Material Penyusun Beton Bertulang
Konstruksi dan Detail Beton Bertulang
Aplikasi Konstruksi Beton Bertulang
Konstruksi Balok dan plat beton bertulang
Perencanaan balok T
Balok-T seperti pada gambar, merupakan elemen struktur beton
dimana plat dan balok secara integral bekerja secara komposit menerima
distribusi gaya-gaya yang terjadi. Desain balok-T berbeda dengan balok
persegi empat hanya pada bagian momen positifnya, dimana bagian gaya
tekan internal juga terjadi pada bagian plat (sayap).
Sumber: Sagel dkk, 1994
Prosedur desain dan rumusan-rumusan balok-T sama dengan balok
segi empat, kecuali pada nilai b (lebar balok) yang digantikan dengan nilai b
efektif pada bagian momen positifnya. Nilai b efektif dipertimbangkan
dengan adanya peran plat untuk menahan tekan.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002, ketentuan lebar efektif tidak boleh
melebihi ¼ bentang balok, dan lebar sayap pada setiap sisi balok sebesar 8
kali tebal plat atau diperhitungkan sebesar setengah jarak bersih dari badan
balok yang bersebelahan, seperti pada gambar.
Sumber: Sagel dkk, 1994
Konstruksi balok-T
− Pada konstruksi balok-T, bagian sayap dan badan balok harus dibuat
menyatu (monolit) atau harus dilekatkan secara efektif sehingga
menjadi satu kesatuan.
− Lebar plat efektif sebagai bagian dari sayap balok-T tidak boleh
melebihi seperempat bentang balok, dan lebar efektif sayap dari
masing-masing sisi badan balok tidak boleh melebihi:
o delapan kali tebal plat, dan
o setengah jarak bersih antara balok-balok yang bersebelahan.
− Untuk balok yang mempunyai plat hanya pada satu sisi, lebar efektif sayap dari sisi badan tidak boleh lebih dari:
o seperduabelas dari bentang balok,
o enam kali tebal plat, dan
o setengah jarak bersih antara balok-balok yang bersebelahan.
− Balok-T tunggal, dimana bentuk T-nya diperlukan untuk menambah luas daerah tekan, harus mempunyai ketebalan sayap tidak kurang dari setengah lebar badan balok, dan lebar efektif sayap tidak lebih dari empat kali lebar badan balok.
− Bila tulangan lentur utama plat, yang merupakan bagian dari sayap balok-T (terkecuali untuk konstruksi plat rusuk), dipasang sejajar dengan balok, maka harus disediakan penulangan di sisi atas plat yang dipasang tegak lurus terhadap balok berdasarkan ketentuan berikut:
o Tulangan transversal tersebut harus direncanakan untuk memikul beban terfaktor selebar efektif plat yang dianggap berperilaku sebagai kantilever. Untuk balok-T tunggal,seluruh lebar dari sayap yang membentang harus diperhitungkan. Untuk balok-T lainnya, hanya bagian plat selebar efektifnya saja yang perlu diperhitungkan.
o Tulangan transversal harus dipasang dengan spasi tidak melebihi lima kali tebal plat dan juga tidak melebihi 500 mm.
Analisis penampang balok-T
Analisis penampang balok-T secara ringkas dapat menggunakan
langkah-langkah:
1) Tentukan lebar sayap efektif sesuai ketentuan SNI 03-2847-2002,
pasal 10.10 seperti uraian di atas.
2) Gunakan anggapan bahwa tulangan tarik telah meluluh, kemudian
hitung gaya tarik total: NT = As fy
3) Hitung gaya tekan yang tersedia apabila hanya daerah sayap saja
yang menyediakan daerah tekan, NT= 0,85 f’c bh
4) Bila NT > ND balok berperilaku sebagai balok-T murni dan selisih
gaya tekan akan ditampung di sebagian daerah badan balok di
bawah sayap. Sedangkan bila NT < ND, berperilaku sebagai balok
persegi dengan lebar b, atau disebut balok T persegi.
Jika dihitung sebagai balok-T murni, maka selanjutnya:
5) Tentukan letak batas tepi bawah blok tegangan tekan di daerah
badan balok di bawah sayap
( c ) w
T D
f b
N N
a
0,85
−
=
6) Periksa ρinin
ρaktual harus lebih besar dari ρinin
7) Tentukan letak titik pusat daerah tekan total dengan persamaan:
8) Hitung momen tahanan, MR = φ ND(z) atau φ NT(z)
9) Pemeriksaan persyaratan daktilitas dengan melihat As (maks)
harus lebih besar dari As aktual. As (maks) dapat dilihat pada tabel.
Jika dihitung sebagai balok-T persegi, maka selanjutnya:
5) Periksa ρinin
y f
1,4
min ρ = dan
b d
A
w
s
aktual ρ =
ρaktual harus lebih besar dari ρinin
6) Hitung rasio penulangan untuk kemudian menentukan nilai k
b d
A
w
ρ = s
7) Cari nilai k berdasar nilai yang didapat dari langkah 6 (tabel A-8
sampai A-37 dalam Dipohusodo, 1994),
8) Hitung momen tahanan, MR = φ bd2k
9) Pemeriksaan persyaratan daktilitas dengan melihat As (maks)
harus lebih besar dari As aktual. As (maks) dapat dilihat pada
tabel.
