[iklan]

Mendudukan Akal dalam Pondasi Aqidah

Mendudukan akal dalam pondasi aqidah ! 

Sering kita dengarkan bahwa HT  menggunakan akal semata dalam beraqidah, atau lebih mengedepankan akal dalam landasan beraqidah Islam. Atau bahasa-bahasa senada yang kerap dilontarkan oleh oknum tertentu. Sungguh ini adalah sebuah kekeliruan yang patut didudukkan secara proporsional.


Alfaqir mengakui bahwa kapasitas pengetahuan Alfaqir jika dibandingkan dengan para penulis tentang HT menggunakan akal dalam beraqidah masihlah kurang. Modal penulis hanyalah sebuah ketenangan, ketentraman, serta kepuasan jiwa dalam mengkaji kitab-kitab HT. Atas dorongan inilah penulis berharap kita semua mendapatkan ampunan serta Ridho dari ALLAH SWT. 

Peratama tama yang dikaji dalam HT adalah masalah aqidah, yakni kitab nidhoumul Islam. Dimana dalam bab tersebut ada bab thoriqul iman (jalan menuju iman). Secara garis besar penulis hanya meringkas atas isi bab tersebut. Sebelum membahas tentang iman, tentunya membahas dahulu siapa yang akan beriman, pastilah kita ketahui semua yang dimaksudkan adalah manusia. Kemudian potensi apa saja yang ada pada diri manusia?  

Manusia memiliki potensi yang melekat, tak terpisahkan baik itu muslim maupun non muslim, baik itu pria maupun wanita. Mari kita uji potensi apa saja yang melekat erat pada diri manusia:

1. Akal, manusia semuanya memiliki akal, dimana akal tersebut bisa berjalan optimal ataupun tidak. 
Contoh: orang gila pun memiliki akal, namun tidaklah berfungsi dengan baik. Hingga di sisi lain bisa menentukan cara aman untuk sekedar bertahan hidup. Di sisi lain tidak bisa menentukan mana benar mana salah. Ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki yang namanya akal. 
(Akal ini pasti dimiliki oleh setiap individu, baik muslim maupun non muslim).

2. Ghoroiz (naluri naluri) 
Ghorizah (jamak dari ghoroiz) adalah sebuah naluri atau insting yang ada dalam diri manusia, dimana naluri tersebut terbagi menjadi 3 bagian:

A. Ghorizah nau' (naluri tertarik terhadap lawan jenis). Naluri ini bersifat alamiah, tumbuh dengan sendirinya. Oleh sebab itulah dikatakan naluri ini melekat erat pada manusia, jikalau seseorang (manusia) sudah dewasa maka dengan alamiah naluri itu muncul. Dan butuh pemenuhan. Dalam pemenuhan ini bisa menikah ataupun beli (Maaf) melacur..!

B. Ghorizah tadayyun (naluri menuhankan sesuatu). Naluri ini pun bersifat alamiah, sebagai contoh adakalanya seseorang memenuhi hal ini dengan menuhankan materi (Kapitalisme),  menuhankan benda (dinamisme/animisme). Setiap manusia pasti akan merasa rendah di hadapan sesuatu, inilah wujud pengakuan akan rendahnya dirinya atas sesuatu yang dianggap diatas kuasa dirinya. 
 
Contoh lain : ketika ada seseorang yang beragama islam, namun ternyata dalam kehidupan nya tidaklah mau tunduk terhadap syariah alias menganggap syariah tidak lah relevan diterapkan dalam kehidupan, bukan berarti dia tidak muslim namun dia melakukan maksiat, jika anda tidak percaya cobalah manusia tadi kita lemparkan ke laut lepas sendirian, maka pasti dalam hatinya akan meminta tolong murni kepada ALLAH SWT, tidak yang lain, ini membuktikan bahwa setiap manusia yang sudah merasa terjepit posisi nya maka secara alamiah akan keluar ghorizatutadayyun ini. 
 
Atau bukti lain bagi orang orang atheis misalnya, sebenarnya mereka pun menuhankan sesuatu. Bisa jadi harta, bisa jadi benda ataupun yang lain. Untuk mengetahui akan ini, maka diperlukan uji coba sebagai mana kasus serupa tadi. Yakni ketika seseorang dalam keadaan terhimpit lantas apa yang bisa membuat dirinya tenang. Apakah berfikir hartanya yang akan memberikan ketenangan?  Ataukah dengan meminta bantuan syetan (bagi penyembah syetan)  Ataupun yang lainya. Pastilah ada yang dianggap tinggi sebagai konsekuensi pengakuan akan dirinya lemah dan terbatas. 

