[iklan]

OLAH SUARA - PEMERANAN (Teater)

OLAH SUARA
Suara adalah unsur penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi auditif atau sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran. Dalam kenyataannya, suara dan bunyi itu sama, yaitu hasil getaran udara yang datang dan menyentuh selaput gendang telinga.
Akan tetapi, dalam konvensi dunia teater kedua istilah tersebut dibedakan. Suara merupakan produk manusia untuk membentuk kata-kata, sedangkan bunyi merupakan produk benda-benda.
Suara dihasilkan oleh proses mengencang dan mengendornya pita suara sehingga udara yang lewat berubah menjadi bunyi. Dalam kegiatan teater, suara mempunyai peranan penting, karena digunakan sebagai bahan komunikasi yang berwujud dialog. Dialog merupakan salah satu daya tarik dalam membina konflik-konflik dramatik. Kegiatan mengucapkan dialog ini menjadi sifat teater yang khas.
Suara adalah lambang komunikasi yang dijadikan media untuk mengungkapkan rasa dan buah pikiran. Unsur dasar bahasa lisan adalah suara. Prosesnya, suara dijadikan kata dan kata-kata disusun menjadi frasa serta kalimat yang semuanya dimanfaatkan dengan aturan tertentu yang disebut gramatika atau paramasastra.


Pemilihan kata-kata memiliki peranan dalam aturan yang dikenal dengan istilah diksi. Selanjutnya, suara tidak hanya dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya, dan cepat lambatnya sesuai dengan situasi dan kondisi emosi. Itulah yang disebut intonasi. Suara merupakan unsur yang harus diperhatikan oleh seseorang yang akan mempelajari teater.
Kata-kata yang membawa informasi yang bermakna. Makna kata-kata dipengaruhi oleh nada. Misalnya, kalimat, “Yah, memang, kamu sekarang sudah hebat..... ”. Maka, nada suara yang terlontarkan, menunjukkan maksud memuji atau sebenarnya ingin mengatakan, “kamu belum bisa apa-apa”. Banyak lagi contoh yang menunjukkan tentang makna suara. Misalnya, dalam situasi tertentu tidak mampu mengungkapkan maksud yang sebenarnya, sehingga secara tidak sadar mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki. Maksud tersembunyi seperti itu disebut subtext.


Seorang pemeran dalam pementasan teater menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa tubuh dan bahasa verbal yang berupa dialog.
Bahasa tubuh bisa berdiri sendiri, dalam arti tidak dibarengi dengan bahasa verbal. Akan tetapi, bisa juga bahasa tubuh sebagai penguat bahasa verbal.
Dialog yang diucapkan oleh seorang pemeran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pementasan naskah drama atau teks lakon. Hal ini disebabkan karena dalam dialog banyak terdapat nilai-nilai yang bermakna. Jika lontaran dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya, maka nilai yang terkandung tidak dapat dikomunikasikan kepada penonton. Hal ini merupakan kesalahan fatal bagi seorang pemeran.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang pemeran tentang fungsi ucapan, yaitu sebagai berikut.
a. Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari teks lakon kepada penonton.
b. Memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara.
c. Memuat informasi tentang sifat dan perasaan peran, misalnya:
umur. kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah, dan sebagainya.
d. Mengendalikan perasaan penonton seperti yang dilakukan oleh musik.

e. Melengkapi variasi.
Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiran-pikiran penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekedar hasil hafalan saja, maka dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan kalimat dialog. Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan yang hendak dikomunikasikan kepada penonton.

2.1 Persiapan
Sebelum melakukan latihan olah suara sebaiknya mempelajari organ produksi suara. Organ produksi suara pada manusia terbagi menjadi tiga, yaitu organ pernafasan, resonator, dan organ pembentuk kata. Organ pernafasan terdiri dari hidung, tekak atau faring, pangkal tenggorokan atau laring, batang tenggorokan atau trakea, cabang tenggorokan atau bronkus, paru-paru, serta pita suara. Resonator terdiri dari: rongga hidung, rongga mulat, dan rongga dada. Sedangkan organ pembentuk kata terdiri lidah, bibir, langit-langit mulut, dan gigi.

Hidung atau nasal adalah saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang, dipisahkan oleh sekat dan di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran-kotoran yang masuk dalam rongga hidung. Fungsi dari hidung adalah bekerja sebagai saluran keluar masuknya udara. Tekak atau faring adalah tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Letak tekak terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan mulut pada bagian depan ruas tulang leher. Pangkal tenggorokan atau laring adalah saluran udara dan bertindak sebagai pembentukkan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Batang tenggorokan atau trakea adalah merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh enam belas sampai dengan dua puluh cincin tulang rawan dan berbentuk kuku kuda atau huruf “C”. Trakea diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar dan hanya bergerak ke arah luar. Fungsi bulu getar ini adalah mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara.
Cabang tenggorokan atau bronkus adalah lanjutan dari trakea yang terdiri dari dua buah cabang yang menuju paru-paru. Paru-paru adalah organ tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung dan berjumlah kurang lebih 700.000.000 (tujuh ratus juta) gelembung di paru-paru kanan dan kiri.


2.2 Pemanasan
Setelah mengetahui macam-macam, letak, dan fungsi dari organ produksi suara, maka latihan pemanasan siap dilakukan. Fungsi pemanasan ini adalah mengendorkan otot-otot organ produksi suara.
Latihan pemanasan olah suara diawali dengan senam wajah, senam lidah, dan senam rahang. Pedoman latihan olah suara adalah sebagai berikut.
a. Konsentrasi dan sadar pada pekerjaan. Kesadaran ini akan memicu kepada ingatan kita.
b. Santai dan lakukan pengulangan-pengulangan dalam latihan ini karena otot-otot organ tubuh kita bukan suatu hal yang mekanis tetapi lebih bersifat ritmis.
c. Hindari keteganggan dan lakukan segala sesuatu dengan wajar secara alami.
d. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, jangan lakukan latihan secara terburu-buru. Beri kesempatan otot-otot dan persendian untuk menyesuaikan khendak kita.
e. Lakukan semua latihan ini dimulai dari tempo lambat sampai dengan tempo cepat.