Apabila pemeriksaan batasan tulangan maksimim menghasilkan As lebih
besar dari As (maks), maka momen tahan MR dihitung dengan menggunakan As (maks) yang dalam hal ini disebut As efektif
Tabel Daftar nilai As (maks) untuk balok-T
Sumber: Dipohusodo, 1994
Perencanaan penampang balok-T
Perencanaan penampang balok-T secara ringkas menggunakan
langkah-langkah:
1) Hitung momen rencana MU
2) Tetapkan tinggi efektif, d = h – 70 mm
3) Tentukan lebar sayap efektif sesuai ketentuan SNI 03-2847-
2002
4) Menghitung momen tahanan dengan anggapan seluruh daerah
sayap efektif untuk tekan, MR = φ (0,85 )bht (d-1/2ht), dimana ht adalah tebal plat.
5) Bila MR > MU balok akan berperilaku sebagai balok T persegi
dengan lebar b. Sedangkan bila MR ‹ MU, balok berperilaku
sebagai balok-T murni.
Jika dihitung sebagai balok-T persegi, maka selanjutnya:
6) Merencanakan balok-T persegi dengan nilai b dan d yang sudah
diketahui dan selanjutnya menghitung k perlu:
bd 2
M
k u
φ
=
7) Cari nilai k berdasar nilai yang didapat dari langkah 6 (tabel A-8
sampai A-37 dalam Dipohusodo, 1994),
8) Hitung As yang dibutuhkan. As perlu = ρbd
9) Pilih batang tulangan baja dan periksa lebar balok. Periksa d
aktual dibandingkan dengan d yang ditetapkan, jika melebihi
maka rancangan disebut konservatif (posisi aman); dan jika
kurang maka rancangan tidak aman dan perencanaan harus
diulang.
10) Periksa ρinin
y f 1,4 min ρ = dan b d A w s aktual ρ =
ρaktual harus lebih besar dari ρinin
11) Pemeriksaan persyaratan daktilitas dengan melihat As (maks) harus lebih besar dari As aktual. As (maks) dapat dilihat pada tabel000
12) Buat sketsa rancangan
Jika dihitung sebagai balok-T murni, maka selanjutnya:
6) menentukan z = d - 1/2ht
7) Menghitung As yang diperlukan berdasarkan nilai z pada langkah 6
f z M A y u s φ =
8) Pilih batang tulangan baja dan periksa lebar balok
9) Menentukan tinggi efektif aktual (d aktual), dan lakukan analisis balok
10) Buat sketsa rancangan
Perencanaan penulangan geser
Perencanaan penulangan geser adalah usaha untuk menyediakan
sejumlah tulangan baja untuk menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap
retak tarik diagonal. Penulangan geser dapat dilakukan dalam beberapa
cara, seperti:
− sengkang vertikal
− jaringan kawat baja las yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu
aksial
− sengkang miring atau diagonal
− batang tulangan miring diagonal yang dapat dilakukan dengan cara
membengkokan batang tulangan pokok balok di tempat-tempat yang
diperlukan
− tulangan spiral
Perencanaan geser didasarkan pada nggapan dasar bahwa beton
menahan sebagian gaya geser, sedangkan kelebihannya di atas
kemampuan beton dilimpahkan pada tulangan geser. Cara umum yang
dipakai untuk penulangan geser adalah dengan menggunakan sengkang,
karena pelaksanaannya lebih mudah serta dijamin ketepatan
pemasangannya. Cara penulangan ini terbukti mampu memberikan
sumbangan untuk meningkatkan kuat geser ultimit komponen struktur yang
mengalami lenturan.
Gambar Detail susunan penulangan sengkang
Sumber: Dipohusodo, 1994
Berdasarkan ketentuan SNI 03-2847-2002, kuat geser (VC) untuk
komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur berlaku,
b d
f
V w
c
c
=
6
'
(7.6)
Dalam persamaan ini satuan fc’ dalam Mpa, bw dan d dalam mm, dan VC
dalam kN. Pada balok persegi bw sama dengan d. Kuat geser ideal
dikenakan faktor reduksi φ = 0,60. Kuat geser rencana Vu didapatkan dari
hasil penerapan faktor beban.
Berdasarkan peraturan, meskipun secara teoritis tidak diperlukan
penulangan geser apabila Vu ≤ φVC, akan tetapi tetap diharuskan untuk
selalu menyediakan penulangan geser minimum pada semua bagian
struktur beton yang mengalami lenturan. Ketentuan penulangan geser
minimum tersebut terutama untuk menjaga agar tidak terjadi kegagalan
geser bila terjadi beban yang tak terduga. Pada tempat di mana tidak
diperlukan tulangan geser yang memiliki ketebalan cukup untuk menahan Vu, maka tulangan geser minimum tidak diperlukan. Sedangkan pada
tempat yang memerlukan tulangan geser minimum, jumlah luasnya
ditentukan dengan persamaan:
y
w
f
b s
A
3
1 = (7.7)
Pada persamaan ini, dan mengacu pada gambar , dijelaskan:
Av = luas penampang tulangan geser total dengan jarak spasi antar
tulangan s, untuk sengkang keliling tunggal As = 2 As, dimana
As adalah luas penampang batang tulangan sengkang (mm2)
bw = lebar balok, untuk balok persegi = b (mm)
s = jarak pusat ke pusat batang tulangan geser ke arah sejajar
tulangan pokok memanjang (mm)
fy = kuat luluh tulangan geser (Mpa)
Selengkapnya: TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN