Dalam suatu usaha budidaya ikan
yang intensif dengan padat
penebaran tinggi, dengan
penggunaan pakan buatan yang
sangat besar dapat mengakibatkan
terjadinya suatu masalah. Masalah
terbesar yang sering dianggap
menjadi penghambat budidaya ikan
adalah munculnya serangan penyakit.
Serangan penyakit yang disertai
gangguan hama dapat menyebabkan
pertumbuhan ikan menjadi sangat
lambat (kekerdilan), mortalitas
meningkat, konversi pakan manjadi
sangat tinggi dan menurunnya hasil
panen (produksi).
Ikan yang dipelihara dapat terserang
hama dan penyakit karena
diakibatkan oleh kualitas air yang
memburuk dan malnutrisi. Ikan yang
sehat akan mengalami pertumbuhan
berat badan yang optimal. Ikan yang
sakit sangat merugikan bagi para
pembudidaya karena akan
mengakibatkan penurunan
produktivitas. Oleh karena itu agar
ikan yang dipelihara di dalam wadah
budidaya tidak terserang hama dan
penyakit harus dilakukan
pencegahan. Pencegahan
merupakan tindakan yang paling
efektif dibandingkan dengan
pengobatan, Sebab, pencegahan
dilakukan sebelum terjadi serangan,
baik hama maupun penyakit,
sehingga biaya yang dikeluarkan
tidak terlalu besar.
JENIS-JENIS HAMA
DAN PENYAKIT
Hama Ikan
Hama adalah organisme
pengganggu yang dapat memangsa,
membunuh dan mempengaruhi
produktivitas ikan, baik secara
langsung maupun secara bertahap.
Hama bersifat sebagai organisma
yang memangsa (predator), perusak
dan kompetitor (penyaing). Sebagai
predator (organisme pemangsa),
yakni makhluk yang menyerang dan
memangsa ikan yang biasanya
mempunyai ukuran tubuh yang lebih
besar dari ikan itu sendiri. Hama
sering menyerang ikan bila masuk
dalam lingkungan perairan yang
sedang dilakukan pemeliharaan ikan.
Masuknya hama dapat bersama
saluran pemasukan air maupun
sengaja datang melalui pematang
untuk memangsa ikan yang ada.
Hama yang menyerang ikan
biasanya datang dari luar melalui
aliran air, udara atau darat. Hama
yang berasal dari dalam biasanya
akibat persiapan kolam yang kurang
sempurna. Oleh karena itu untuk
mencegah hama ini masuk kedalam
wadah budidaya dapat dilakukan
penyaringan pada saluran
pemasukan dan pemagaran
pematang. Hama ikan banyak sekali
jenisnya antara lain larva serangga,
serangga air, ikan carnivora, ular,
biawak, buaya , notonecta atau
bebeasan, larva cybister atau ucrit,
berang-berang atau lisang, larva
capung, trisipan. Hama menyerang
ikan hanya pada saat ikan masih
kecil atau bila populasi ikan terlalu
padat. Sedangkan bila ikan mulai
gesit gerakannya umumnya hama
sulit memangsanya.
Hama yang menyerang ikan
budidaya biasanya berupa ular, belut,
ikan liar pemangsa. Sedangkan
hama yang menyerang larva dan
benih ikan biasanya notonecta atau
bebeasan, larva cybister atau ucrit.
Ikan-ikan kecil yang masuk ke dalam
wadah juga akan mengganggu.
Meskipun bukan hama, tetapi ikan
kecil-kecil itu menjadi pesaing bagi
ikan dalam hal mencari makan dan
memperoleh oksigen.
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah serangan
hama terhadap ikan :
o Pengeringan dan pengapuran
kolam sebelum digunakan.
Dalam pengapuran sebaiknya
dosis pemakaiannya diperhatikan
atau dipatuhi.
o Pada pintu pemasukan air
dipasang saringan agar hama
tidak masuk ke dalam kolam.
Saringan air pemasukan ini
berguna untuk menghindari
masuknya kotoran dan hama ke
dalam kolam budidaya.
o Secara rutin melakukan
pembersihan disekitar kolam
pemeliharaan agar hama seperti
siput atau trisipan tidak dapat
berkembangbiak disekitar kolam
budidaya
Untuk menghindari adanya hama
ikan, dilakukan pemberantasan
hama dengan menggunakan bahan
kimia. Akan tetapi penggunaan
bahan kimia ini harus hati-hati hal ini
mengingat pengaruhnya terhadap
lingkungan sekitarnya. Bahan kimia
sintetis umumnya sulit mengalami
penguraian secara alami, sehingga
pengaruhnya (daya racunnya) akan
lama dan dapat membunuh ikan
yang sedang dipelihara. Oleh karena
itu sebaiknya menggunakan bahan
pemberantas hama yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti ekstrak
akar tuba, biji teh, daun tembakau
dan lain-lain. Bahan ini efektif untuk
membunuh hama yang ada dalam
kolam dan cepat terurai kembali
menjadi netral. Pada Tabel di
bawah ini kandungan zat aktif serta
dosis yang tepat untuk
pemberantasan hama.
Bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan serta dosisnya
Ada beberapa tindakan
penanggulangan serangan hama
yang dapat dilakukan, antara lain
adalah sebagai berikut :
Penanggulangan Ular
1. Ular tidak menyukai tempattempat
yang bersih. Karena itu,
cara menghindari serangan hama
ular adalah dengan mejaga
kebersihan lingkungan kolam.
2. Karena ular tidak dapat
bersarang di pematang tembok,
sebaiknya dibuat pematang dari
beton atau tembok untuk
menghindari serangannya.
3. Perlu dilakukan pengontrolan
pada malam hari. Jika ada ular,
bisa langsung dibunuh dengan
pemukul atau dijerat dengan tali.
Penanggulangan Belut
1. Sebelum diolah, sebaiknya kolam
digenangi air setinggi 20 – 30 cm,
kemudian diberi obat pembasmi
hama berupa akodan dengan
dosis rendah, yakni 0,3 – 0,5 cc
per meter kubik air.
2. Setelah diberi pembasmi hama,
kolam dibiarkan selama 2 hari
hingga belut mati. Selanjutnya air
dibuang.
Penanggulangan Ikan Gabus
1. Memasang saringan di pintu
pemasukan air kolam, sehingga
hama ikan gabus tidak dapat
masuk.
2. Mempertinggi pematang kolam
agar ikan gabus dari saluran atau
kolam lain tidak dapat loncat ke
kolam yang berisi ikan.
Penyakit Ikan
Penyakit adalah terganggunya
kesehatan ikan yang diakibatkan
oleh berbagai sebab yang dapat
mematikan ikan. Secara garis besar
penyakit yang menyerang ikan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penyakit infeksi (penyakit menular)
dan non infeksi (penyakit tidak
menular). Penyakit menular adalah
penyakit yang timbul disebabkan
oleh masuknya makhluk lain
kedalam tubuh ikan, baik pada
bagian tubuh dalam maupun bagian
tubuh luar. Makhluk tersebut antara
lain adalah virus, bakteri, jamur dan
parasit. Penyakit tidak menular
adalah penyakit yang disebabkan
antar lain oleh keracunan makanan,
kekurangan makanan atau kelebihan
makanan dan mutu air yang buruk.
Penyakit yang muncul pada ikan
selain di pengaruhi kondisi ikan yang lemah juga cara penyerangan dari
organisme yang menyebabkan
penyakit tersebut. Faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit pada ikan
antara lain :
1. Adanya serangan organisme
parasit, virus, bakteri dan jamur.
2. Lingkungan yang tercemar
(amonia, sulfida atau bahanbahan
kimia beracun)
3. Lingkungan dengan fluktuasi ;
suhu, pH, salinitas, dan
kekeruhan yang besar
4. Pakan yang tidak sesuai atau gizi
yang tidak sesuai dengan
kebutuhan ikan
5. Kondisi tubuh ikan sendiri yang
lemah, karena faktor genetik
(kurang kuat menghadapi
perubahan lingkungan).
Oleh karena itu untuk mencegah
serangan penyakit pada ikan dapat
dilakukan dengan cara antara lain ;
mengetahui sifat dari organisme
yang menyebabkan penyakit,
pemberian pakan yang sesuai
(keseimbangan gizi yang cukup),
hasil keturunan yang unggul dan
penanganan benih ikan yang baik
(saat panen dan transportasi benih).
Dalam hal penanganan saat
tranportasi benih, agar benih ikan
tidak mengalami stress perlu
perlakuan sebagai berikut antara
lain; dengan pemberian KMnO4,
fluktuasi suhu yang tidak tinggi,
penambahan O2 yang tinggi, pH
yang normal, menghilangkan bahan
yang beracun serta kepadatan benih
dalam wadah yang optimal.
Beberapa tindakan pencegahan
penyakit yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Sebelum pemeliharaan, kolam
harus dikeringkan dan dikapur
untuk memotong siklus hidup
penyakit.
2. Kondisi lingkungan harus tetap
dijaga, misalnya kualitas air tetap
baik.
3. Pakan tambahan yang diberikan
harus sesuai dengan dosis yang
dianjurkan. Jika berlebihan dapat
mengganggu lingkungan dalam
kolam.
4. Penanganan saat panen harus
baik dan benar untuk
menghindari agar ikan tidak lukaluka.
5. Harus dihindari masuknya
binatang pembawa penyakit
seperti burung, siput atau keong
mas.
Penyakit dapat diartikan sebagai
organisme yang hidup dan
berkembang di dalam tubuh ikan
sehingga organ tubuh ikan
terganggu. Jika salah satu atau
sebagian organ tubuh terganggu,
akan terganggu pula seluruh jaringan
tubuh ikan . Pada prinsipnya
penyakit yang menyerang ikan tidak
datang begitu saja, melainkan
melalui proses hubungan antara tiga
faktor, yaitu kondisi lingkungan
(kondisi di dalam air), kondisi inang
(ikan) dan kondisi jasad patogen
(agen penyakit). Dari ketiga
hubungan faktor tersebut dapat
mengakibatkan ikan sakit. Sumber
penyakit atau agen penyakit itu
antara lain adalah parasit, cendawan
atau jamur, bakteri dan virus.
Di lingkungan alam, ikan dapat
diserang berbagai macam penyakit.
Demikian juga dalam
pembudidayaannya, bahkan penyakit
tersebut dapat menyerang ikan
dalam jumlah besar dan dapat
menyebabkan kematian ikan,
sehingga kerugian yang
ditimbulkannya pun sangat besar.
Penyebaran penyakit ikan di dalam
wadah budidaya sangat bergantung
pada jenis sumber penyakitnya,
kekuatan ikan (daya tahan tubuh
ikan) dan kekebalan ikan itu sendiri
terhadap serangan penyakit. Selain
itu cara penyebaran penyakit itu
biasanya terjadi melalui air sebagai
media tempat hidup ikan, kontak
langsung antara ikan yang satu
dengan ikan yang lainnya dan
adanya inang perantara.
Jenis-jenis Penyakit
1. Penyakit non-infeksi adalah
penyakit yang timbul akibat
adanya gangguan faktor yang
bukan patogen. Penyakit noninfeksi
tidak menular. Penyakit
non-infeksi yang banyak
ditemukan adalah keracunan dan
kekurangan gizi. Keracunan
dapat disebabkan oleh
pemberian pakan yang berjamur,
berkuman dan pencemaran
lingkungan perairan.
2. Penyakit akibat infeksi biasanya
timbul karena gangguan
organisme pathogen. Organisme
pathogen yang menyebabkan
infeksi biasanya berupa parasit,
jamur, bakteri atau virus.
Penyakit non infeksi
Gejala keracunan dapat diidentifikasi
dari tingkah laku ikan. Biasanya ikan
yang mengalami keracunan terlihat
lemah dan berenang tidak normal
dipermukaan air. Pada kasus yang
berbahaya, ikan berenang terbalik
kemudian mati. Penyakit karena
kurang gizi, ikan tampak kurus dan
kepala terlihat lebih besar, tidak
seimbang dengan ukuran tubuh. Ikan
juga akan terlihat kurang lincah.
Untuk mencegah terjadinya
keracunan, pakan harus diberikan
secara selektif dan lingkungan dijaga
agar tetap bersih. Bila tingkat
keracunan tidak terlalu parah atau
masih dalam taraf dini, ikan-ikan
yang stress dan berenang tidak
normal harus segera diangkat dan
ditempatkan pada wadah yang berisi
air bersih, segar dan dilengkapi
dengan suplai oksigen.
Untuk mencegah kekurangan gizi,
pemberian pakan harus terjadwal
dan jumlahnya cukup. Pakan yang
diberikan harus dipastikan
mengandung kadar protein tinggi
yang dilengkapi lemak, vitamin A,
mineral. Selain itu, kualitas air tetap
dijaga agar selalu mengalir lancar
dan parameter kimia maupun biologi
mencukupi standar budidaya.
Penyakit infeksi
1. Penyakit yang disebabkan virus,
antara lain adalah Infectious
Pancreatic Necrosis (IPN), Viral
Haemorrhagic Septicaemia
(VHS), Channel Catfish Virus
(CCV), Infectious Haemopotic
Necrosis (IHN).
2. Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, antara lain adalah
Flexibacter columnaris,
Edwardsiella tarda, Edwardsiela
ictalurus, Vibrio anguillarum,
Aeromonas hydrophylla,
Aeromonas salmonicida.
3. Penyakit yang disebabkan oleh
jamur, antara lain adalah
Ichthyoponus sp,
Branchyomycetes sp,
Saprolegnia sp dan Achlya sp.
4. Penyakit yang disebabkan oleh
parasit. Jenis parasit ada
beberapa macam yaitu
endoparasit dan ektoparasit.
Yang termasuk kedalam
endoparasit antara lain adalah
protozoa dan trematoda,
sedangkan ectoparasit adalah
crustacean. Penyakit yang
disebabkan oleh protozoa antara
lain adalah Ichtyopthirius
multifiliis, Myxobolus sp,
Trichodina sp, Myxosoma sp,
Henneguya sp dan Thelohanellus
sp. Penyakit yang disebabkan
oleh trematoda antara lain adalah
Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp
dan Clinostomum sp. Penyakit
yang disebabkan oleh crustacean
antara lain adalah Argulus sp,
Lernea cyprinaceae.
Untuk memahami tentang berbagai
jenis penyakit infeksi dan bagaimana
para pembudidaya melakukan
tindakan pencegahan dan
pengobatan pada ikan yang
terserang penyakit, maka harus
dipahami terlebih dahulu tentang
morfologi dari macam-macam
penyakit tersebut. Oleh karena itu
dalam penjelasan berikut akan
diuraikan tentang biologi dan
morfologi dari berbagai jenis penyakit
yang biasa menyerang ikan budidaya.