2.2.1 Senam Wajah
a. Dahi dikerutkan ke atas, tahan, dan lepaskan. Lakukan
latihan ini 8 kali.
b. Arahkan otot-otot wajah ke kanan, tahan, dan lepaskan.
Lakukan latihan ini 8 kali.
c. Arahkan otot-otot wajah ke kiri, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.

d. Arahkan otot-otot wajah ke bawah, tahan, dan lepaskan.
Lakukan latihan ini 8 kali.

e. Buka mulut selebar mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
f. Bibir dikatupkan dan arahkan ke depan sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
g. Bibir dikatubkan dan arahkan ke kanan sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
h. Bibir di katupkan dan arahkan ke kiri sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
i. Bibir ditarik ke belakang sejauh mungkin sampai kita meringis, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
j. Bibir dikatupkan dan putar searah jarum jam, lakukan 8  hitungan, terus kearah sebaliknya, 8 kali.
k. Ucapkan u...o...o...o...a... ( huruf o diucapkan seperti pada kata soto), kemudian diucapkan dengan sebaliknya. Posisi lidah tetap datar pada mulut, tenggorokan tetap terbuka lebar dan rahang rileks.
l. Ucapkan me...mo...me...mo...me...mo...me...mo...me (me diucapkan seperti pada kata medan).

 
Senam wajah

Senam Lidah

Senam Rahang Bawah

a. Gerakkan rahang bawah dengan cara membuka dan
menutup, lakukan 2 x 8 hitungan.
b. Gerakkan rahang bawah ke kiri dan kanan secara bergantian,
lakukan 2 x 8 hitungan.
c. Gerakkan rahang bawah ke depan dan ke belakang secara
bergantian. Lakukan 2 x 8 hitungan.
d. Gerakkan rahang bawah melingkar sesuai dengan arah jarum
jam dan ke arah sebaliknya, lakukan 8 hitunngan searah jarum
jam dan 8 hitungan kearah sebaliknya.
e. Ucapkan dengan riang, ceria, gembira dan rileks:
da....da....da.... da..... da..... da.... kemudian
la....la.....la....la.....la.....la.... Latihan ini bisa dengan huruf
konsonan yang lain yang digabung dengan huruf vokal a.
Senam rahang bawah




Latihan Tenggorokan
a. Ucapkan lo...la...le...la...lo...- lo...la...le...la...lo...-
lo...la...le...la...lo... Lakukan latihan ini dengan santai, semakin
lama semakin keras teatpi tenggorokan jangan teggang.
b. Nyanyikan dengan tenggorokan tetap terbuka
la...la...la...la...laf... – la...la...la...la...los... – la...la...la...la...lof...


Berbisik
a. Lafalkan huruf vokal (a...i...u...e...o...) tanpa mengeluarkan
suara. Dalam latihan ini yang diutamakan adalah kontraksi
otot-otot bibir, wajah dan rahang.
b. Lafalkan huruf c... d... l... n... r... s... t... tanpa mengeluarkan
suara. Latihan ini juga berfuungsi untuk melenturkan lidah.
c. Lafalkan huruf konsonan dengan tanpa mengeluarkan suara.

d. Lafalkan kata dan kalimat pendek tanpa mengeluarkan suara.
Latihan ini diutamakan pengejaan tiap suku kata, baik dalam
kata maupun dalam kalimat.
2.2.6 Bergumam
Fungsi bergumam adalah sebagai pemanasan organ produksi
suara. Tahap latihan berguman adalah sebagai berikut.
a. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam.,
Fokus gumaman ini pada rongga dada. Rasakan getaran pada
rongga dada pada waktu kita bergumam. Lakukan latihan ini 8
kali.
b. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam.,
Fokus gumaman ini pada batang tenggorokan atau trakea.
Rasakan getaran pada batang tenggorokan pada waktu kita
bergumam. Lakukan latihan ini 8 kali.
c. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam,
fokus gumaman ini pada rongga hidung atau nasal. Rasakan
getaran pada rongga hidung pada waktu kita bergumam,
biasanya ujung hidung akan terasa gatal. Lakukan latihan ini 8
kali.


2.2.7 Bersenandung
Fungsi latihan bersenandung adalah untuk pemanasan organ produksi suara sekaligus untuk melatih penguasaan melodi.
a. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung.
Lakukan latihan ini mulai dari nada rendah sampai nada yang tinggi. Misalnya dengan suku kata NA disenandungkan sesuai dengan tangga nada (do, re, mi, fa, sol, la, si, do). Lakukan 8 kali pengulangan.
b. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung dengan tidak sesuai tangga nada.


2.3 Latihan-latihan
2.3.1 Pernafasan

Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
mengandung karbondioksida. Proses menghirup udara disebut inspirasi
dan proses menghembuskan udara ini disebut ekspirasi. Fungsi
pernafasan secara fisiologi adalah mengambil oksigen yang kemudian
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran serta
mengeluarkan karbondioksida sisa pembakaran, kemudian dibawa oleh
darah ke paru-paru untuk dibuang. Di dalam seni teater, pernafasan
berhubungan dengan produksi suara.

Terbentuknya suara merupakan hasil kerja sama antara rongga
mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Proses terbentuknya suara
adalah sebagai berikut: antara kedua pita suara dimasuki aliran udara,
maka tulang rawan gondok dan tulang rawan bentuk beker diputar.
Akibatnya, pita suara menjadi kencang dan mengendor. Dengan
demikian sela udara menjadi sempit atau luas. Pergerakan ini dibantu
oleh otot-otot laring, kemudian udara dari paru-paru dihembuskan dan
menggetarkan pita suara. Getaran diteruskan melalui udara yang keluar
dan masuk.
Penguasaan suara dalam pemeranan pada dasarnya adalah
penguasaan organ produksi suara, serta penguasaan diri secara utuh.
Kedudukan suara sebagai salah satu alat ekspresi dan totalitas diri
seorang pemeran. Pengertian ‘penguasaan diri secara utuh’ menuntut
suatu keseimbangan seluruh aspek, baik yang menyangkut kegiatan
indrawi, perasaan, atau pikiran. Sebelum latihan olah suara, perlu
dilakukan latihan pernafasan sebagai berikut.


