Teknik Budidaya Kakao


Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.

Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya.

Oleh karena itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao. b. Syarat tumbuh Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan.

Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan tropis.
Dengan demikian curah hujan, suhu udara dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan.
Demikian juga dengan faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.
Ditinjau dari wilayah penanamannya kakao ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 10o LU sampai dengan 10o LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada diantara 7oLU sampai 18oLS.

Hal ini erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Kakao juga masih toleran pada daerah 20o LU sampai 20o LS.


Dengan demikian Indonesia yang berada pada 5o LU sampai dengan 10o LS masih sesuai untuk pertanaman kakao.

Ketinggian tempat
Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal untuk penanaman kakao adalah tidak lebih tinggi dari 800 m dari permukaan laut.

Curah Hujan yang perlu diperhatikan dalam Budidaya Kakao

Temperatur yang perlu diperhatikan dalam Budidaya Kakao

Pengaruh temperatur terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar matahari dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi.
Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.

Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi tanaman kakao adalah 300C - 320C (maksimum) dan 180C-210C (minimum). Kakao juga dapat tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15o C perbulan. Temperatur ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16,60C masih baik untuk pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang.

Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia temperatur 250-260 C merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor terbatas. Karena itu daerah-daerah tersebut sangat cocok jika ditanami kakao.

Temperatur yang lebih rendah 100 C dari yang dituntut tanaman kakao akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan gugur.
Pembungaan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 230 C. Demikian juga tempertur 26oC pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan dari pada temperatur 23o-300 C.
Temperatur tinggi selama kurun waktu yang panjang berpengaruh terhadap bobot biji. Tempertur yang relatif rendah akan menyebabkan biji kakao banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dibandingkan dengan suhu tinggi.
Pada areal tanaman yang belum menghasilkan kerusakan tanaman sebagi akibat dari temperatur tinggi selama kurun waktu yang panjang ditandai dengan matinya pucuk.
Daun kakao masih toleran sampai suhu 50o C untuk jangka waktu yang pendek.
Temperaturvyang tinggi tersebut menyebabkan gejala necrossis pada daun.

Sinar Matahari

Lingkungan hidup alami tanaman kakao ialah hutan hujan tropis yang didalam pertumbuhanya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh.
Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek.
Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapain indeks luas daun optimum.
Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya didalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya matahari penuh.
Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak.

Air dan hara

Air dan hara merupakan faktor penentu bila mana kakao akan ditanam dengan sistem tanpa tanaman pelindung sehingga terus menerus mendapat sinar matahari secara penuh.

Naungan

Pembibitan kakao membutuhkan naungan, karena benih kakao akan lebih lambat pertumbuhannya pada pencahayaan sinar matahari penuh.

Penanaman kakao tanpa pelindung saat ini giat diteliti dan diamati karena berhubungan dengan biaya penanaman maupun pemeliharaan.
Penanaman dilakukan dipagi hari pada musim hujan tenyata lebih baik hasilnya kalau sore/malam harinya hujan turun dibandingkan dengan jika hujan yang turun 2 hari kemudian. Dengan demikian, air dan hara memang merupak faktor penentu bila mana cahaya matahari dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pertanaman kakao.

Tanah

Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan kimia dan fisik yang berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kakao terpenuhi. Kemasaman tanah, kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sementara faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukan air tanah, drainse, struktur dan konsesntensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kakao.

Sifat kimia

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki kemasaman pH 6-7.5 tidak lebih tinggi dari 8, serta tidak lebih rendah dari 8. Bahan organik tanah Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1.75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur.

Untuk meningkatkan kadar zat organik dapat dipergunakan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. 900 kg kulit buah kakao memberikan hara 28 gram urea, 9 kg P, 56.6 kg Mo dan 8 Kg kiserit.

Sebaiknya tanah-tanah yang hendak ditanam kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8 me per 100 gram contoh tanah da kalsium lebih besar dari 0.24 me per 100 gram pada kedalaman 0-15 cm.

Sifat fisik

Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40 persen fraksi liat, 50 persen pasir dan 10-20 persen debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah.
Struktur tanah yang remah dengan agregat dapat menciptakan gerakan air dan udara didalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah tipe latasol yang memiliki fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan bagi tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan lempung berliat walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao.
Tanah yang baik drainasenya dengan struktur lempung berliat serta lapisan atas yang kaya akan baha organik cocok sekali bila ditanami kakao. Dengan demikian, tanah-tanah pantai berstekstur liat masih baik ditanami kakao.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pupuk nitrogen yang diberikan pada tanah demikian akan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman kakao.

Kedalaman tanah

Disamping faktor fisik diatas, kakao juga menginginkan solum tanah minimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selaulu medukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao.

Kedalaman efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu menciptakan kondisi yang menjadikan akar bebas berkembang. Karena itu, kedakaman efektif dapat berkaitan juga dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk itu kedalaman air tanah yang yang disarankan minimal 3m. Faktor kemiringan lahan sangat menentukan kedalaman air tanah. Semakin miring suatu areal, semakin dalam pula air tanah yang dikandungnya. Pembuatan teras pada lahan yang kemiringanya 8 persen dan 25 persen, masing-masing dengan lebar 1m dan 1.5 m.

Sedangkan lahan yang kemiringannaya lebih dari 40 persen sebaiknya tidak ditanamai kakao. Disamping faktor terbatasnya air tanah, hal itu juga didasarkan atas kecenderungan yang tinggi tererosi.

Kriteria tanah

Tanah yang digunakan untuk pertanaman kakao dapat dikelompokkan manjadi 4 kelompok berdasarkan sifat fisik dan kimianya.
Keempat kelompok tersebut adalah:
- tanah-tanah yang sesuai
- cukup sesuai
- kurang sesuai
- tidak sesuai

Dengan menetapkan sebaran tingkat pembatas sifat fisik dan kimia tanah, penerapan kriteria tanah tersebut dapat dijadikan pedoman umum bagi rencana penanaman suatu areal apakah sesuai atau tidak bagi pertanaman kakao.

c. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung sebelum penanaman kakao bertujuan mengurangi intesnsitas sinar matahari langsung. Bukan berarti bahwa pohon pelindung tidak menimbulkan masalah yang menyangkut biaya, sanitasi kebun, kemungkinan serangan hama dan penyakit, atau kompetisi hara dan air.
Karena itu, jumlah pemeliharaan untuk meniadakan pohhon pelidung pada areal penanaman kakao saat ini sedang dilakukan. Penanaman pohon kakao secara rapat atau pengurangan pohon pelindung secara bertahap, misalnya, merupakan upaya meniadakan pohon pelindung itu.

Manfaat Pohon Pelindung

Melindungi daun
Pohon pelindung sangat berpengaruh pada terhadap kadar gula pada batang dan cabang kakao. Pengaruh itu mengisyaratkan perlunya pohon pelindung pada areal penanaman yang sebagai faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi proses fisiologis. Ditinjau dari kemampuan menyerap sinar matahari sebagai sumber energi, kakao masuk kedalam tanaman C3, yaitu tanaman yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Tanaman yang tergolong C3 membutuhkan temperatur optimum 10-25oC.
Dengan demikian dengan adanya pohon pelidung terutama akan mempengaruhi kemampuan daun kakao melakukan proses fisiologis.