4. Ichthyophthirius multifiliis.
Ichthyophthirius multifiliis adalah
jenis parasit yang digolongkan
kedalam phylum Protozoa,
subphylum Ciliophora, kelas Ciliata,
subkelas Holotrichia, Ordo
Hymenostomatida, famili
Ophryoglenia dan genus
Ichthyophthirius multifiliis (Hoffman,
1967). Kecuali pada bagian anterior
yang berbentuk cincin (cystome),
hampir di seluruh permukaan tubuh
Ichthyophthirius multifiliis tertutup
oleh silia yang berfungsi untuk
pergerakannya, bagian
sitoplasmanya terdapat
makronukleus yang berbentuk
seperti tapal kuda, mikronukleus (inti
yang kecil) yang menempel pada
makronukleus dan sejumlah vakuola
kontraktil Untuk lebih jelasnya dapat
di lihat pada Gambar
Ichthyophthirius multifiliis menyebabkan
penyakit bintik putih atau
White spot disease atau Ich. Parasit
ini dapat menginfeksi kulit, insang dan mata pada berbagai jenis ikan
baik ikan air tawar, payau dan laut.
Parasit ini mempunyai panjang tubuh
0,1 – 1,0 mm dan dapat
menyebabkan kerusakan kulit dan
dapat menyebabkan kematian.
Parasit ini berkembangbiak dengan
cara membelah biner. Individu muda
parasit ini memiliki diameter antara
30 – 50 µm dan individu dewasanya
dapat mencapai ukuran diameter 50–
100 µm. Siklus hidupnya dimulai dari
stadium dewasa atau stadium
memakan (tropozoit) yang
berkembang dalam kulit atau
jaringan epitelium insang dari inang.
Setelah fase makannya selesai,
Ichthyophthirius multifiliis akan
memecahkan epithelium dan keluar
dari inangnya untuk membentuk kista.
Larva-larva berkista tersebut akan
menempel pada tumbuhan, batuan
atau obyek lain yang ada di perairan.
Kemudian membelah hingga sepuluh
kali melalui pembelahan biner yang
menghasilkan 100 – 2000 sel bulat
berdiameter 18 – 22 µm. Sel-sel itu
akan memanjang seperti cerutu
berdiameter 10 X 40 µm dan
mengeluarkan enzim hyaluronidase.
Enzim tersebut digunakan untuk
memecahkan kista sehingga tomit
(sel-sel muda) yang dihasilkan dapat
berenang bebas dan segera
mendapatkan inang baru. Tomittomit
itu motil dan bersifat infektif
sampai berumur 4 hari dan akan mati
jika dalam waktu 48 jam tidak segera
menemukan inang yang baru. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.
Siklus hidup
Ichthyophthirius multifiliis
Cara penyerangan parasit ini dengan
menempel pada lapisan lendir
bagian kulit ikan, parasit ini akan
menghisap sel darah merah dan sel
pigmen pada kulit ikan. Ikan yang
terserang parasit ini memperlihatkan
gejala sebagai berikut :
- produksi lendir yang berlebihan.
- adanya bintik-bintik putih (white
spote)
- frekuensi pernafasan
meningkat
- pertumbuhan terhambat
2. Cyclochaeta domerguei
Hewan ini termasuk protozoa, jenis
protozoa ini mempunyai nama lain
Trichodina . Jenis parasit ini
berbentuk seperti setengah bola
dengan bagian tengah (dorsal)
cembung, sedangkan mulut pada
bagian ventral. Pada bagian mulut
dilengkapi alat penghisap dengan
dilengkapi suatu alat dari chitine yang melingkari mulut. Alat chitine ini
berbentuk seperti jangkar (anchor).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar .
Gejala adanya serangan parasit ini
adalah pendarahan pada kulit ikan,
pucat, ikan berlendir banyak.
3.
Myxobulus sp, Myxosoma sp,
Thellohanellus sp dan
Henneguya sp.
Keempat jenis parasit ini merupakan
penyebab penyakit Myxosporeasis.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit
dari kelas Sporozoa, subkelas
Myxosporea, ordo Cnidosporodia,
subordo Myxosporidia, famili
Myxobolidae yang merupakan
bagian dari filum Myxozoa dan
termasuk kedalam kelompok
endoparasit. Kunci identifikasi yang
penting dari keempat jenis parasit ini
adalah pada sporanya, yang
merupakan fase resisten dan alat
penyebaran populasi. Spora
myxosorea terdiri atas dua valve,
yang dibatasi oleh sebuah suture.
Pada valve terdapat satu atau dua
polar kapsul yang penting untuk
identifikasi. Spora pada parasit kelas
Cnidosporidia ini mempunyai
cangkang, kapsul polar dan
sporoplasm. Di dalam kapsul polar
terdapat filament polar. Bila spora
memiliki dua kapsul polar maka
digolongkan ke dalam genus
Myxobolus sp dan bila hanya
memiliki satu kapsul polar maka
akan digolongkan kedalam genus
Thellohanellus. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar.
Gejala infeksi pada ikan antara lain
adanya benjolan pada bagian tubuh
luar (bintil) yang berwarna kemerahmerahan.
Bintil ini sebenarnya berisi
ribuan spora yang dapat
menyebabkan tutup insang ikan
selalu terbuka. Jika bintil ini pecah,
maka spora yang ada di dalamnya
akan menyebar seperti plankton.
