya acak-acakan, dan matanya masih setengah tertutup. Hari ini adalah hari istimewa. Bukan karena ulang tahunnya atau pengumuman hasil ujian, melainkan karena kelas pertama pelajaran teknik akan dimulai.
Di sekolah, suasana sudah ramai. Kusuma segera menuju ruang bengkel, tempat kelas itu diadakan. Bangunan kecil di pojok sekolah itu selalu membuatnya penasaran. Mesin-mesin besar, alat-alat yang mengilat, dan bau logam yang khas. Hari ini, Kusuma akhirnya akan masuk ke sana.
"Kamu tahu, Su?" ujar Widi, teman sebangkunya yang terkenal cerewet, "Pak Budi itu bukan cuma guru teknik, dia juga pelawak sekolah. Hati-hati, jangan sampai kamu tersinggung kalau dia mulai bercanda."
Kusuma hanya mengangguk. Ia tidak begitu peduli dengan reputasi Pak Budi. Baginya, yang penting adalah belajar sesuatu yang baru.
Begitu pintu bengkel terbuka, suasana langsung berubah. Pak Budi, seorang pria tambun dengan kemeja kebesaran dan dasi bergambar obeng, menyambut mereka dengan senyum lebar.
"Selamat datang di bengkel teknik! Tempat di mana kita belajar menjadi ahli mesin sekaligus ahli humor! Kalau kalian serius-serius saja di sini, kalian tidak akan bertahan. Tapi kalau kalian terlalu santai, mesin ini yang akan mengajari kalian disiplin!"
Semua tertawa. Kusuma pun tak kuasa menahan senyum.
"Lho, kamu ini baru pertama kali masuk teknik, ya?" tanya Pak Budi sambil menunjuk Kusuma.
"I-iya, Pak," jawab Kusuma, sedikit gugup.
"Bagus, semangatmu kelihatan. Tapi rambutmu itu, kenapa mirip baut lepas, ya? Kita betulin dulu biar tidak bikin mesin berhenti jalan!"
Seluruh kelas meledak dalam tawa. Kusuma ikut tertawa meski wajahnya sedikit memerah. Rupanya, kelas teknik ini bukan hanya soal mesin, tapi juga soal bagaimana menikmati setiap momen kecilnya.
Hari pertama itu, Kusuma belajar mengamati mesin bubut, mengenal alat-alat dasar, dan tentu saja, belajar menghadapi guyonan-guyonan Pak Budi yang tak henti-hentinya membuat kelas riuh.
Di akhir hari, saat matahari mulai tenggelam, Kusuma menyadari satu hal. Perjalanan panjangnya di dunia teknik baru saja dimulai, dan sepertinya, ini akan menjadi petualangan yang penuh tawa.