2.3.1.1 Latihan Pernafasan Dasar
a. Posisi berdiri dan tarik nafas, tahan, hembuskan. Latihlah
nafas segi tiga dengan santai dan lakukan 8 kali pengulangan.
b. Posisi masih berdiri dan lakukan nafas segi tiga dengan
menaikan tangan sampai sebatas bahu dan menurunkannya.
Pada saat menaikan tangan kita menarik nafas dan pada saat
tangan diturunkan nafas dihembuskan. Ketika
menghembuskan nafas lakukan dengan cara mendesis,
lakukan 8 kali.
c. Posisi masih berdiri, tangan di samping badan, terus tangan
diangkat sambil menghirup nafas panjang sampai tangan
tegak lurus ke atas, tahan, hembuskan nafas sambil berdesis
dibarengi dengan menurunkan tangan sampai telapak tangan
menyentuh lantai lakukan 8 kali.

Pose latihan pernafasan


Latihan Pernafasan Perut
Ciri dari pernafasan perut adalah pada waktu menghirup udara,
rongga perut mengembang untuk memberi ruang yang leluasa bagi paruparu
dalam menyimpan udara. Pernafasan ini juga ditandai dengan naik
turunnya sekat diafragma yang terdapat di antara rongga dada dan
rongga perut.
a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut sampai optimal, tahan, hembuskan.
Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut sampai optimal, tahan, dan
hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut sampai optimal, tahan, dan
hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan
ini 8 kali pengulangan.
d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut secara optimal dan hembuskan.
Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik dan
menghembuskan.
e. Variasi latihan pernafasan perut ini bisa dilakukan dengan
cara duduk maupun berbaring santai.
f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara
seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula
sebaliknya ketika menghembuskan nafas.


2.3.1.3 Latihan Pernafasan Dada
Ciri dari pernafasan dada adalah pada waktu kita menghirup
udara rangka dada mengembang untuk memberikan ruang leluasa bagi
paru-paru dalam menyimpan udara. Latihlah sampai nafas dada ini
terkuasai.


a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal, tahan, hembuskan.
Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal, tahan, dan hembuskan
sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal, tahan, dan hembuskan
sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal dan hembuskan.
Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik dan
menghembuskan.
e. Variasi latihan pernafasan dada ini bisa dilakukan dengan cara
duduk maupun berbaring santai.
f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara
seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula
sebaliknya ketika menghembuskan nafas.


2.3.1.4 Latihan Pernafasan Diafragma
Fokus nafas diarahkan pada sekat antara rongga dada dan
rongga perut yang disebut dengan sekat diafragma. Ciri dari pernafasan
diafragma adalah otot-otot sekat diafragma akan mengembang dan
mendatar ketika menghirup udara dan mencekung ketika
menghembuskan nafas. Sekat diafragma terletak persis di bawah rongga
dada dan di atas perut. Latihlah sampai nafas diafragma ini terkuasai.
a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan,
hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan, dan
hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan, dan
hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan
ini 8 kali pengulangan.
d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal dan
hembuskan. Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik
dan menghembuskan.
e. Variasi latihan pernafasan diafragma ini bisa dilakukan dengan
cara duduk maupun berbaring santai.

f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara
seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula
sebaliknya ketika menghembuskan nafas.


2.3.2 Diksi
Diksi berasal dari kata dictionary (kamus), yaitu pemilihan kata
untuk mengekspresikan ide-ide yang tepat dan selaras. Diksi dapat
diartikan, kata-kata sebagai satu kesatuan arti. Dalam pelatihan ini, diksi
(diction) dimaksudkan sebagai latihan mengeja atau berbicara dengan
keras dan jelas. Latihan diksi berfungsi untuk memberi kejelasan kata
yang diucapkan. Banyak pemeran yang menyangka bahwa untuk dapat
didengar hanya perlu berbicara keras, padahal yang dibutuhkan tidak
sekedar itu, tetapi pengucapan yang jelas. Dalam bahasa Indonesia huruf
yang hampir sama pengucapannya adalah huruf p dengan b, t dengan d,
dan k dengan g. Latihan diksi dimulai dari membedakan huruf , kemudian
diaplikasikan pada kata dan kalimat.


2.3.2.1. Latihan Membedakan Huruf
a. Membedakan huruf P dan B, latihlah sesuai dengan ketukan.
p.......... p.......... p.......... p..........
pp........ pp........ pp........ pp........
ppp...... ppp...... ppp...... ppp......
pppp.....pppp.....pppp.....pppp....
ppppp.. ppppp.. ppppp.. ppppp..
b.......... b.......... b.......... b..........
bb........ bb........ bb........ bb........
bbb...... bbb...... bbb...... bbb......
bbbb.....bbbb.....bbbb.....bbbb....
bbbbb.. bbbbb.. bbbbb.. bbbbb..
b. Membedakan huruf T dan D, latihlah sesuai dengan ketukan.
t.......... t.......... t.......... t............
tt..... ... tt......... tt......... tt...........
ttt........ ttt........ ttt........ ttt..........
tttt........tttt........tttt........tttt.........
ttttt...... ttttt...... ttttt...... ttttt........
d.......... d.......... d.......... d..........
dd........ dd........ dd........ dd........
ddd...... ddd...... ddd...... ddd......
dddd.....dddd.....dddd.....dddd....
ddddd.. ddddd.. ddddd.. ddddd..

c. Membedakan huruf K dan G, latihlah sesuai dengan ketukan.
k.......... k.......... k.......... k..........
kk........ kk........ kk........ kk........
kkk...... kkk....... kkk...... kkk......
kkkk.....kkkk......kkkk.....kkkk......
kkkkk.. kkkkk .. kkkkk .. kkkkk ..
g.......... g.......... g.......... g..........
gg........ gg........ gg........ gg........
ggg...... ggg...... ggg...... ggg......
gggg.....gggg.....gggg.....gggg....
ggggg.. ggggg.. ggggg.. ggggg..
d. Kombinasikan latihan huruf-huruf tersebut.
p.......... b.......... p.......... b..........
pb........ pb........ bp........ bp........
pbp...... pbp...... pbp...... pbp......
pbbp.....pbbp.....pbbp.....pbbp....
ppbpp.. ppbpp.. ppbpp.. ppbpp..
t........... d.......... t........... b..........
dt......... td......... dt......... td.........
tdt....... dtd........ tdt....... dtd........
dttd.......tddt.......dttd.......tddt......
ddtdd.... ttdtt..... ddtdd.... ttdtt.....
k.......... g.......... k.......... g..........
kg........ gk........ kg........ gk........
kgk...... gkg...... kgk...... gkg......
gkkg.....kggk.....gkkg.....kggk.....
ggkgg.. kkgkk.. ggkgg.. kkgkk..