Spora ini berukuran 0,01 – 0,02 mm,
sehingga sering tertelan oleh ikan.
Pengaruh serangan myxosporea
tergantung pada ketebalan serta
lokasi kistanya. Serangan yang berat
pada insang menyebabkan
gangguan pada sirkulasi pernafasan
serta penurunan fungsi organ
pernafasan. Sedangkan serangan
yang berat pada jaringan bawah kulit
dan insang menyebabkan
berkurangnya berat badan ikan,
gerakan ikan menjadi lambat, warna
tubuh menjadi gelap dan system
syaraf menjadi lemah.
4.
Dactylogyrus sp
Dactylogyrus sp digolongkan ke
dalam phylum Vermes, subphylum
Platyhelmintes, kelas Trematoda,
ordo Monogenea, famili
Dactylogyridae, subfamily
Dactylogyrinae dan genus
Dactylogyrus . Hewan parasit ini
termasuk cacing tingkat rendah
(Trematoda). Dactylogyrus sp sering
menyerang pada bagian insang ikan
air tawar, payau dan laut. Pada
bagian tubuhnya terdapat posterior
Haptor. Haptornya ini tidak memiliki
struktur cuticular dan memiliki satu
pasang kait dengan satu baris
kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil.
Dactylogyrus sp mempunyai
ophistapor (posterior suvker) dengan
1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait
marginal yang terdapat pada bagian
posterior. Kepala memiliki 4 lobe
dengan dua pasang mata yang
terletak di daerah pharynx. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 8.9. Gejala infeksi pada ikan
antara lain : pernafasan ikan
meningkat, produksi lendir berlebih.
5.
Gyrodactilus sp.
Gyrodactilus sp digolongkan
kedalam phylum Vermes, subphylum
Platyhelmintes, kelas Trematoda,
ordo Monogenea, famili
Gyrodactylidae, subfamily
Gyrodactylinae dan genus
Gyrodactilus. Hewan parasit ini
termasuk cacing tingkat rendah
(Trematoda). Gyrodactilus sp
biasanya sering menyerang ikan air
tawar, payau dan laut pada bagian
kulit luar dan insang. Parasit ini
bersifat vivipar dimana telur
berkembang dan menetas di dalam
uterusnya. Memiliki panjang tubuh
berkisar antara 0,5 – 0,8 mm, hidup
pada permukaan tubuh ikan dan
biasa menginfeksi organ-organ
lokomosi hospes dan respirasi. Larva
berkembang di dalam uterus parasit
tersebut dan dapat berisi kelompok-kelompokkelompok
sel embrionik.
Ophisthaptor individu dewasa tidak
mengandung batil isap, tetapi
memiliki sederet kait-kait kecil
berjumlah 16 buah disepanjang
tepinya dan sepanjang kait besar di
tengah-tengah, terdapat dua tonjolan
yang menyerupai kuping. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar. Gejala infeksi pada ikan antara
lain : pernafasan ikan meningkat,
produksi lendir berlebih.
6.
Lernea sp.
Parasit ini termasuk crustacea
(udang-udangan tingkat rendah). Ciri
parasit ini adalah jangkar yang
menusuk pada kulit ikan dengan
bagian ekor (perut) yang bergantung,
dua kantong telur berwarna hijau.
Jenis parasit ini biasa disebut
dengan cacing jangkar karena
bentuk tubuhnya yaitu bagian
kepalanya seperti jangkar yang akan
dibenamkan pada tubuh ikan
sehingga parasit ini akan terlihat
menempel pada bagian tubuh ikan
yang terserang parasit ini. Parasit ini
sangat berbahaya karena menghisap
cairan tubuh ikan untuk
perkembangan telurnya. Selain itu
bila parasit ini mati, akan
meninggalkan berkas lubang pada
kulit ikan sehingga akan terjadi
infeksi sekunder oleh bakteri. Parasit
ini dalam siklus hidupnya mengalami tiga kali perubahan tubuhnya yaitu
nauplius, copepodit dan bentuk
dewasa. Dalam satu siklus hidupnya
membutuhkan waktu berkisar antara
21 – 25 hari. Individu dewasa dapat
terlihat secara kasat mata dan pada
bagian bawah tubuhnya pada
individu betina mempunyai sepasang
kantung telur. Kantung telur ini akan
menetas dan naupliusnya akan
berenang keluar dari dalam kantung
untuk mencari ikan lainnya. Untuk
lebi jelasnya dapat di lihat pada
Gambar.
7.
Argulus indicus
Argulus indicus merupakan salah
satu ektoparasit yang termasuk
kedalam phylum Arthropoda, kelas
Crustacea, subkelas Entomostsaca,
ordo copepoda, subordo Branchiora,
famili Argulidae, genus Argulus. Ciriciri
parasit ini adalah bentuk seperti
kutu berwarna keputih-putihan,
menempel pada bagian tubuh ikan,
mempunyai alat penghisap, sehingga
biasa disebut juga dengan nama
kutu ikan. Alat penghisap ini akan
menghisap darah ikan. Oleh karena
itu ikan yang terserang akan
menurun pertumbuhannya serta
akan mengakibatkan pendarahan
pada kulit. Tubuh Argulus indicus
mempunyai dua alat penghisap
dibagian bawah tubuhnya, berupa
alat yang akan menusukkan alat
tersebut kedalam tubuh ikan yang
diserang. Pada pinggiran
karapacenya terdapat empat pasang
kaki yang berfungsi untuk berjalan
pada bagian tubuh ikan, berenang
bebas dan berpindah dari satu ikan
ke ikan yang lain.
Perkembangbiakan terjadi secara
kawin karena jenis Argulus indicus ini
ada jantan dan betina, ukuran tubuh
jantan lebih kecil daripada betina.
Daur hidup Argulus indicus terjadi
selama 28 hari dimana 12 hari untuk
fase telur dan menetas sedangkan
fase larva sampai dewasa
membutuhkan waktu berkisar 16 hari.
Larva Argulus indicus dapat hidup
tanpa ikan selama 36 jam sedangkan
individu dewasa dapat hidup tanpa
inang selama 9 hari. Jumlah telur
yang dihasilkan dari individu betina
berkisar antara 50 - 250 butir. Telur
yang dihasilkannya akan diletakkan pada berbagai benda yang ada di
dalam perairan. Telur akan menetas
menjadi larva setelah beberapa kali
berganti kulit akan berubah menjadi
dewasa. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar.
8.
Saprolegnea sp dan Achlya sp.
Kedua organisme ini termasuk jenis
jamur yang sangat berbahaya bila
lingkungan air sangat tercemar oleh
bahan organik. Ciri-ciri jamur ini
adalah adanya benang pada tubuh
ikan yang lemah kondisi tubuhnya.
Hifa dari jamur dapat masuk ke
dalam otot ikan bagian dalam dan
dapat menyebabkan kematian ikan.
Pada umumnya jamur ini biasanya
menyerang ikan-ikan yang lemah
karena terserang penyakit lain
seperti ektoparasit. Selain itu dapat
menyerang telur-telur ikan yang tidak
dibuahi atau yang berkualitas buruk.
Secara kasat mata jamur ini hanya
terlihat berwarna putih dan untuk
melihat secara jelas harus
menggunakan alat bantu mikroskop.
Bentuk jamur dengan bantuan alat
bantu mikroskop ini dapat dilihat
pada Gambar.
9.
Aeromonas sp, Pseudomonas
sp, Flexibacter columnaris,
Edwardsiella sp
Keempat organisme tersebut
termasuk jenis bakteri yang sangat
berbahaya bagi ikan, terutama ikan
yang tidak bersisik. Serangan bakteri
tersebut terjadi bila ikan dalam
kondisi antara lain; pakan yang tidak
seimbang kandungan gizinya,
lingkungan air yang kandungan
organiknya tinggi, fluktuasi
parameter kualitas air yang besar,
infeksi sekunder yang disebabkan
oleh serangan parasit dan faktor
genetik (ikan tidak cukup kebal oleh serangan bakteri). Ciri-ciri serangan
bakteri tersebut adalah adanya
bercak merah pada kulit, insang dan
organ bagian dalam. Umumnya bila
tidak diobati dapat menyebabkan
penyebaran yang sangat luas dan
menyebabkan kematian ikan secara
massal.
10.
Epithelioma papulasum,
Herpesvirus, Lymphocystis
Ketiga organisme ini termasuk
kedalam kelompok virus yang dapat
menyerang ikan budidaya baik ikan
air tawar, payau maupun laut. Jika
ikan terserang virus maka ikan akan
sulit sekali untuk dilakukan
pengobatan dan ikan yang terserang
virus akan mati secara massal.
8.2. PENCEGAHAN HAMA
DAN PENYAKIT IKAN
Secara umum hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah timbulnya
hama dan penyakit pada kegiatan
budidaya ikan antara lain adalah :
- Pengeringan dasar kolam secara
teratur setiap selesai panen.
- Pemeliharaan ikan yang benarbenar
bebas penyakit.
- Hindari penebaran ikan secara
berlebihan melebihi kapasitas
atau daya dukung kolam
pemeliharaan.
- Sistem pemasukan air yang ideal
adalah paralel, tiap kolam diberi
satu pintu pemasukan air.
- Pemberian pakan cukup, baik
kualitas maupun kuantitasnya.
- Penanganan saat panen atau
pemindahan benih hendaknya
dilakukan secara hati-hati dan
benar.
- Binatang seperti burung, siput,
ikan seribu (Lebistus reticulatus
peters) sebagai pembawa
penyakit jangan dibiarkan masuk
ke areal perkolaman.
8.2.1. Pencegahan Hama
Pada pemeliharaan ikan di kolam
hama yang mungkin menyerang
antara lain lingsang, kura-kura,
biawak, ular air, dan burung. Hama
lain berupa hewan pemangsa lainnya
seperti; udang, dan seluang
(Rasbora). Ikan-ikan kecil yang
masuk kedalam kolam akan menjadi
pesaing ikan yang dipelihara dalam
hal mencari makan dan memperoleh
oksigen. Untuk menghindari
serangan hama pada kolam
sebaiknya semak belukar yang
tumbuh di pinggir dan disekitar kolam
dibersihkan. Cara untuk menghindari
dari serangan burung bangau
(Leptotilus javanicus), pecuk
(Phalacrocorax carbo sinensis),
blekok (Ramphalcyon capensis
capensis) adalah dengan menutupi
bagian atas kolam dengan lembararan jaring. Cara ini berfungsi
ganda, selain burung tidak dapat
masuk, juga ikan tidak akan
melompat keluar.
