Sudah di jalan, teringat belum bayar PDAM, padahal tidak ingat nomor rekening. Ah, tanya ke petugas disana saja, masak dengan menyebut nama dan alamat tidak bisa menampilkan data. Sesampai di loket pembayaran, benar yang aku duga, petugas tidak bisa menerima kalau hanya dengan menyebut nama, harus nomor rekening.
Namun bapak petugas yang ramah memberikan jalan, "silakan ke informasi itu", sambil menunjuk ruang informasi, "nanti akan dikasih". "Ok" jawabku singkat, sambil langsung berjalan dengan cepat ke ruang informasi yang ditunjuk.
Di ruang informasi bareng ada seorang ibu dengan bayi di gendongannya sedang bertanya kepada petugas. kenapa tagihannya besar sekali sampai sembilan puluh ribu lebih. Dengan ramah ibu petugas informasi menjelaskan, bahwa ada kesalahan dalam tagihan bulan sebelumnya. Dua bulan berturut-turut pemakaian air tercatat nol meter. Padahal biasanya tiap bulan pembayaran diatas empat puluh ribu. "Jika pemakaian nol meter, padahal normalnya ada pemakaian, maka jangan dibayar" kata petugas informasi yang memiliki senyum yang manis itu, "juga kalau bayar jangan pas hari terakhir seperti ini, agar saya bisa bantu untuk memperbaiki. Misalnya tanggal sepuluh." "Ini saya kasih meter akhir sesuai catatan, silakan dicek di meter air Ibu, jika lebih besar dari ini berarti benar." "Jadi saya tidak perlu bayar yang ini bu?" tanya Ibu dengan bayi lucu di gendongannya. "Ibu cek dulu di meter air, jika sesuai, Ibu harus bayar, jika ada perbedaan, saya bisa bantu untuk menyesuaikan", jawab ibu petugas sambil tetap menampilkan senyum manis.
Giliranku, langsung "minta nomor atas nama Djoko Mulyono, Awikoen Madya no 5, mau bayar". Tanpa banyak percakapan, ibu petugas langsung mengeluarkan kertas form, dan menuliskan sesuai yang dibutuhkan. Setelah berterima kasih aku langsung ke loket pembayaran.
"Enam belas ribu lima ratus". "Loh kok sedikit?" tanya ku. "Iya ada sisa pembayaran dari bulan lalu, atas kenaikan tarif yang batal" jawab bapak petugas loket dengan ramah.
Usaha Bagus, Bagian 22: Melihat Ke Depan, Menjaga Komitmen
-
*Bagian 22: Melihat Ke Depan, Menjaga Komitmen*
Bagus memandang dunia yang telah berubah. Dari sebuah rumah kecil di
pinggiran kota, di mana ia memul...