2.3.2.2 Latihan Kata
a. Latihan ini dilakukan dengan cara menggabungkan hurufhuruf
tersebut di atas dengan huruf vokal. Misalnya pa dengan
ba atau ta dengan da, ki dengan gi dan seterusnya.
b. Latihan diteruskan sudah dalam bentuk kata, misalnya:
- Apabila
- Perpustakaan
- Begitu
- Kudengar
- Menyambut
- Luput
- Dan seterusnya, serta cari kata yang dalam suku
katanya terdapat huruf-huruf seperti di atas.

Latihan Kalimat
a. Latihan ini dilakukan dengan cara mengeja dengan benar.
bacalah dengan pelan-pelan dan rasakan gerak organ
produksi suara yang terlibat serta rasakan posisi organ
tersebut.
Kakek : Tengah malam nanti, apabila angin mendayu dan bulan
luput dari mata. Akan datang sebuah kereta kencana
untuk menyambut kita berdua. Waktu itu aku sedang
mencari-cari buku harianku di kamar perpustakaan, lalu
kudengar suara itu isinya kurang lebih begitu tapi aku
tak tahu bagaimana persisnya.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )
b. Setelah itu baca sekali lagi dan rekam untuk membedakan
hasilnya, perhatikan huruf-huruf yang digaris bawahi dan
dicetak tebal.
Kakek : Tengah malam nanti, apabila angin mendayu dan bulan
luput dari mata. Akan datang sebuah kereta kencana
untuk menyambut kita berdua. Waktu itu aku sedang
mencari-cari buku harianku di kamar perpustakaan, lalu
kudengar suara itu isinya kurang lebih begitu tapi aku
tak tahu bagaimana persisnya.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )


2.3.3 Artikulasi
Artikulasi adalah hubungan antar otot, hubungan antara yang
dikatakan dan cara mengatakanya. Artikulasi adalah satu ekspresi suara
yang kompleks. Ekspresi suara dalam teater bersumber dari wicara tokoh
atau dialog antartokoh. Dialog yang ditulis oleh penulis naskah seperti
sebuah partitur musik yang penuh dengan irama, bunyi-bunyian, tandatanda
yang dinamis, yang semuanya dibutuhkan untuk karakter peran.
Dalam latihan artikulasi yang perlu diperhatikan adalah bunyi
suara yang keluar dari organ produksi suara. Bunyi suara meliputi bunyi
suara nasal (di rongga hidung), dan bunyi suara oral (di rongga mulut).
Bunyi nasal muncul ketika langit-langit lembut di rongga mulut diangkat
dan diturunkan, dan membuka jalan untuk aliran udara lewat menuju
rongga hidung. Di dalam tongga hidung udara beresonansi menghasilkan
bunyi. Bunyi nasal meliputi huruf m, n, ny, dan ng.
Bunyi suara dibagi menjadi dua, yaitu bunyi suara vokal dan bunyi
suara konsonan. Bunyi vokal atau huruf hidup diproduksi dari bentuk
mulut yang terbuka, misalnya a, i, u, e, o, dan diftong (kombinasi dua  huruf hidup, misalnya au, ia, ai, ua dan lain-lain). Bunyi konsonan
diproduksi ketika aliran nafas dirintangi atau tertahan di mulut.
Bunyi konsonan dipengaruhi posisi dimana aliran udara dirintangi
dan seberapa besar rintangannya. Misalnya, gutural yaitu bagian
belakang lidah menyentuh bagian belakang mulut akan menghasilkan
bunyi yang berisik dan tidak jelas. Palatal belakang, yaitu bagian
belakang lidah diangkat dan bersentuhan dengan langit-langit lembut
akan menghasilkan huruf seperti g. Palatal tengah, yaitu bagian tengah
lidah diangkat dan bersentuhan dengan langit-langit keras akan
menghasilkan bunyi k. Dental, yaitu lidah digunakan bersama dengan
bagian gusi belakang gigi depan di atas dan menghasilkan bunyi t.
Labial, yaitu bibir bagian bawah bersatu dengan gigi bagian atas untuk
membuat bunyi huruf f atau bibir dengan bibir bersatu untuk membuat
bunyi huruf b.
Resonansi konsonan lebih kecil tetapi lebih tajam dibandingkan
dengan bunyi resonasi huruf hidup. Konsonan berarti, “berbunyi dengan”.
Hal ini mengindikasikan bahwa bunyi konsonan tidak bisa menciptakan
satu suku kata tetapi harus dikombinasikan dengan huruf hidup atau
vokal.


2.3.3.1 Latihan Huruf
a. Lafalkan huruf-huruf konsonan dan rasakan organ produksi
suara mana saja yang terpengaruh serta bagaimana posisi
dari organ produksi suara tersebut. Lakukan latihan ini 8 kali
ulangan.
b. Lafalkan huruf-huruf vokal, dan rasakan organ produksi suara
mana saja yang terpengaruh serta bagaimana posisi dari
organ produksi suara tersebut. Lakukan latihan ini 8 kali
ulangan.
c. Lafalkan huruf-huruf nasal, dan rasakan organ produksi suara
mana saja yang terpengaruh serta bagaimana posisi dari
organ produksi suara tersebut. Lakukan latihan ini 8 kali
ulangan.
d. Lafalkan huruf-huruf diftong, dan rasakan organ produksi
suara mana saja yang terpengaruh serta bagaimana posisi
dari organ produksi suara tersebut. Lakukan latihan ini 8 kali
ulangan.


2.3.3.2 Latihan Kata
a. Lafalkan kata ini, dari tempo lambat ke tempo yang cepat.
􀁸 buru... babi... rubu... bara... babu... baru... raba... rusa...
rubah. Lakukan latihan ini sesering mungkin untuk
melemas organ produksi suara serta cari kemungkinankemungkinan
kata yang lain 􀁸 burubabibarurusarubah... burubabibarurusarubah....
Lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari
kemungkinan-kemungkinan yang lain.
b. Lafalkan kata-kata yang berakhiran huruf mati (konsonan).
kecenderungan pemeran kurang jelas dalam mengucapkan
kata-kata yang berakhiran huruf konsonan, misalnya
􀁸 Badan, sering terdengar sebagai bada
􀁸 Tegas, sering terdengar sebagai tega
􀁸 Gatal, sering terdengar sebagai gata
􀁸 Geram, sering terdengar sebagai gera
c. Lafalkan kata-kata yang berawal dan atau berakhir dengan
bunyi nasal.
􀁸 Nyanyi........ ngambek....... ngungsi....... nyiram..........
nyuci..... nyulam
􀁸 Makan......... malam.......... nasi........ nangis.........
masak........ makar....... uang.........sayang....... lakukan
latihan ini sesering mungkin dan cari kemungkinankemungkinan
kata yang lain.
􀁸 Makanmalamnasinangis......masakmakaruangsayang.......
lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari
kemungkinan-kemungkinan kata yang lain.
d. Lafalkan kata-kata yang mengandung huruf diftong.
􀁸 Tua.....dia.....engkau.......wahai......dua......siang......
saing....... lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari
kemungkinan-kemungkinan kata yang lain.
􀁸 Tuadiaengkauwahaiduasiangsaing.......Tuadiaengkauwa....
........ haiduasiangsaing...... lakukan latihan ini sesering
mungkin dan cari kemungkinan-kemungkinan kata yang
lain.
 

2.3.3.3 Latihan Kalimat
a. Baca monolog dalam kutipan naskah ini secara pelan-pelan,
perhatikan bunyi konsonan, bunyi nasal dan bunyi vokal serta
bunyi diftongnya.
Nenek : Aku tahu, aku juga mendengarnya. Engkau dua orang
tua yang selalu bergandengan tangan dan bercinta,
sementara siang dan malam berkejaran dua abad
lamanya.

Wahai...............wahai.... dengarlah aku memanggilmu,
datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan
kukirimkan kereta kencana untuk menjemput kau
berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin. Musim
gugur menampari pepohonan dan daun-daunan yang
berpusing.
Wahai........... wahai........... di tengah malam di hari ini
akan kukirimkan kereta kencana. Kereta kencana
sepuluh kuda satu warna.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )
b. Coba latih sekali lagi dengan fokus pada huruf diftong dan
ucapkan dengan lambat untuk mengeksplorasi dan
merasakan ayunan dari satu huruf ke huruf hidup lainnya, dan
rasakan organ produksi suara yang menimbulkan dan dimana
letaknya.
Nenek : Aku tahu, aku juga mendengarnya. Engkau dua orang
tua yang selalu bergandengan tangan dan bercinta,
sementara siang dan malam berkejaran dua abad
lamanya.
Wahai...............wahai....... dengarlah aku memanggilmu,
datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan
kukirimkan kereta kencana untuk menjemput kau
berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin. Musim
gugur menampari pepohonan dan daun-daunan yang
berpusing.
Wahai........... wahai........... di tengah malam di hari ini
akan kukirimkan kereta kencana. Kereta kencana
sepuluh kuda satu warna.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco terjemahan W.S. Rendra)
c. Coba latihan sekali lagi dengan fokus pada huruf konsonan g,
k, t, f, b, bunyi nasal (m, n, ng), c, dan j, dan rasakan organ
produksi suara yang menimbulkan dan dimana letaknya.
Bedakan betul huruf-huruf tersebut dan rekam untuk
mendengarkan ketidaktepatan pengucapan huruf-huruf yang
dilatih tersebut.
Nenek : Aku tahu, aku juga mendengarnya. Engkau dua orang
tua yang selalu bergandengan tangan dan bercinta,
sementara siang dan malam berkejaran dua abad
lamanya.

Wahai...............wahai....... dengarlah aku memanggilmu,
datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan
kukirimkan kereta kencana untuk menjemput kau
berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin. Musim
gugur menampari pepohonan dan daun-daunan yang
berpusing.
Wahai........... wahai........... di tengah malam di hari ini
akan kukirimkan kereta kencana. Kereta kencana
sepuluh kuda satu warna.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )


2.3.4 Intonasi
Intonasi (intonation) adalah nada suara, irama bicara, atau alunan
nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak
monoton. Intonasi menentukan ada tidaknya antusiasme dan emosi
dalam berbicara. Fungsi intonasi adalah membuat pembicaraan menjadi
menarik, tidak membosankan, dan kalimat yang diucapkan lebih
mempunyai makna. Intonasi berperan dalam pembentukan makna kata,
bahkan bisa mengubah makna suatu kata.
Seorang pemeran harus menguasai intonasi dalam suara, karena
dengan suara ia akan menyampaikan pesan-pesan yang terkandung
dalam naskah lakon. Maka dari itu, latihan penguasaan penggunaan
intonasi suara menjadi hal yang sangat penting bagi seorang pemeran.
Kekurangan-kekurangan atau hambatan terhadap intonasi suara akan
merugikan. Intonasi dapat dilatih melalui jeda, tempo, timbre, dan nada.