Pencegahan Parasit (HAMA DAN PENYAKIT IKAN)
dengan Penyaringan Air Sistem
Filter Mekanik
Filter mekanik merupakan sebuah
alat untuk memisahkan
material padatan dari air secara
fisika (berdasarkan ukurannya),
dengan cara menangkap/menyaring
material-material tersebut sehingga
tidak terbawa pada air
pemasukan. Material-material
tersebut dapat berupa suspensi
partikel kecil atau parasit ikan. Oleh
karena itu fungsi filter mekanik selain
menyaring partikel juga parasit yang
berukuran besar tidak dapat masuk
dalam kolam.
Partikel padatan dalam hal ini bukan
merupakan bahan terlarut tetapi
merupakan suatu
suspensi. Ukurannya dapat
bervariasi dari sangat kecil,
hingga tidak bisa dilihat oleh mata
(sebagai contoh: partikel, plankton,
organisme parasit, bakteri yang
menyebabkan air keruh). Partikelpartikel
ini dapat terperangkap dalam
berbagai jenis media, dengan syarat
diameter lubangnya atau porinya
lebih kecil dari diameter
partikel. Media tersebut dapat
berupa kapas sintetis atau bahan
berserabut lain, spong, kaca atau
keramik berpori, kerikil, pasir, dll.
Bahan yang diperlukan untuk sebuah
filter mekanik adalah berupa bahan
yang tahan lapuk, memiliki lubanglubang
(pori-pori) dengan diameter
tertentu sehingga dapat menahan
atau menangkap partikel-partikel
yang berukuran lebih besar dari
diameter media filter tersebut
(Gambar).
Gambar menunjukkan
gambaran kasar tentang mekanisme
kerja sebuah filter mekanik. Dalam
gambar itu tampak bahwa partikel
yang berukuran lebih besar dari
diameter (pori) media filter akan
terperangkap dalam filter sedangkan
partikel-partikel yang lebih kecil dan
juga air akan lolos.
Sebuah wadah atau bak kosong
dapat pula berfungsi sebagai filter
mekanik. Akan tetapi proses yang
terjadi bukan melalui penyaringan
partikel melainkan melalui proses
pengendapan. Hal ini dimungkinkan
dengan membuat aliran air serendah
mungkin sehingga kecepatan partikel
mengendap menjadi lebih besar
daripada laju aliran air. Bak
pengendapan umum digunakan
dalam manajeman kolam ikan
(seperti kolam ikan koi).
Media filter mekanik (bahan yang
digunakan untuk menyaring atau menangkap partikel) memiliki ukuran
diamater lubang atau ukuran pori
beragam, dari satuan mikron
(sepersejuta meter) hingga satuan
sentimeter (seperseratus meter),
tergantung dari bahan yang
digunakan. Diatom atau membran
berpori-mikro, misalnya,
memiliki pori-pori dengan satuan
ukuran mikron sehingga selain dapat
menahan suspensi juga dapat
menangkap infusoria, bakteri dan
algae bersel tunggal. Sedangkan
jenis yang lain bisa mempunyai
ukuran pori lebih besar. Hal yang
menarik dari ukuran pori ini adalah
diameter efektifnya. Seperti terlihat
pada gambar 8.17, secara alamiah
akan terjadi bahwa efektifitas filter
mekanik akan meningkat dengan
berjalannya waktu. Diameter pori
filter yang semula hanya dapat
menangkap partikel yang berkukuran
lebih besar dari diameter porinya,
dengan berjalannya waktu akan
dapat pula menangkap partikel yang
berukuran lebih kecil. Hal demikian
dapat terjadi, karena dengan adanya
halangan yang diakibatkan oleh
partikel yang terjebak dan menutup
lubang pori semula maka
ukuran pori efektif yang berfungsi
akan semakin mengecil, sehingga
partikel lebih kecilpun lamakelamaan
akan bisa
tertangkap. Keadaan ini dapat
membawa kesimpulan yang salah,
bahwa filter mekanik semakin lama
akan semakin efektif. Pada
kenyataannya tidak demikian,
dengan semakin "efektifnya" filter
mekanik akan membawa ke keadaan
dimana tidak akan ada lagi sebuah
partikelpun, termasuk air, yang bisa
dilewatkan. Dengan kata lain filter
akan tersumbat total sehingga gagal
berfungsi (Gambar).
Meskipun pada awalnya akan dapat
meningkatkan efektifitas filter, tapi
dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan terjadinya
penyumbatan sehingga filter gagal
berfungsi.