C. Ghorizatu baqo'
Naluri ini pun ada pada setiap individu (manusia). Ghorizatu baqo' adalah naluri untuk mempertahankan sesuatu. Naluri ini akan muncul pembelaan terhadap dirinya sendiri, atau egois, atau individualis. Contohnya cobalah kita buka album foto ketika kita masih sekolah dahulu, maka secara alamiah pastilah kita akan mencari foto kita terlebih dahulu, lalu orang orang yang dekat terhadap kita, lalu yang lainya. Contoh lain jika kemudian keluarga kita ada masalah dengan keluarga orang lain, pastilah secara individu seseorang akan membela keluarganya masing-masing. Inilah yang dimaksudkan ghorizatu baqo'.

Ketiga naluri tersebut pasti ada dan melekat pada setiap individu, baik itu muslim, ataupun non muslim. 

3. Hajatul udhwiyah (kebutuhan fisik) 
Hajatul udhwiyah merupakan suatu yang melekat terhadap setiap individu, yakni kebutuhan makan, minum, buang hajat, istirahat dll.
Jadi tidak bisa dipungkiri  bahwa dalam berbagai aktivitas kehidupan di dunia ini sejatinya adalah proses akan pemenuhan potensi dasar yang dimiliki oleh setiap individu. 

Alhasil ke tiga point diatas (akal, ghoroiz, hajatul udhwiyah) semuanya butuh pemenuhan, butuh realisasi dalam menggunakan ataupun mencukupinya. Cuman bedanya hanyalah resiko jika kemudian tidak terpenuhi akan potensi dasar manusia tersebut. Maksudnya adalah jika ghoroiz tidak terpenuhi maka hanya mengakibatkan kegelisahan. Namun jika hajatul udhwiyah tidak terpenuhi maka mengakibatkan kerusakan fisik bahkan kematian. Jadi memang sepatutnya semua potensi dasar yang dimiliki oleh setiap individu haruslah terpenuhi. Terpenuhi dalam mengoptimalkannya ataupun terpenuhi dalam kebutuhannya. 

Dari sinilah sebenarnya muncul corak cara, beragam model, berbagai solusi telah ada dalam pemenuhan atas potensi dasar manusia di atas. Contohnya untuk memenuhi ghorizatunnau (ketertarikan terhadap lawan jenis) aja muncul beraneka ragam solusi, seperti menikah, berzina, nikah kontrak dll. Faktanya naluri tersebut terpenuhi, namun disinilah peran bagaimana cara pemenuhannya. 
Begitu pula dalam memenuhi hajatul udhwiyah (makan minum, istirahat, dll) ini pun butuh pemenuhan, dengan mencuri, meminta ataupun bekerja, semua dalam proses pemenuhan. Lagi-lagi yang menjadi berbeda adalah cara pemenuhan nya. Dst.

Mulailah pembahasan disini terkait cara pemenuhan atas potensi dasar manusia diatas. Tak bisa dipungkiri jika dalam pemenuhan tersebut haruslah memiliki konsep lengkap. Haruslah memiliki pandangan hidup yang komprehensif, serta haruslah faham akan wy of life (idiologi). Sebab hanya dengan idiologilah pemenuhan itu terlaksana terlepas baik atau buruknya pemenuhan tersebut.. 

Akhirnya secara ringkas kita akan dapatkan 3 idiologi sebagai sarana untuk memecahkan problematika umat akan pemenuhan atas potensi dasar manusia yang melekat pada individu masing-masing. Idiologi tersebut adalah ISLAM, SOSIALIS KOMUNIS DAN KAPITALIS. Marilah kita kupas secara perlahan atas ketiga idiologi di atas. 

1. ISLAM
Apa itu islam? 
Islam adalah agama yang di emban oleh Rosulullah Muhammad saw melalui malaikat jibril.yang mana tentunya datangnya dari ALKHOLIQ yakni ALLAH AZZA WAJALLA. Bagaimana bisa meyakini akan hal itu?  Tentu melalui wahyu yang dibawa yakni alquran itu sendiri. Bagaimana cara membenarkan alquran itu adalah wahyu ALLAH SWT?  Nah Disinilah letak krusial yang dimaksudkan Syaikh Taqiyuddin An Nabhani bahwa akal akan mampu mengantarkan kepada aqidah yang shahih. Marilah kita bahas bagaimana cara meyakini alquran itu adalah wahyu ALLAH SWT nanti. 

2. Idiologi Kapitalisme, idiologi ini merupakan idiologi hasil ciptaan manusia, yang mana menolak keterkaitan agama dalam kehidupan (fashluddin anil hayya) atas sekulerisme.