2.3.4.1 Jeda
Jeda adalah pemenggalan kalimat dengan maksud untuk
memberi tekanan pada kata dan berfungsi untuk memunculkan rasa ingin
tahu lawan bicara, maupun penonton. Syarat penggunaan jeda adalah
harus ada yang ditonjolkan atau dikesankan kepada lawan bicara
maupun kepada penonton, baik penonjolan pada kata maupun nada
bicara. Terlalu banyak penggunaan jeda akan berakibat terlalu banyak
penonjolan. Jadi dalam penggunaan jeda kita harus hemat dan selektif.
Latihan Penggunaan Jeda.
a. Baca kutipan dialog berikut tanpa penggunaan jeda dan
rasakan efeknya.
LEAR : Kau kenal aku, sobat?
KENT : Tidak, tuan; tapi ada sifat tuan yang saya inginkan
sebagai majikan saya
LEAR : Yaitu?

KENT : Kewibawaan.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare
terjemahan Trisno Sumardjo )
b. Baca sekali lagi dan gunakan jeda pada bagian yang diberi
keterangan.
LEAR : Kau kenal aku, sobat?
KENT : Tidak, tuan; tapi ada sifat tuan yang saya inginkan
sebagai majikan saya
LEAR : Yaitu?
KENT : (diberi jeda tiga hitungan) Kewibawaan.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare
terjemahan Trisno Sumardjo )


2.3.4.2. Tempo
Tempo adalah cepat lambatnya suatu ucapan. Fungsi tempo
adalah untuk menekankan suatu kata yang kita harapkan masuk ke alam
bawah sadar penonton maupun lawan bicara. Tempo dalam teater tidak
seperti dalam musik yang bisa dihitung atau diberi tanda tertentu,
misalnya empat perempat, tiga perempat, dua pertiga. Tempo dalam
dialog adalah tempo yang tepat yaitu tempo yang tumbuh dari dalam jiwa
pemeran yang diciptakan berdasarkan kebutuhan penggambaran situasi
perasaan dan kejiwaan peran.
Latihan Penggunaan Tempo
a. Bacalah kutipan dialog berikut secara datar tanpa penggunaan
tempo. Rasakan kejanggalannya. Apakah pengucapan kalimat
tersebut memiliki makna?
EDMUND : Ingat-ingatlah, karena apa kau mungkin menyakitkan
hatinya; dan kuminta padamu, jangan dekati dia,
sampai sedikit waktu lagi akan padam api
kegusarannya yang kini bergolak dalam dirinya; tak
dapat diredakan, juga tidak, andaikata orang
menganiayamu.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare
terjemahan Trisno Sumardjo )
b. Baca sekali lagi dan gunakan tempo yang tepat. Misalnya,
kata atau kalimat yang digaris bawahi. Baca dengan tempo
yang lambat dan ditekan. Rasakan perbedaannya dengan
cara pemabacaan pada bagian a.

EDMUND : Ingat-ingatlah, karena apa kau mungkin menyakitkan
hatinya; dan kuminta padamu, jangan dekati dia,
sampai sedikit waktu lagi akan padam api
kegusarannya yang kini bergolak dalam dirinya; tak
dapat diredakan, juga tidak, andaikata orang
menganiayamu.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare
terjemahan Trisno Sumardjo )
Latihan membaca di atas mengisyaratkan maksud dialog tersebut, yaitu
Edmund melarang lawan bicaranya untuk tidak mendekati seseorang
yang telah gusar padanya. Meskipun, kalau dibaca semuanya tersirat
bahwa Edmund mempunyai tujuan khusus.


2.3.4.3 Timbre
Timbre adalah warna suara yang memberi kesan pada kata-kata
yang diucapkan. Untuk memunculkan timbre ini dilakukan dengan cara
memperberat atau memperingan tekanan suara kita. Penggunaan timbre
dalam suara adalah untuk memperbesar gema suara kita. Semakin
bergema dan berat suara, kesan yang ditangkap oleh penonton adalah
suatu kewibawaan. Semakin kecil gema dan ringan suara, kesan yang
ditangkap adalah suara yang tidak berwibawa.
Contoh: lafalkan kalimat berikut “pergilah..... dan jangan melihat
ke belakang lagi”. Ucapkan kalimat tersebut dengan suara yang
bergema dan berat. Kemudian ucapkan kalimat tersebut dengan
ringan dan tidak bergema. Suruh teman anda untuk memberi
penilaian dan merasakan kesan yang ditimbulkan oleh kata
tersebut.


2.3.4.4 Nada
Nada adalah tinggi rendahnya suara. Nada sangat berpengaruh
pada makna kata yang disampaikan kepada komunikan. Kata yang
diucapkan bisa berubah makna ketika nada yang digunakan tidak tepat.
Misalnya kata “pergi”, ketika nada yang digunakan pada kata tersebut
tidak benar bisa bermakna tanya, menyuruh, mengusir, atau makna yang
lain sesuai dengan nadanya.
Latihan penggunaan Nada
a. Bacalah dialog di bawah ini pelan-pelan dengan cara yang
monoton, tahan keinginan untuk membaca dengan menggunakan nada. Beri tanda di mana ingin membaca
dengan menggunakan nada.
Nenek : Jangan begitu! Ayolah! Bangkit dari lantai.
Kakek : Aku orang hina, tempatku di tanah.
Nenek : Tidak. Yang ditanah cuma cacing, pahlawanku selalu
berdiri di atas kedua kaki. Engkau pahlawan Perancis,
engkau pernah berjuang dan berperang untuk Perancis,
engkau pernah mendapatkan Legion d’honour, engkau
harus berdiri.
Kakek : Hidupku hampa dan sia-sia.
Nenek : Putra Perancis berdirilah!
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )
b. Bacalah sesuai tanda nada (dalam latihan ini, tanda yang
digunakan adalah: = (nada mendatar), 7 (nada menurun), dan
√ (nada meninggi) yang ada dan rekam untuk membetulkan
kalau ada ketidaktepatan supaya mudah untuk
memperbaikinya.

                 =        √             √        √               7
Nenek : Jangan begitu! Ayolah! Bangkit dari lantai.

                =              7         =              7
Kakek : Aku orang hina, tempatku di tanah.

                √               =                     7           √
Nenek : Tidak. Yang ditanah cuma cacing, pahlawanku

   =       √                   =                   =          √
selalu berdiri di atas kedua kaki. Engkau pahlawan

      √           √         =         √         =          √
Perancis, engkau pernah berjuang dan berperang

   =        √                         =
untuk Perancis, engkau pernah mendapatkan

     =          √            =         √
Legion d’honour, engkau harus berdiri.

                   =          7        =       7
Kakek : Hidupku hampa dan sia-sia.

                =                        √
Nenek : Putra Perancis berdirilah!

( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )


Wicara
Wicara adalah cara berbicara dan cara mengucapkan sebuah
dialog dalam naskah lakon. Penggunaan diksi, artikulasi dan intonasi,
diaplikasikan dalam wicara. Oleh karena suara adalah kendaraan
imajinasi pemeran, maka wicara harus dilakukan dengan memperhatikan
teknik olah suara. Dengan demikian, penonton menjadi jelas menangkap
makna kalimat yang diucapkan. Dengan mengolah suara dan cara
berbicara, maka peran yang dimainkan akan hidup dan memiliki ciri khas.
Rendra dalam bukunya Tentang Bermain Drama (1982) memberi
catatan tentang teknik ucapan. Teknik ini sangat bagus untuk melatih
cara mengucapkan dialog. Untuk mengecek bagaimana kualitas wicara,
bisa dilakukan dengan cara melipat salah satu daun telinga dan
menekankan pada kepala kemudian berbicara. Suara yang terdengar
melewati getaran tulang kepala itu mendekati gambaran suara yang
nyata. Cara ini membuat pemain terpisah dengan suaranya, sehingga
bisa meneliti suara yang diucapkan.
Cara yang kedua adalah dengan menggiatkan bibir atas, bibir
bawah, dan lidah. Seorang calon pemeran terkadang malas untuk
menggerakkan bibirnya karena kebiasaan dalam berbicara sehari-hari.
Untuk itu, seorang calon pemeran harus rajin melatih bibir dan lidahnya
supaya lebih aktif. Caranya dengan membaca sambil berbisik. Jika
seseorang tahu apa yang dibaca dengan berbisik, berarti bibir dan
lidahnya sudah aktif. Cara ini dapat digunakan untuk melatih artikulasi.
Artikulasi yang baik apabila mampu mengartikulasikan huruf hidup dan
huruf mati dengan sempurna. Suara huruf hidup memberikan keindahan
pada bunyinya sedang suara huruf mati memberikan kejelasan pada
ucapan.
Cara yang ketiga adalah dengan menghindari kebiasaan bersuara
melewati hidung. Suara yang melewati hidung tidak mendatangkan
wibawa dan terkesan lucu dan menjemukan. Hidung adalah organ
produksi suara dengan ruang resonansi yang kecil. Dengan ruang
tersebut suara tidak cukup mendapatkan ruang gema. Suara yang tidak
bergema adalah suara yang kehilangan kewibawaannya.
Cara yang keempat adalah menerapkan diksi dan intonasi dalam
wicara. Penerapan diksi dan intonasi ini membuat kualitas bicara tidak
menjemukan karena memunculkan irama. Selain itu juga akan
memunculkan makna dalam kata-kata. Dengan bermaknannya kata yang
diucapkan, maka proses komunikasi akan berjalan dengan lancar. Kalau
diksi dan intonasinya lemah akan memunculkan kesalahan komunikasi.
Dalam naskah lakon, perjalanan cerita diungkap melalui tokohnya.
Dari segenap pembicaraan ini dapat digali karakter dari masing-masing
tokoh. Ada empat jenis pembicaraan dalam naskah lakon, yaitu dialog,
monolog, solilokui, dan aside. Dialog adalah pembicaraan yang terjadi
antara tokoh satu dengan yang lain. Dari hasil pembicaraan ini maka
dapat diketahui sikap, perilaku, gaya, dan karakter yang terlibat. Dengan dialog, cerita, alur, dan tangga dramatik akan bergulir. Perhatikan kutipan
naskah di bawah ini.
Nenek : Jangan begitu! Ayolah! Bangkit dari lantai.
Kakek : Aku orang hina, tempatku di tanah.
Nenek : Tidak. Yang ditanah cuma cacing, pahlawanku selalu berdiri di atas kedua kaki. Engkau pahlawan Perancis, engkau pernah berjuang dan berperang untuk Perancis, engkau pernah mendapatkan Legion d’honour, engkau harus berdiri.
Kakek : Hidupku hampa dan sia-sia.
Nenek : Putra Perancis berdirilah!
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco terjemahan W.S. Rendra )
Monolog adalah pembicaraan panjang seorang tokoh di hadapan tokoh lain, dan hanya ia sendiri yang berbicara. Dalam monolog, tokoh bisa mengungkapkan pendapatnya mengenai persoalan yang dihadapi, sikapnya dalam menerima persoalan atau pandangan-pandangan hidupnya. Monolog mampu mengungkap karakter tokoh. Di bawah ini adalah contoh sebuah monolog.
Edmund : Itulah kegilaan paling hebat di dunia ini: bila kita merana dalam kebahagiaan – sering karena mual pada perbuatan sendiri – yang kita salahkan atas bencana kita ialah matahari, bulan, bintang; seolah kita jadi penjahat karena kodrat, gila karena paksaan falak; menjadidurjana, mencuri dan berkhianat karena suasana alam; mabuk, dusta dan berjinah karena terpaksa tunduk pada pengaruh sesuatu planit; dan segala kejahatan kita karena paksaan dewata. Ayahku bertemu dengan ibuku di bawah ekor naga dan lahirku di bawah beruang bersar, akibatnya aku menjadi kasar dan mesum. Uh! Aku punmenjadi seperti sekarang ini, karena bintang yang bersinar pada saat kelahiranku itu bintang yang paling suci! Edgar
Masuk Edgar
Itu dia datang sekonyong-konyong seperti malapetaka dari sandiwara kuno. Perananku adalah kemurungan jahat, dengan keluh seperti Tom dari rumah gila – O, gerhana itu meramalkan perceraian! Fa,Sol, La, Mi.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willliam Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo )

Jenis wicara lain yang menampilkan tokoh berbicara sendiri
adalah solilokui. Perbedaanya, dalam solilokui tokoh hanya tampil
sendirian di atas panggung sehingga ia bisa dengan bebas
mengungkapkan isi hatinya, rahasia-rahasia hidupnya, harapanharapannya,
dan bahkan rencana jahatnya. Solilokui memang
menghadirkan karakter tokoh secara detil dan personal sehingga
sebagian besar wataknya dapat ditemukan. Di bawah ini contoh solilokui.


ADEGAN II
Sebuah bangsal dalam puri Gloucester.
Masuk Edmund dengan surat di tangannya
EDMUND : Alam, engkaulah dewaku, pada hukummulah
Aku tunduk. Mengapa mau dirongrong adat kolot,
Dan sabar saja kalau menurut istiadat.
Aku tak dapat warisan, hanya karena lahirku
Dua belas atau empat belas bulan kemudian
Dari kakakku? Mengapa anak haram?
Padahal sosok tubuhku sama padatnya, otakkua
Sama sehatnya, dan ujudku
Sama tulennya dengan anak orang terhormat!
Mengapa
Aku dicap sebagai haram? Anak jadah? Haram?
Padahal akulah buah curian,
Kokoh, bergelora, lebih dari
Buah ranjang lemah, lesu, usang,
Gerombolan makluk pesolek, dibenihkan
Antara bangun dan tidur – Nah, Edgar yang sah,
tanahmu
Mesti kumiliki! Edmun anak haram ini,
Membagi cinta ayah kita bersama
Anak yang sah. Kata hebat itu: “yang sah”!
Nah, anak yang sah, jika surat ini berhasil
Dan maksud tercapai, maka Edmund yang haram
Akan mengatasi yang sah. Aku tumbuh. Aku subur.
O, dewata, bantulah kaum yang haram!
Masuk Gloucester
( diambil dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo )
Jenis wicara yang unik dan dapat dijadikan pedoman untuk mengungkap karakter tokoh adalah aside. Aside secara harafiah dapat diartikan sebagai wicara menyamping. Pembicaraan dilakukan begitu saja oleh sang tokoh dalam menanggapi sebuah persoalan secara spontan baik kepada dirinya sendiri, kepada penonton, atau dibisikkan kepada karakter lain. Aside dapat dilakukan oleh seorang tokoh atau beberapa tokoh sekaligus dalam waktu yang terbatas. Dari aside dapat diketahui karakter tokoh dari sudut pandangnya sendiri dalam menanggapi persoalan secara spontan dan jujur. Di bawah ini contoh aside.
EDGAR : Saya jauh, tuan; salam.
Gloucester melompat dan jatuh
Mungkinkah khayalan merampas mutu hidup, kalau hidup itu sendiri membiarkan dirinya dirampok? Kalau ia tiba di tempat yang disangkanya, maka inilah sangkanya yang terakhir. – Hidupkah atau ati dia? – hai tuan, kawan! Tak dengar.
(Ke samping)
Betulkah ia mati? – O, dia hidup. – bagaimana, tuan?
EDGAR : (ke samping) Pikiran sehat dan kacau berbauran, berakal dalam gilanya
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo )


2.4 Relaksasi
Relaksasi pada olah suara sebenarnya hampir sama dengan relaksasi pada oleh tubuh, yaitu berfungsi melepaskan semua kekangan dan memfokuskan energi pada hal-hal yang telah dilatihkan. Relaksasi juga berfungsi memfokuskan peran yang akan dimainkan. Kunci dari relaksasi, adalah pertama senantiasa sadar terhadap aspek-aspek fisik dan mental. Kedua, adalah senantiasa menjaga ketenangan diri. Kalau kedua hal tersebut bisa dilaksanakan maka ketegangan otot-otot produksi suara akan bisa dikuasai dan ini sangat mendukung teknik permainan.

Pedoman melakukan relaksasi ini adalah sebagai berikut.
a. Konsentrasi pada nafas, bila perlu rasakan perjalanan udara yang dihirup mulai dari hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
b. Santai dan kendorkan semua pikiran, otot-otot, dan jangan ada yang mengganggu atau keteganggan otot-otot produksi suara.
c. Gunakan nafas segitiga yaitu menghirup, menahan, dan menghembuskan nafas dengan hitungan yang sama.
 

2.4.1 Relaksasi Pada Olah Vokal
a. Posisi tubuh membungkuk dan goyang ke kiri dan kanan.
Setelah itu perlahan-lahan rentang ke atas seraya menghirup udara. Rasakan setiap buku tulang punggung anda seakan terlepas dari kungkungannya. Lakukan latihan 8 kali.

b. Posisi tubuh dibukukan kembali sambil membuang nafas, goyang-goyangkan atau ayun-ayunkan tangan ke depan dan kebelakang. Ketika mengayunkan tangan dibarengi dengan melepas dan menghirup uadara dengan cepat. Lakukan latihan 8 kali.
c. Posisi perlahan berdiri tegak dan rentangkan kedua belah lengan ke atas, rileks dari mulai ujung jari-jari anda sampai ke pergelangan tangan, bahu, punggung, pinggul, terus sampai anda bungkuk kembali, lutut rileks, pada akhir hembusan
nafas.
d. Posisi berdiri dan tarik nafas panjang (gunakan nafas segitiga) tahan dan hembuskan. Rasakan bahu dan rongga dada anda rileks. Lakukan latihan ini 8 kali.

e. Tarik nafas panjang. Hembuskan nafas seraya meneriakkan huruf-huruf hidup: a, e, i, o, u. Buka mulut lebar-lebar. Lakukan latihan ini 8 dan setiap kali lebih cepat dari sebelumnya.

f. Tarik nafas panjang dan ucapkan abjad sebanyak kali dalam satu nafas. Lakukan latihan ini 8 kali dan setiap kali lebih cepat.

g. Terakhir lakukan pemijatan pada muka, mula-mula pada daerah dahi, terus ke daerah pelipis, daerah pipi, daerah rahang, dan terakhirke dareah hidung dan bibir.


0 komentar


. . .
 
© 2011 - | Buku PR, TUGAS, dan Catatan Sekolah | www.suwur.com | pagar | omaSae | AirSumber | Bengkel Omasae, | Tenda Suwur | Versi MOBILE