Hal yang umum terjadi adalah
semakin halus pori-pori media filter
mekanik yang digunakan akan
semakin cepat pula penyumbatan
terjadi. Apabila penggunakan media
sangat halus ini perlu dilakukan
maka dengan menggunakan sistem
filter mekanik bertingkat akan dapat
menolong mengurangi resiko
terjadinya penyumbatan dengan
cepat.
Filter mekanik perlu dirawat dan
dibersihkan secara periodik agar
dapat tetap berfungsi dengan
baik. Kontrol terhadap kondisi filter
ini sebaiknya dilakukan secara
rutin. Apabila media sudah tidak
dapat lagi berfungsi dengan baik
karena rusak atau terdekomposisi,
maka perlu dilakukan penggantian
dengan media baru.
Selain itu agar dapat melakukan
pembuatan filter secara mekanik
yang akan digunakan dalam kolam
pemeliharaan ikan dapat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut :
1. Siapkan alat dan bahan
pembuatan filter
2. Bersihkan wadah.dan peralatan
dengan menyikat secara seksama agar semua kotoran
hilang.
3. Bersihkan bahan dengan
membilaskan air bersih
4. Susunlah bahan filter seperti
gambar dibawah ini
5. Pasang frame besi dengan kawat
kasanya
6. Pasang pompa diatas kotak
plastik.
7. Jalankan pompa, catat kondisi air
yang keluar.
Pencegahan terhadap white spot PENYAKIT IKAN
Tindakan karantina terhadap ikan
yang akan dipelihara merupakan
tindakan pencegahan yang sangat
dianjurkan dalam menghindari
berjangkitnya white spot. Pada
dasarnya white spot termasuk
mudah dihilangkan apabila diketahui
secara dini. Berbagai produk anti
white spot banyak dijumpai di tokotoko
perikanan. Produk ini biasanya
terdiri dari senyawa-senyawa kimia
seperti metil biru, malachite green,
dan atau formalin. Meskipun
demikian, ketiga senyawa itu tidak
akan mampu menghancurkan fase
infektif yang hidup di dalam tubuh kulit ikan. Oleh karena itu,
pemberian bahan ini harus dilakukan
berulang-ulang untuk menghilangkan
white spot secara menyeluruh
dari wadah pemeliharaan.
Perlu diperhatikan bahwa spesies
ikan tertentu, khususnya yang tidak
bersisik, seperti lele, diketahui
sangat tidak toleran terhadap
produk-produk anti white spot, oleh
karena itu, perhatikan cara
pemberian obat-obatan tersebut
pada kemasannya dengan baik
Perlakuan perendaman dengan
garam dalam jangka panjang
(selama 7 hari pada dosis 2ppt (part
per thousand)) diketahui dapat
menghilangkan white
spot. Perlakuan ini hanya dapat
dilakukan pada ikan-ikan yang tahan
terhadap garam.
Wadah dapat dibersihkan dari white
spot dengan cara memindahkan
seluruh ikan dari wadah
tersebut. Pada lingkungan tanpa
ikan sebagai inang, fase berenang
dari whte spot akan mati dengan
sendirinya. Pada wadah
pemeliharaan ikan dengan suhu
diatas 21°C, akan terbebas dari
white spot setelah dibiarkan selama
4 hari. Akan lebih aman lagi apabila
wadah tersebut dibiarkan selama 7
hari. Semua peralatan budidaya juga
akan terbebas dari white spot setelah
dibiarkan selama 7 hari.
Radiasi dengan sinar ultra violet
dapat pula membantu mengurangi
populasi white spot.
Ikan yang lolos dari serangan white
spot diketahui akan memiliki
kekebalan terhadap penyakit
tersebut. Kekebalan ini dapat
bertahan selama beberapa minggu
atau beberapa bulan. Meskipun
demikian ketahanan ini dapat
menurun apabila ikan yang
bersangkutan mengalami stres atau
terjangkit penyakit lain.
Untuk mencegah agar tidak
berjangkit penyakit bintik putih, air
kolam harus sering diganti atau dialiri
air baru yang segar dan jernih. Harus
dijaga agar air buangan ini tidak
menularkan kepada ikan di kolamkolam
lain.
Pencegahan terhadap jamur
Pencegahan jamur dapat dilakukan
dengan cara menjaga kualitas air
agar kondisinya tetap baik. Agar ikan
tidak terluka, perlakuan hati-hati
pada saat pemeliharaan ikan sangat
perlu diperhatikan.
Pencegahan terhadap bakteri
Pada umumnya bibit penyakit,
apalagi berupa bakteri yang sangat
kecil dan sudah tersebar di semua
perairan, sukar sekali diberantas
sampai tuntas. Karena air
merupakan media penular yang
membawa bibit-bibit penyakit secara
luas. Maka cara pencegahanlah
yang harus dipahami benar-benar
oleh petani ikan. Ikan akan terhindar
dari wabah penyakit apabila ikan
selalu dalam kondisi yang baik.
Kondisi baik artinya, makanan cukup,
keadaan lingkungan baik, bersih dari
segala pencemaran, agar ikan-ikan berdaya tahan tinggi untuk
membentuk kekebalan alamiah
terhadap berbagai penyakit.
GEJALA SERANGAN
PENYAKIT