3. Idiologi Komunisme. Idiologi inipun hasil karya buatan manusia, baik dari sumber maupun implementasinya atas dasar doktrin serta paksaan semata. 

Kita cukupkan untuk fokus membahas idiologi Islam, sebab kedua idiologi selain Islam sudah otomatis tertolak karena hasil buatan manusia. Sementara jelas sifat manusia adalah lemah dan terbatas jadi untuk apa membahas kelemahan? 😀 😀 😀 

Sebelum membahas lebih jauh akan idiologi Islam, maka sudah semestinya kita membahas dahulu keontikan akan sumber sumber hukum dari idiologi ini yakni Alquran. 
Secara naluri kemungkinan terjadi adalah tiga hal akan masalah keontikan Alquran. 

1.  Alquran karangan nabi Muhammad sendiri (alasan ini lumrah sebab yang membawa adalah nabi Muhammad) 

2. Alquran karangan orang Arab (sebab alquran berbahasa Arab) 

3. Alquran benar adalah kalamullah yang diturunkan ALLAH SWT melalui malaikat Jibril kepada nabiullah Muhammad saw. 

Atas ketiga kemungkinan di ataslah yang bisa menjawab akan keontikan Alquran. Marilah kita kupas satu persatu.  

Kemungkinan pertama bahwa Alquran adalah karangan nabi Muhammad sendiri, kemungkinan ini lemah dan tertolak oleh beberapa sebab yakni 
Bagaimana mungkin seorang Muhammad saw mampu mengarang Alquran, sementara beliau adalah seorang yang tidak membaca dan tulis (ummi). Atas hal ini saja asumsi atau kemungkinan Alquran itu karangan nabi muhammad sendiri adalah bathil dan tertolak.

Kemungkinan kedua bahwa alquran adalah karangan orang arab sebab tulisan nya berbahasa Arab. Kemungkinan ini pun lemah, sebab mustahil jika ada seseorang yang menulis sesuatu namun merendahkan sendiri penulis atau pengarangnya, bahkan dari sisi bahasa pun berbeda yakni Alquran adalah bahasa ajm, bisa dilihat dari susunan kata antara alquran dan hadits. Disinilah peran akal manusia untuk bisa mengantarkan kepada aqidah yang shahih. 

Kemungkinan terakhir adalah Alquran memang benar kalamullah, bukanlah karangan nabi Muhammad sendiri ataupun karangan orang Arab. Cukup menggunakan analisis serta mengerahkan segenap potensi dasar manusia yang dimilikinya akan bisa menguraikan problem tersebut. 

Alhasil setelah melalui proses berfikir yang mendalam sangatlah mustahil bagi seseorang untuk ragu sedikitpun akan keontikan isi Alquran itu sendiri. Oleh sebab itulah kami meyakini bahwa ISLAM ADALAH RAHMATAN LIL ALAMIN. Disinilah korelasi bahwa antara ikhtiyar dan tawakal haruslah beriringan. Dengan ini pula maka bagi Siapapun yang beraqidah Islam sudah semestinya tanpa ada keraguan sedikit pun akan isi Alquran. Baik itu perintahNYA, laranganNYA, ataupun bisyarohNYA, juga ancamanNYA. Alhasil marilah kita terapkan syariat islam secara kaffah baik individu, kelompok, maupun negara. 
 
Lantas muncul pertanyaan apakah kaum muslimin yang enggan akan menerapkan syariah secara totalitas boleh di anggap kafir lantaran aqidah nya tidak shahih?  Tentu statemen tersebut sangatlah gegabah. Sebab ALLAH SWT pun telah memberikan klasifikasi akan hal ini menjadi fasiq, dzolim, dan kafir. Tentu untuk menjudge hal tersebut dibutuhkan adanya takyin, adanya penjelasan dari alasan pelaku. Sementara penjelasan tersebut bisa digelar dihadapan seorang qodhi (peradilan). Inilah salah satu bentuk urgensi dari penegakan syariah dan khilafah, agar tidak lantas saling tuduh dan curiga sesama kaum muslimin. Semoga bermanfaat. 

ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون (المائدة: 44)

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ] - المائدة 47

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Wallahu A'lam bishowab 
Semoga bermanfaat 

Alfaqir Sumirah 
010119

#KhilafahAjaranIslam 
#IslamRahmatanLilAlamin 
#IndonesiaBerkahDenganSyariah 
#BenderaTauhidSatukanUmat 

------
0 komentar


. . .
 
© 2011 - | Buku PR, TUGAS, dan Catatan Sekolah | www.suwur.com | pagar | omaSae | AirSumber | Bengkel Omasae, | Tenda Suwur | Versi MOBILE