Menciptakan Iklim Mikro

Disamping itu, pohon pelidung terutama pada areal yang belum menghasilkan memainkan peranan penting pula dalam menciptakan iklim mikro yang lembab.
Menghindari pencucian hara Pohon pelidung juga berperan dalam memperbaiki unsur tanah, mengembalikan hara tercuci, dan menahan terpaan angin terutama pada kakao yang belum menghasilkan.

Memperbaiki Struktur tanah Peranannya sebagai memperbaiki struktur tanah dikarenakan sistem perakaran pohon pelindung umunya dalam. Pengembalian hara yang tercuci bisa terjagi karena adanya guguran daun tanaman pelindung yang akan melapuk membentuk senyawa organik. Kerugian Pohon pelindung Tetapi seperti disebut diatas pohon pelindung juga dapat memberikan pengaruh yang merugikan.

Kerugian itu berkaitan dengan perbandingan biaya penanaman dan pemeliharaan dengan peranannya sebagai peningkatan produksi, terutama bagi tanaman yang menghasilkan. Hasil dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa tanpa pohon pelindung kakao akan menghasilkan buah lebih banyak dari pada kakao yang ada pohon pelindungnya.

Kakao tanpa pohon pelindung yang diberi pupuk menghasilkan biji kering yang lebih tinggi dari pada kakao yang dibei pohon pelindung atau tanpa pupuk.
Hasil penelitian itu mengindikasikan bahwa kakao yang telah menghasilkan pada hakikatnya mampu menciptakan iklim mikro sesuai dengan kebutuhanya. Tajuk yang saling bertemu akan membatasi intensitas matahari langsung kesebagian besar daun. Kerugian lainya dari adanya pohon pelindung adalah timbulnya persaingan dalam mendapatkan air dan hara antara tanaman pelindung dengan kakao tersebut.

Persaingan dalam mendapatkan air dan hara akan sangat tajam terutama pada pohon pelindung yang ditanam lebih rapat dengan kakao yang baru ditanam dilapangan.

Kerugian bisa juga timbul mengingat pohon pelindung punya kemungkinan menjadi inang hama Helopeltis sp, seperti tanaman pelindung Accasia decurens dan Albissia chinensis.

Jenis pohon pelindung Pada arel penanaman kakao ada dua jenis pohon pelindung, yaitu:
- Pohon pelindung sementara
- Pohon pelindung tetap.
Pohon pelidung sementara berfungsi bagi tanaman yang telah mulai menghasilkan. Untuk menetapkan pohon pelindung yang hendak ditanam maka hal-hal yang berkaitan dengan morfologi daun, letak kedududkan daun, ukuran tipe daun, tipe percabangan maupun ketahan akan hama penyakit, serta sifatnya didalam penyerapan air dan hara patut diperhatikan.

Bila memungkinkan, pohon pelindung sebaiknya juga dimanfaatkan segi ekonomisnya seghingga areal penanaman kakao dan pohon pelindungnya mempunyai nilai tambah. Pemilihan pohon pelindung kakao dengan kriteria:
- Mudah dan cepat tumbuhnya, percabangan dan daunnya memberikan perlindungan yang baik
- Tidak mengalami masa gugur daun pada musim tertentu
- Mampu tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kurang subur dan tidak bersaing dalam hal kebutuhan akan air dan hara
- Tidak mudah terserang hama dan penyakit
- Tidak menjadi inang hama dan penyakit
- Tahan akan angin, dan mudah memusnahkannya, jika sewaktu-waktu tidak dipakai lagi

Pohon pelindung sementara yang umum digunakan ialah:
- Maghonia macrophylla
- Albizzi falcata
- Ceiba petranda.

Pada areal penanaman kakao, singkong, dan pisang sering juga digunakan sebagai pohon pelindung sementara. Akan tetapi keduanya memiliki persaingan akan hara dan air yang sangat tinggi. Saat ini pohon pelindung yang sering gunakan ialah hasil okulasi antara Leucaene glauca sebagai batang bawah dan Leucaene glabrata sebagai batang atas. Hasil okulasi ini tidak menghasilkan biji sehingga tidak mengotori kebun. Pohon okulasi itu dikenal dengan L2, L19 dan L21.

Kekhawatiran penanaman pohon pelindung jenis lamtaro akhirakhir ini berkaitan dengan ditemukannya hama kutu loncat (Heteropsylla sp) pada habitat tanaman tersebut. Serangannya dapat mengakibatkan pohon pelindung gundul sehingga kehilangan fungsinya.

Bikultur & Penjarangan Pohon Pelindung Penanaman kakao pada areal tanaman perkebunan non kakao sering dilakukan. Hal ini berdasarkan atas pemanfaatan tanaman perkebunan non kakao tersebut sebagai pohon pelindung bagi kakao.

Penanaman kakao diantara barisan kelapa sawit pada awal pertumbuhannya memberikan hasil yang baik, tetapi masa berbunga dan pertumbuhan selanjutnya menjadi tertekan. Penanam kakao secara bikultur sebaiknya pada areal tanaman kelapa. Kelapa ditanam berjarak 9m x 9m (123 pohon per ha) atau 10.5 m x 10.5m (91 pohon per ha), sedangkan, kakao ditanam diantara dua baris kelapa dengan jarak tanam 3m x 3m (650 pohon per ha).

Penanaman kakao diantara tanaman kelapa tersebut dilakukan setelah tanaman kelapa berumur 5 tahun.

Sisem bikultur lainnya bagi kakao dapat juga diterapakan pada areal tanaman karet, kapuk atau kopi. Penanaman demikian memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif lagi karena menyangkut pengelolaan dua tanaman sekaligus yang sama– sama memberikan keuntungan ekonomi.

Penjarang pohon pelindung pada areal tanaman kakao yang telah menghasilkan dapat dilakukan sebagai salah satu usaha mengurangi kerugian atau biaya yang telah ditimbulkan pohon pelindung.

Yang penting diperhatikan dalam melakukan penjarangan pohon pelindung adalah jenis tanaman pelindung, umur tanaman kakao, faktor tanah, dan iklim. Jadwal Pekerjaan Pembersihan untuk penanaman kakao memerlukan jadwal pekerjaan yang mantap, karena pekerjaan ini menyangkut pula penanaman pohon pelindung tetap dan pohon pelindung sementara yang harus ditanam terlebih dahulu. Jadwal pekerjaan pembersihan areal hendaknya dengan memeperhitungkan keadaan musim, sehingga baik pembakaran kayu-kayu maupun pembibitan tanaman pohon pelindung tetap, pembibitan kakao, ataupun penanamannya dilapangan tidak sia-sia.

Pembakaran sisa-sisa kayu pada musim hujan atau penanaman pohon kakao pada musim kemarau adalah salah satu contoh kekeliruan jadwal pekerjaan.

Pohon pelindung hendaknya ditanam 12-18 bulan sebelum penanaman kakao dilapangan. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa kakao harus sudah dibibitkan 4-6 bulan sebelumnya. Waktu diatas didasarkan pada perkiraan waktu yang dibutuhkan pohon pelindung tetap dan pohon pelindung sementara untuk tumbuh sehingga dapat berfungsi dengan baik.

d. Pedoman Budidaya

Pembersihan Areal

Pembersihan areal dilaksanakan mulai dari tahap survai/pengukuran sampai tahap pengendalian ilalang.

Pelaksanaan survai/ pengukuran biasanya berlangsung selama satu bulan.

Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan meliputi pemetaan topografi, penyebaran jenis tanah, serta penetapan batas areal yang akan ditanami. Hasi survai akan sangat penting artinya untuk tahapan pekerjaan lain , bahkan dalam hal penanaman dan pemeliharaan kakao.

Tahap selanjutnya dari pembersihan areal adalah tebas/babat. Pelaksanaan pekerjaan pada tahap ini adalah dengan membersihkan semak belukar dan kayu-kayu kecil sedapat mungkin ditebas rata dengan permukaan tanah, lama pekerjaan ini adalah 2-3 bulan baru kemudian dilanjutkan dengan tahap tebang .

Tahap berikut ini dilaksanakan selama 3-4 bulan, dan merupakan tahap yang paling lama dari semua tahap pembersihan areal. Bila semua pohon telah tumbang tumbangan itu biarkan selama 1- 1,5 bulan agar daun kayu mengering.

Areal yang telah bebas dari semak belukar, kayu-kayu kecil, dan pohon besar, apalagi bila baru dibakar, biasanya cepat sekali menumbuhkan ilalang. Seperti diketahui, ilalang merupakan gulma utama dari areal pertanian. Karena itu, pengendaliannya harus dilaksanakan sesegera mungkin, sehingga sedapat mungkin areal telah bebas dari ilalang saat penanaman pohon pelindung. Pengendalian ilalang dapat dilakukan secara manual, kimiawi, maupun mekanis dengan mempertimbanhkan luas areal, ketersedian tenaga kerja, waktu, cuaca, penyaluran bahan dan biaya. Tahap pengendalian ilalang ini dapat dilasanakan selama 2-3 bulan.

Persiapan areal
Pembersihan areal sering juga diakhiri dengan tahap pengolahan tanah. Pengolaan tanah biasanya dilaksanakan secara mekenis. Pengolahan tanah selain dinilai mahal, juga dapat mempercepat pengikisan lapisan tanah atas.

Penanaman tanaman penutup tanah

Untuk mempertahankan lapisan atas tanah dan menambah kesuburan tanah, pembersihan areal terkadang diikuti dengan tahap penanaman tanaman penutup tanah.

Tanaman penutup tanah biasanya adalah jenis kacang-kacangan antara lain

Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides, Puerarai javanica atau Pologonium caeruleum.

Biji dapat ditanam menurut cara larikan atau tugal, bergantung pada ketersediaan biji dan tenaga kerja.

Jarak tanam kacang-kacangan biasanya disesuaikan dengan jarak tanam kakao yang hendak ditanam. Jika jarak tanam kakao 3 x 3 m maka terdapat 3 baris kacang-kacangan diantara barisan kakao.

Bila jarak tanam kakao 4.2 x 2.5 maka akan terdapat dua barisan kacangan dengan jarak 1.2 m. Biji ditanam dengan mempergunakan tugal

Jarak tanam

Jarak tanam yang ideal bagi kakao adalah jarak yang sesuai dengan perkembangan bagian tajuk tanaman serta cukup tersedianya ruang bagi perkembangan akar.

Pemilihan jarak tanam erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan tanaman, sumber bahan tanam, dan kesuburan tanah.

Kakao dengan bahan tanaman Sca 6 misalnya membutuhkan ruang pertumbuhan tajuk yang lebih kecil dibandingkan dengan klon lainnya.

Dengan kata lain jarak tanam tergantung dari luasan tajuk yang akan dibentuk tanaman. Masing-masing klon kakao berbeda dalam bentuk tajuknya. Pada tanah dengan kandungan hara (kesuburan) yang rendah maka jarak tanam yang digunakan lebih lebar, sedangkan pada tanah yang subur jarak tanamnya dapat dirapatkan.

Pola Tanam Kakao dapat ditanam dibarisan kelapa, kelapa sawit, atau juga karet sebagai tanaman intercropping.

Kakao juga dapat ditanam diantara barisan pisang atau singkong yang berfungsi sebagi pohon pelindung sementara. Pola tanam yang diterapkan pada areal demikian umumnya menyesuaikan pola tanam terdahulu.

Untuk mendapatkan areal penanaman kakao yang sebaikbaiknya dianjurkan untuk menetapkan pola tanam terlebih dahulu.

Pola tanam erat kaitannya dengan:
- keoptimuman jumlah pohon per ha
- keoptimuman pohon pelindung
- meminimumkan kerugian yang timbul pada nilai kesuburan tanah.

Ada empat pola yang dinjurkan adalah:
1. Pola tanam kakao segi empat, pohon pelindung segi empat.
2. Pola tanam kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga.
3. Pola tanam kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi empat.

Pola Tanam Segi empat

Pada pola tanam segi empat pohon pelindung segi empat tidak terdapat jarak antar dua barisan pohon kakao. Seluruh areal ditanami menurut jarak tanam yang ditetapkan.

Pohon pelindung berada tepat berada pertemuan diagonal empat pohon kakao.

Pada pola tanam segi empat pohon pelindung segi tiga juga sama.

Perbedaannya terletak pada letak pohon pelindung diantara dua gawangan dan dua barisan yang membentuk segi tiga sama sisi.

Pola berpagar ganda Pada pola tanam berpagar ganda, beberapa berisan pohon kakao dipisahkan dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon kakao berikutnya. Dengan demikian terdapat ruang diantara barisan kakao yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan untuk pemeliharaan. Sedangkan pohon pelindung segi tiga dan segi empat sama polanya dengan pola pohon pelindung terdahulu.

Penanaman dan pemeliharaan Bila jarak tanam dan pola tanam telah ditetapkan dan keadaan pohon pelindung tetap telah memenuhi syarat sebagi penaung,dan bibit dalam polybag telah berumur 4-6 bulan dan tidak dalam keadaab flush, maka penanaman sudah dapat dilaksanakan. Rencana penanaman hendaknya diiringi pula dengan rencana pemeliharaan sehingga bibit yang ditanam tumbuh dengan baik untuk jangka waktu yang cukup lama.

Penanaman

Dua minggu sebelum penanaman. Lebih dahulu disiapkan lubang tanah berukuran 40cm x 40cm x40cm atau 60cm x 60cm, bergantung pada ukuran polybag. Lubang kemudian ditaburi 1 kg pupuk Agrophos dan ditutupi lagi dengan serasah. Pemberian pupuk tersebut dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi bibit yang akan ditanam beberapa minggu kemudian. Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

Bibit yang hendak ditanam sebaiknya tidak terlalu sering dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain. Untuk itu diperlukan tempat pengumpulan polybag, misalnya untuk setiap 50 lubang disediakan suatu tempat pengumpulan bibit.

Dengan menyangga polybag ke lubang penanama maka mutu bibit akan jauh lebih terjamin.

Teknik penanamannya adalah dengan terlebih dahulu memasukkan polybag kedalam lubang tanam, setelah itu dengan menggunakan pisau tajam polybag disayat dari bagian bawh ke arah atas. Polybag yang terkoyak dapat dengan mudah ditarik dan lubang ditutup kembali dengan tanah galian. Pemadatannya dilaksanakan dengan bantuan kaki. Tetapi disekitar batang dipermukaan tanah haruslah lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penggenangan air disekitar batang yang dapat menyebabkan pembusukan. Bibit yang baru ditanam dilapangan peka akan sinar matahari. Bila tersedia tenaga dan bahan yang cukup, bibit dapat diberi naungan sementara dengan menancapkan pelepah kelapa sawit atau kelapa disebelah timur dan barat.

Pemangkasan

Selama masa tanaman belum menghasilkan pemeliharaan ditunjukkan kepada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatig yang baik. Disamping itu, pemangkasan pohoh pelindung tetap juga dilaksanakan agar percabangan dan dedaunnya tumbuh tinggi dan baik. Sedangkan pohon pelindung sementara dipangkas dan akhirnya dimusnahkan sejalan dengan pertumbuhan kakao. Pohon pelindung sementara yang dibiarkan akan membatasi pertumbuhan kakao, karena menghalangi sinar matahari serta menimbulkan persaingan denagn tanaman utama dalm mendapatkan air dan hara.

Pemangkasan pohon pelindung sementara Pohon pelindung sementara harus dipangkas agar tidak menutupi tanaman kakao. Caranya adalah dengan merumpisnya dengan menggunakan pisau babat tajam. Pohon pelindung sementara harus tidak lebih tinggi dari 1,5 m agar tanaman kakao mendapatkan sinar matahari yang sesuai dengan pertumbuhannya. Siasa pemangkasan diletakkan dipinggiran tanaman kakao agar dapat menekan pertumbuan gulma dan menjadi sumber hara.

Sesuai dengan umur kakao, pohon pelindung sementara dipangkas semakin rendah. Bila percabangan kakao telah tumbuh kearah samping dan dedaunnya sudak cukup lebat, pohon pelindung sementara biasanya tidak tumbuh lagi. Pohon pelindung sementara yang masih hidup harus dimusnahkan, kecuali yang tumbuh di pinggiran jalan utama kebun, yang kelak berfungsi sebagai pagar bagi kakao.

Pemangkasan pohon pelindung tetap

Pohon pelidung tetap dipangkas agar dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama.

Pemangkasan dilakukan terhadap cabang-cabang yang tumbuh rendah dan lemah.

Dengan pemangkasan diharapakan paling tidak cabang terendah pohon pelindung akan berjarak lebih 1 m dari tajuk tanaman kakao. Mengingat pohon pelindung tetap dapat diperbanyak dengan cara vegetatif, maka cabang yang dipangkas dapt digunakan sebagai bibit stek batang untuk areal tertentu yang pohon pelindung nya telah mati. Disamping itu pemeliharaan juga dilaksanakan dengan memusnahkan pohon pelindung sementara sejauh 50 cm dari batang pohon pelindung tetap. Dengan demikian pertumbuhannya tidak terhalang dan penyebaran tajuk juga merata.

Untuk pohon pelindung tetap yang mempunyai dua cabang utama sejak awal pertumbuhan sehingga dibiarkan tumbuh sampai satu tahun. Setelah itu satu cabang harus dipotong agar tidak memberikan naungan yang terlalu gelap bagi kakao.

Pemangkasan kakao

Bagi tanaman kakao, pemangkasan adalah suatu usaha meningkatkan produksi dam memepertahankan umur ekonomis tanaman. Secara umum, pemangkasan bertujuan untuk:
- Mendapatkan pertumbuhan tajuk yang seimbang dan kukuh.
- Mengurangi kelembapan sehingga aman dari serangan hama dan penyakit.
- Memudahkan pelaksanaan panen dan pemeliharaan.
- Mendapatkan produksi yang tinggi .

Pemangkasan bentuk

Pada tanaman kakao yang belum menghasilkan (TBM), setelah umur 8 bulan perlu dilaksanakan pemangkasan. Pemangkasan demikian disebut pemangkasan bentuk. Sekali dua minggu tunas-tunas air dipangkas dengan cara memotong tepat dipangkal batang utama atau cabang primer yang tumbuh.

Sebanyak 5-6 cabang dikurangi sehinnga hanya tinggal 3-4 cabang saja. Cabang yang dibutuhkan adalah cabang yang simetris terhadap batang utama, kukuh, dan sehat. Tanaman yang cabang-cabang primernya terbuka, sehingga jorket langsung terkena sinar matahari, sebaiknya diikat melingkar agar pertumbuhannya membentuk sudut lebih kecil terhadap batang utama atau tajuk menjadi lebih ramping. Kadang-kadang dilakukan juga pemangkasan terhadap cabang primer yang tumbuhnya lebih dari 150 cm. Hal ini bertujuan untuk merangsang tumbuhanya cabang-cabang sekunder. Untuk bibit vegetatif, pemangkasan TMB dilaksanakan agar cabang yang tumbuh tidak rendah. Pemangkasan bentuk dilaksanakan dalam selang waktu dua bulan sekali selama masa TBM. Bentuk pemangkasan yang bertujuan untuk menggantikan cabang yang patah karena angin atau tertimpa cabang pohon pelindung tetap dapat juga dimasukkan kedalam pelaksanaan pemangkasan pemeliharaan. Oleh sebagian perkebunan, pemangkasan tersebut dinamakan pemangkasan rehabilitasi yang dilaksanakan dengan memelihara chupon pada ketinggian 25 cm dari jorket. Pemangkasan Produksi Bentuk pemangkasan yang lain adalah pemangkasan produksi. Pada pemangkasan ini cabangcabang yang tidak produktif, tumbuh kearah dalam, menggantung, atau cabang kering, menambah kelembapan, dan dapat mengurangi intensitas matahari bagi daun. Pemangkasan Pemeliharaan Disamping pemangkasan bentuk, dikenal juga pemangkasan pemeliharaan yang lebih mengutamakan keseimbangan cabang primer. Chupon harus dipangkas dalam selang waktu dua minggu sekali. Karena bila dibiarkan tumbuh akan menyerap hara sematamata dan menjadi inang beberapa hama. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan cara memotong cabang-cabang sekunder dan tersier yang tumbuhnya kurang dari 40 cm dari pangkal cabang perimer ataupun sekunder. Cabang-cabang demikian bila dibiarkan tumbuh akan membesar sehingga semakin menyulitkan ketetapan pemangkasan. Disamping itu pemangkasan semakin sukar dilaksanakan dan semakin merugikan tanaman kakao tersebut. Pengendalian Hama & Penyakit Hama a. Ulat Kilan (Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan Pestona dosis 5-10cc/liter. b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ) Ulat ini ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian: dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, atau dengan bahan kimia. c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge) Serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. d. Kutu - kutuan (Pseudococcus lilacinus) Kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan Infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian: Tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci atau mempergunakan bahan kimia . e. Helopeltis antonii, Hama ini menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan: Kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian: Pengendalian dilakukan dengan bahan kimia dan sanitasi lahan, dan pembuangan buah yang terserang. f. Kakao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian: Sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana (BVR) dengan cara disemprotkan. Penyakit Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora) Gejala serangan: Dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian Membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur. Jamur Upas (Upasia salmonicolor), Penyakit ini menyerang batang dan cabang. Pengendaliannya Kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan pestisida nabati atau kimia, pemangkasan teratur, serangan yang berkelanjutan dipotong lalu dibakar. Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan surfaktan. Panen Saat petik persiapkan rorakrorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia. Pengolahan Hasil Fermentasi Tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak. Pengeringan Pengeringan biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6%. Sortasi Untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.

TEKNIK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

OLAH SUARA - PEMERANAN (Teater)

OLAH SUARA
Suara adalah unsur penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi auditif atau sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran. Dalam kenyataannya, suara dan bunyi itu sama, yaitu hasil getaran udara yang datang dan menyentuh selaput gendang telinga.
Akan tetapi, dalam konvensi dunia teater kedua istilah tersebut dibedakan. Suara merupakan produk manusia untuk membentuk kata-kata, sedangkan bunyi merupakan produk benda-benda.
Suara dihasilkan oleh proses mengencang dan mengendornya pita suara sehingga udara yang lewat berubah menjadi bunyi. Dalam kegiatan teater, suara mempunyai peranan penting, karena digunakan sebagai bahan komunikasi yang berwujud dialog. Dialog merupakan salah satu daya tarik dalam membina konflik-konflik dramatik. Kegiatan mengucapkan dialog ini menjadi sifat teater yang khas.
Suara adalah lambang komunikasi yang dijadikan media untuk mengungkapkan rasa dan buah pikiran. Unsur dasar bahasa lisan adalah suara. Prosesnya, suara dijadikan kata dan kata-kata disusun menjadi frasa serta kalimat yang semuanya dimanfaatkan dengan aturan tertentu yang disebut gramatika atau paramasastra.


Pemilihan kata-kata memiliki peranan dalam aturan yang dikenal dengan istilah diksi. Selanjutnya, suara tidak hanya dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya, dan cepat lambatnya sesuai dengan situasi dan kondisi emosi. Itulah yang disebut intonasi. Suara merupakan unsur yang harus diperhatikan oleh seseorang yang akan mempelajari teater.
Kata-kata yang membawa informasi yang bermakna. Makna kata-kata dipengaruhi oleh nada. Misalnya, kalimat, “Yah, memang, kamu sekarang sudah hebat..... ”. Maka, nada suara yang terlontarkan, menunjukkan maksud memuji atau sebenarnya ingin mengatakan, “kamu belum bisa apa-apa”. Banyak lagi contoh yang menunjukkan tentang makna suara. Misalnya, dalam situasi tertentu tidak mampu mengungkapkan maksud yang sebenarnya, sehingga secara tidak sadar mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki. Maksud tersembunyi seperti itu disebut subtext.


Seorang pemeran dalam pementasan teater menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa tubuh dan bahasa verbal yang berupa dialog.
Bahasa tubuh bisa berdiri sendiri, dalam arti tidak dibarengi dengan bahasa verbal. Akan tetapi, bisa juga bahasa tubuh sebagai penguat bahasa verbal.
Dialog yang diucapkan oleh seorang pemeran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pementasan naskah drama atau teks lakon. Hal ini disebabkan karena dalam dialog banyak terdapat nilai-nilai yang bermakna. Jika lontaran dialog tidak sesuai sebagaimana mestinya, maka nilai yang terkandung tidak dapat dikomunikasikan kepada penonton. Hal ini merupakan kesalahan fatal bagi seorang pemeran.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh seorang pemeran tentang fungsi ucapan, yaitu sebagai berikut.
a. Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari teks lakon kepada penonton.
b. Memberi arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara.
c. Memuat informasi tentang sifat dan perasaan peran, misalnya:
umur. kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah, dan sebagainya.
d. Mengendalikan perasaan penonton seperti yang dilakukan oleh musik.

e. Melengkapi variasi.
Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiran-pikiran penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekedar hasil hafalan saja, maka dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan kalimat dialog. Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan yang hendak dikomunikasikan kepada penonton.

2.1 Persiapan
Sebelum melakukan latihan olah suara sebaiknya mempelajari organ produksi suara. Organ produksi suara pada manusia terbagi menjadi tiga, yaitu organ pernafasan, resonator, dan organ pembentuk kata. Organ pernafasan terdiri dari hidung, tekak atau faring, pangkal tenggorokan atau laring, batang tenggorokan atau trakea, cabang tenggorokan atau bronkus, paru-paru, serta pita suara. Resonator terdiri dari: rongga hidung, rongga mulat, dan rongga dada. Sedangkan organ pembentuk kata terdiri lidah, bibir, langit-langit mulut, dan gigi.

Hidung atau nasal adalah saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang, dipisahkan oleh sekat dan di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran-kotoran yang masuk dalam rongga hidung. Fungsi dari hidung adalah bekerja sebagai saluran keluar masuknya udara. Tekak atau faring adalah tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Letak tekak terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan mulut pada bagian depan ruas tulang leher. Pangkal tenggorokan atau laring adalah saluran udara dan bertindak sebagai pembentukkan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Batang tenggorokan atau trakea adalah merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh enam belas sampai dengan dua puluh cincin tulang rawan dan berbentuk kuku kuda atau huruf “C”. Trakea diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar dan hanya bergerak ke arah luar. Fungsi bulu getar ini adalah mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara.
Cabang tenggorokan atau bronkus adalah lanjutan dari trakea yang terdiri dari dua buah cabang yang menuju paru-paru. Paru-paru adalah organ tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung dan berjumlah kurang lebih 700.000.000 (tujuh ratus juta) gelembung di paru-paru kanan dan kiri.


2.2 Pemanasan
Setelah mengetahui macam-macam, letak, dan fungsi dari organ produksi suara, maka latihan pemanasan siap dilakukan. Fungsi pemanasan ini adalah mengendorkan otot-otot organ produksi suara.
Latihan pemanasan olah suara diawali dengan senam wajah, senam lidah, dan senam rahang. Pedoman latihan olah suara adalah sebagai berikut.
a. Konsentrasi dan sadar pada pekerjaan. Kesadaran ini akan memicu kepada ingatan kita.
b. Santai dan lakukan pengulangan-pengulangan dalam latihan ini karena otot-otot organ tubuh kita bukan suatu hal yang mekanis tetapi lebih bersifat ritmis.
c. Hindari keteganggan dan lakukan segala sesuatu dengan wajar secara alami.
d. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, jangan lakukan latihan secara terburu-buru. Beri kesempatan otot-otot dan persendian untuk menyesuaikan khendak kita.
e. Lakukan semua latihan ini dimulai dari tempo lambat sampai dengan tempo cepat.


2.2.1 Senam Wajah
a. Dahi dikerutkan ke atas, tahan, dan lepaskan. Lakukan
latihan ini 8 kali.
b. Arahkan otot-otot wajah ke kanan, tahan, dan lepaskan.
Lakukan latihan ini 8 kali.
c. Arahkan otot-otot wajah ke kiri, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.

d. Arahkan otot-otot wajah ke bawah, tahan, dan lepaskan.
Lakukan latihan ini 8 kali.

e. Buka mulut selebar mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
f. Bibir dikatupkan dan arahkan ke depan sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
g. Bibir dikatubkan dan arahkan ke kanan sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
h. Bibir di katupkan dan arahkan ke kiri sejauh mungkin, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
i. Bibir ditarik ke belakang sejauh mungkin sampai kita meringis, tahan, dan lepaskan. Lakukan latihan ini 8 kali.
j. Bibir dikatupkan dan putar searah jarum jam, lakukan 8  hitungan, terus kearah sebaliknya, 8 kali.
k. Ucapkan u...o...o...o...a... ( huruf o diucapkan seperti pada kata soto), kemudian diucapkan dengan sebaliknya. Posisi lidah tetap datar pada mulut, tenggorokan tetap terbuka lebar dan rahang rileks.
l. Ucapkan me...mo...me...mo...me...mo...me...mo...me (me diucapkan seperti pada kata medan).

 
Senam wajah

Senam Lidah

Senam Rahang Bawah

a. Gerakkan rahang bawah dengan cara membuka dan
menutup, lakukan 2 x 8 hitungan.
b. Gerakkan rahang bawah ke kiri dan kanan secara bergantian,
lakukan 2 x 8 hitungan.
c. Gerakkan rahang bawah ke depan dan ke belakang secara
bergantian. Lakukan 2 x 8 hitungan.
d. Gerakkan rahang bawah melingkar sesuai dengan arah jarum
jam dan ke arah sebaliknya, lakukan 8 hitunngan searah jarum
jam dan 8 hitungan kearah sebaliknya.
e. Ucapkan dengan riang, ceria, gembira dan rileks:
da....da....da.... da..... da..... da.... kemudian
la....la.....la....la.....la.....la.... Latihan ini bisa dengan huruf
konsonan yang lain yang digabung dengan huruf vokal a.
Senam rahang bawah




Latihan Tenggorokan
a. Ucapkan lo...la...le...la...lo...- lo...la...le...la...lo...-
lo...la...le...la...lo... Lakukan latihan ini dengan santai, semakin
lama semakin keras teatpi tenggorokan jangan teggang.
b. Nyanyikan dengan tenggorokan tetap terbuka
la...la...la...la...laf... – la...la...la...la...los... – la...la...la...la...lof...


Berbisik
a. Lafalkan huruf vokal (a...i...u...e...o...) tanpa mengeluarkan
suara. Dalam latihan ini yang diutamakan adalah kontraksi
otot-otot bibir, wajah dan rahang.
b. Lafalkan huruf c... d... l... n... r... s... t... tanpa mengeluarkan
suara. Latihan ini juga berfuungsi untuk melenturkan lidah.
c. Lafalkan huruf konsonan dengan tanpa mengeluarkan suara.

d. Lafalkan kata dan kalimat pendek tanpa mengeluarkan suara.
Latihan ini diutamakan pengejaan tiap suku kata, baik dalam
kata maupun dalam kalimat.
2.2.6 Bergumam
Fungsi bergumam adalah sebagai pemanasan organ produksi
suara. Tahap latihan berguman adalah sebagai berikut.
a. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam.,
Fokus gumaman ini pada rongga dada. Rasakan getaran pada
rongga dada pada waktu kita bergumam. Lakukan latihan ini 8
kali.
b. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam.,
Fokus gumaman ini pada batang tenggorokan atau trakea.
Rasakan getaran pada batang tenggorokan pada waktu kita
bergumam. Lakukan latihan ini 8 kali.
c. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan dengan cara bergumam,
fokus gumaman ini pada rongga hidung atau nasal. Rasakan
getaran pada rongga hidung pada waktu kita bergumam,
biasanya ujung hidung akan terasa gatal. Lakukan latihan ini 8
kali.


2.2.7 Bersenandung
Fungsi latihan bersenandung adalah untuk pemanasan organ produksi suara sekaligus untuk melatih penguasaan melodi.
a. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung.
Lakukan latihan ini mulai dari nada rendah sampai nada yang tinggi. Misalnya dengan suku kata NA disenandungkan sesuai dengan tangga nada (do, re, mi, fa, sol, la, si, do). Lakukan 8 kali pengulangan.
b. Tarik nafas, tahan, dan hembuskan sambil bersenandung dengan tidak sesuai tangga nada.


2.3 Latihan-latihan
2.3.1 Pernafasan

Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
mengandung karbondioksida. Proses menghirup udara disebut inspirasi
dan proses menghembuskan udara ini disebut ekspirasi. Fungsi
pernafasan secara fisiologi adalah mengambil oksigen yang kemudian
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran serta
mengeluarkan karbondioksida sisa pembakaran, kemudian dibawa oleh
darah ke paru-paru untuk dibuang. Di dalam seni teater, pernafasan
berhubungan dengan produksi suara.

Terbentuknya suara merupakan hasil kerja sama antara rongga
mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Proses terbentuknya suara
adalah sebagai berikut: antara kedua pita suara dimasuki aliran udara,
maka tulang rawan gondok dan tulang rawan bentuk beker diputar.
Akibatnya, pita suara menjadi kencang dan mengendor. Dengan
demikian sela udara menjadi sempit atau luas. Pergerakan ini dibantu
oleh otot-otot laring, kemudian udara dari paru-paru dihembuskan dan
menggetarkan pita suara. Getaran diteruskan melalui udara yang keluar
dan masuk.
Penguasaan suara dalam pemeranan pada dasarnya adalah
penguasaan organ produksi suara, serta penguasaan diri secara utuh.
Kedudukan suara sebagai salah satu alat ekspresi dan totalitas diri
seorang pemeran. Pengertian ‘penguasaan diri secara utuh’ menuntut
suatu keseimbangan seluruh aspek, baik yang menyangkut kegiatan
indrawi, perasaan, atau pikiran. Sebelum latihan olah suara, perlu
dilakukan latihan pernafasan sebagai berikut.


2.3.1.1 Latihan Pernafasan Dasar
a. Posisi berdiri dan tarik nafas, tahan, hembuskan. Latihlah
nafas segi tiga dengan santai dan lakukan 8 kali pengulangan.
b. Posisi masih berdiri dan lakukan nafas segi tiga dengan
menaikan tangan sampai sebatas bahu dan menurunkannya.
Pada saat menaikan tangan kita menarik nafas dan pada saat
tangan diturunkan nafas dihembuskan. Ketika
menghembuskan nafas lakukan dengan cara mendesis,
lakukan 8 kali.
c. Posisi masih berdiri, tangan di samping badan, terus tangan
diangkat sambil menghirup nafas panjang sampai tangan
tegak lurus ke atas, tahan, hembuskan nafas sambil berdesis
dibarengi dengan menurunkan tangan sampai telapak tangan
menyentuh lantai lakukan 8 kali.

Pose latihan pernafasan


Latihan Pernafasan Perut
Ciri dari pernafasan perut adalah pada waktu menghirup udara,
rongga perut mengembang untuk memberi ruang yang leluasa bagi paruparu
dalam menyimpan udara. Pernafasan ini juga ditandai dengan naik
turunnya sekat diafragma yang terdapat di antara rongga dada dan
rongga perut.
a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut sampai optimal, tahan, hembuskan.
Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut sampai optimal, tahan, dan
hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut sampai optimal, tahan, dan
hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan
ini 8 kali pengulangan.
d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut secara optimal dan hembuskan.
Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik dan
menghembuskan.
e. Variasi latihan pernafasan perut ini bisa dilakukan dengan
cara duduk maupun berbaring santai.
f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara
seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula
sebaliknya ketika menghembuskan nafas.


2.3.1.3 Latihan Pernafasan Dada
Ciri dari pernafasan dada adalah pada waktu kita menghirup
udara rangka dada mengembang untuk memberikan ruang leluasa bagi
paru-paru dalam menyimpan udara. Latihlah sampai nafas dada ini
terkuasai.


a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal, tahan, hembuskan.
Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal, tahan, dan hembuskan
sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal, tahan, dan hembuskan
sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal dan hembuskan.
Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik dan
menghembuskan.
e. Variasi latihan pernafasan dada ini bisa dilakukan dengan cara
duduk maupun berbaring santai.
f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara
seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula
sebaliknya ketika menghembuskan nafas.


2.3.1.4 Latihan Pernafasan Diafragma
Fokus nafas diarahkan pada sekat antara rongga dada dan
rongga perut yang disebut dengan sekat diafragma. Ciri dari pernafasan
diafragma adalah otot-otot sekat diafragma akan mengembang dan
mendatar ketika menghirup udara dan mencekung ketika
menghembuskan nafas. Sekat diafragma terletak persis di bawah rongga
dada dan di atas perut. Latihlah sampai nafas diafragma ini terkuasai.
a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan,
hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan, dan
hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan, dan
hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan
ini 8 kali pengulangan.
d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal dan
hembuskan. Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik
dan menghembuskan.
e. Variasi latihan pernafasan diafragma ini bisa dilakukan dengan
cara duduk maupun berbaring santai.

f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara
seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula
sebaliknya ketika menghembuskan nafas.


2.3.2 Diksi
Diksi berasal dari kata dictionary (kamus), yaitu pemilihan kata
untuk mengekspresikan ide-ide yang tepat dan selaras. Diksi dapat
diartikan, kata-kata sebagai satu kesatuan arti. Dalam pelatihan ini, diksi
(diction) dimaksudkan sebagai latihan mengeja atau berbicara dengan
keras dan jelas. Latihan diksi berfungsi untuk memberi kejelasan kata
yang diucapkan. Banyak pemeran yang menyangka bahwa untuk dapat
didengar hanya perlu berbicara keras, padahal yang dibutuhkan tidak
sekedar itu, tetapi pengucapan yang jelas. Dalam bahasa Indonesia huruf
yang hampir sama pengucapannya adalah huruf p dengan b, t dengan d,
dan k dengan g. Latihan diksi dimulai dari membedakan huruf , kemudian
diaplikasikan pada kata dan kalimat.


2.3.2.1. Latihan Membedakan Huruf
a. Membedakan huruf P dan B, latihlah sesuai dengan ketukan.
p.......... p.......... p.......... p..........
pp........ pp........ pp........ pp........
ppp...... ppp...... ppp...... ppp......
pppp.....pppp.....pppp.....pppp....
ppppp.. ppppp.. ppppp.. ppppp..
b.......... b.......... b.......... b..........
bb........ bb........ bb........ bb........
bbb...... bbb...... bbb...... bbb......
bbbb.....bbbb.....bbbb.....bbbb....
bbbbb.. bbbbb.. bbbbb.. bbbbb..
b. Membedakan huruf T dan D, latihlah sesuai dengan ketukan.
t.......... t.......... t.......... t............
tt..... ... tt......... tt......... tt...........
ttt........ ttt........ ttt........ ttt..........
tttt........tttt........tttt........tttt.........
ttttt...... ttttt...... ttttt...... ttttt........
d.......... d.......... d.......... d..........
dd........ dd........ dd........ dd........
ddd...... ddd...... ddd...... ddd......
dddd.....dddd.....dddd.....dddd....
ddddd.. ddddd.. ddddd.. ddddd..

c. Membedakan huruf K dan G, latihlah sesuai dengan ketukan.
k.......... k.......... k.......... k..........
kk........ kk........ kk........ kk........
kkk...... kkk....... kkk...... kkk......
kkkk.....kkkk......kkkk.....kkkk......
kkkkk.. kkkkk .. kkkkk .. kkkkk ..
g.......... g.......... g.......... g..........
gg........ gg........ gg........ gg........
ggg...... ggg...... ggg...... ggg......
gggg.....gggg.....gggg.....gggg....
ggggg.. ggggg.. ggggg.. ggggg..
d. Kombinasikan latihan huruf-huruf tersebut.
p.......... b.......... p.......... b..........
pb........ pb........ bp........ bp........
pbp...... pbp...... pbp...... pbp......
pbbp.....pbbp.....pbbp.....pbbp....
ppbpp.. ppbpp.. ppbpp.. ppbpp..
t........... d.......... t........... b..........
dt......... td......... dt......... td.........
tdt....... dtd........ tdt....... dtd........
dttd.......tddt.......dttd.......tddt......
ddtdd.... ttdtt..... ddtdd.... ttdtt.....
k.......... g.......... k.......... g..........
kg........ gk........ kg........ gk........
kgk...... gkg...... kgk...... gkg......
gkkg.....kggk.....gkkg.....kggk.....
ggkgg.. kkgkk.. ggkgg.. kkgkk..


2.3.2.2 Latihan Kata
a. Latihan ini dilakukan dengan cara menggabungkan hurufhuruf
tersebut di atas dengan huruf vokal. Misalnya pa dengan
ba atau ta dengan da, ki dengan gi dan seterusnya.
b. Latihan diteruskan sudah dalam bentuk kata, misalnya:
- Apabila
- Perpustakaan
- Begitu
- Kudengar
- Menyambut
- Luput
- Dan seterusnya, serta cari kata yang dalam suku
katanya terdapat huruf-huruf seperti di atas.

Latihan Kalimat
a. Latihan ini dilakukan dengan cara mengeja dengan benar.
bacalah dengan pelan-pelan dan rasakan gerak organ
produksi suara yang terlibat serta rasakan posisi organ
tersebut.
Kakek : Tengah malam nanti, apabila angin mendayu dan bulan
luput dari mata. Akan datang sebuah kereta kencana
untuk menyambut kita berdua. Waktu itu aku sedang
mencari-cari buku harianku di kamar perpustakaan, lalu
kudengar suara itu isinya kurang lebih begitu tapi aku
tak tahu bagaimana persisnya.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )
b. Setelah itu baca sekali lagi dan rekam untuk membedakan
hasilnya, perhatikan huruf-huruf yang digaris bawahi dan
dicetak tebal.
Kakek : Tengah malam nanti, apabila angin mendayu dan bulan
luput dari mata. Akan datang sebuah kereta kencana
untuk menyambut kita berdua. Waktu itu aku sedang
mencari-cari buku harianku di kamar perpustakaan, lalu
kudengar suara itu isinya kurang lebih begitu tapi aku
tak tahu bagaimana persisnya.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )


2.3.3 Artikulasi
Artikulasi adalah hubungan antar otot, hubungan antara yang
dikatakan dan cara mengatakanya. Artikulasi adalah satu ekspresi suara
yang kompleks. Ekspresi suara dalam teater bersumber dari wicara tokoh
atau dialog antartokoh. Dialog yang ditulis oleh penulis naskah seperti
sebuah partitur musik yang penuh dengan irama, bunyi-bunyian, tandatanda
yang dinamis, yang semuanya dibutuhkan untuk karakter peran.
Dalam latihan artikulasi yang perlu diperhatikan adalah bunyi
suara yang keluar dari organ produksi suara. Bunyi suara meliputi bunyi
suara nasal (di rongga hidung), dan bunyi suara oral (di rongga mulut).
Bunyi nasal muncul ketika langit-langit lembut di rongga mulut diangkat
dan diturunkan, dan membuka jalan untuk aliran udara lewat menuju
rongga hidung. Di dalam tongga hidung udara beresonansi menghasilkan
bunyi. Bunyi nasal meliputi huruf m, n, ny, dan ng.
Bunyi suara dibagi menjadi dua, yaitu bunyi suara vokal dan bunyi
suara konsonan. Bunyi vokal atau huruf hidup diproduksi dari bentuk
mulut yang terbuka, misalnya a, i, u, e, o, dan diftong (kombinasi dua  huruf hidup, misalnya au, ia, ai, ua dan lain-lain). Bunyi konsonan
diproduksi ketika aliran nafas dirintangi atau tertahan di mulut.
Bunyi konsonan dipengaruhi posisi dimana aliran udara dirintangi
dan seberapa besar rintangannya. Misalnya, gutural yaitu bagian
belakang lidah menyentuh bagian belakang mulut akan menghasilkan
bunyi yang berisik dan tidak jelas. Palatal belakang, yaitu bagian
belakang lidah diangkat dan bersentuhan dengan langit-langit lembut
akan menghasilkan huruf seperti g. Palatal tengah, yaitu bagian tengah
lidah diangkat dan bersentuhan dengan langit-langit keras akan
menghasilkan bunyi k. Dental, yaitu lidah digunakan bersama dengan
bagian gusi belakang gigi depan di atas dan menghasilkan bunyi t.
Labial, yaitu bibir bagian bawah bersatu dengan gigi bagian atas untuk
membuat bunyi huruf f atau bibir dengan bibir bersatu untuk membuat
bunyi huruf b.
Resonansi konsonan lebih kecil tetapi lebih tajam dibandingkan
dengan bunyi resonasi huruf hidup. Konsonan berarti, “berbunyi dengan”.
Hal ini mengindikasikan bahwa bunyi konsonan tidak bisa menciptakan
satu suku kata tetapi harus dikombinasikan dengan huruf hidup atau
vokal.


2.3.3.1 Latihan Huruf
a. Lafalkan huruf-huruf konsonan dan rasakan organ produksi
suara mana saja yang terpengaruh serta bagaimana posisi
dari organ produksi suara tersebut. Lakukan latihan ini 8 kali
ulangan.
b. Lafalkan huruf-huruf vokal, dan rasakan organ produksi suara
mana saja yang terpengaruh serta bagaimana posisi dari
organ produksi suara tersebut. Lakukan latihan ini 8 kali
ulangan.
c. Lafalkan huruf-huruf nasal, dan rasakan organ produksi suara
mana saja yang terpengaruh serta bagaimana posisi dari
organ produksi suara tersebut. Lakukan latihan ini 8 kali
ulangan.
d. Lafalkan huruf-huruf diftong, dan rasakan organ produksi
suara mana saja yang terpengaruh serta bagaimana posisi
dari organ produksi suara tersebut. Lakukan latihan ini 8 kali
ulangan.


2.3.3.2 Latihan Kata
a. Lafalkan kata ini, dari tempo lambat ke tempo yang cepat.
􀁸 buru... babi... rubu... bara... babu... baru... raba... rusa...
rubah. Lakukan latihan ini sesering mungkin untuk
melemas organ produksi suara serta cari kemungkinankemungkinan
kata yang lain 􀁸 burubabibarurusarubah... burubabibarurusarubah....
Lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari
kemungkinan-kemungkinan yang lain.
b. Lafalkan kata-kata yang berakhiran huruf mati (konsonan).
kecenderungan pemeran kurang jelas dalam mengucapkan
kata-kata yang berakhiran huruf konsonan, misalnya
􀁸 Badan, sering terdengar sebagai bada
􀁸 Tegas, sering terdengar sebagai tega
􀁸 Gatal, sering terdengar sebagai gata
􀁸 Geram, sering terdengar sebagai gera
c. Lafalkan kata-kata yang berawal dan atau berakhir dengan
bunyi nasal.
􀁸 Nyanyi........ ngambek....... ngungsi....... nyiram..........
nyuci..... nyulam
􀁸 Makan......... malam.......... nasi........ nangis.........
masak........ makar....... uang.........sayang....... lakukan
latihan ini sesering mungkin dan cari kemungkinankemungkinan
kata yang lain.
􀁸 Makanmalamnasinangis......masakmakaruangsayang.......
lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari
kemungkinan-kemungkinan kata yang lain.
d. Lafalkan kata-kata yang mengandung huruf diftong.
􀁸 Tua.....dia.....engkau.......wahai......dua......siang......
saing....... lakukan latihan ini sesering mungkin dan cari
kemungkinan-kemungkinan kata yang lain.
􀁸 Tuadiaengkauwahaiduasiangsaing.......Tuadiaengkauwa....
........ haiduasiangsaing...... lakukan latihan ini sesering
mungkin dan cari kemungkinan-kemungkinan kata yang
lain.
 

2.3.3.3 Latihan Kalimat
a. Baca monolog dalam kutipan naskah ini secara pelan-pelan,
perhatikan bunyi konsonan, bunyi nasal dan bunyi vokal serta
bunyi diftongnya.
Nenek : Aku tahu, aku juga mendengarnya. Engkau dua orang
tua yang selalu bergandengan tangan dan bercinta,
sementara siang dan malam berkejaran dua abad
lamanya.

Wahai...............wahai.... dengarlah aku memanggilmu,
datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan
kukirimkan kereta kencana untuk menjemput kau
berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin. Musim
gugur menampari pepohonan dan daun-daunan yang
berpusing.
Wahai........... wahai........... di tengah malam di hari ini
akan kukirimkan kereta kencana. Kereta kencana
sepuluh kuda satu warna.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )
b. Coba latih sekali lagi dengan fokus pada huruf diftong dan
ucapkan dengan lambat untuk mengeksplorasi dan
merasakan ayunan dari satu huruf ke huruf hidup lainnya, dan
rasakan organ produksi suara yang menimbulkan dan dimana
letaknya.
Nenek : Aku tahu, aku juga mendengarnya. Engkau dua orang
tua yang selalu bergandengan tangan dan bercinta,
sementara siang dan malam berkejaran dua abad
lamanya.
Wahai...............wahai....... dengarlah aku memanggilmu,
datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan
kukirimkan kereta kencana untuk menjemput kau
berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin. Musim
gugur menampari pepohonan dan daun-daunan yang
berpusing.
Wahai........... wahai........... di tengah malam di hari ini
akan kukirimkan kereta kencana. Kereta kencana
sepuluh kuda satu warna.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco terjemahan W.S. Rendra)
c. Coba latihan sekali lagi dengan fokus pada huruf konsonan g,
k, t, f, b, bunyi nasal (m, n, ng), c, dan j, dan rasakan organ
produksi suara yang menimbulkan dan dimana letaknya.
Bedakan betul huruf-huruf tersebut dan rekam untuk
mendengarkan ketidaktepatan pengucapan huruf-huruf yang
dilatih tersebut.
Nenek : Aku tahu, aku juga mendengarnya. Engkau dua orang
tua yang selalu bergandengan tangan dan bercinta,
sementara siang dan malam berkejaran dua abad
lamanya.

Wahai...............wahai....... dengarlah aku memanggilmu,
datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan
kukirimkan kereta kencana untuk menjemput kau
berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin. Musim
gugur menampari pepohonan dan daun-daunan yang
berpusing.
Wahai........... wahai........... di tengah malam di hari ini
akan kukirimkan kereta kencana. Kereta kencana
sepuluh kuda satu warna.
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )


2.3.4 Intonasi
Intonasi (intonation) adalah nada suara, irama bicara, atau alunan
nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak
monoton. Intonasi menentukan ada tidaknya antusiasme dan emosi
dalam berbicara. Fungsi intonasi adalah membuat pembicaraan menjadi
menarik, tidak membosankan, dan kalimat yang diucapkan lebih
mempunyai makna. Intonasi berperan dalam pembentukan makna kata,
bahkan bisa mengubah makna suatu kata.
Seorang pemeran harus menguasai intonasi dalam suara, karena
dengan suara ia akan menyampaikan pesan-pesan yang terkandung
dalam naskah lakon. Maka dari itu, latihan penguasaan penggunaan
intonasi suara menjadi hal yang sangat penting bagi seorang pemeran.
Kekurangan-kekurangan atau hambatan terhadap intonasi suara akan
merugikan. Intonasi dapat dilatih melalui jeda, tempo, timbre, dan nada.


2.3.4.1 Jeda
Jeda adalah pemenggalan kalimat dengan maksud untuk
memberi tekanan pada kata dan berfungsi untuk memunculkan rasa ingin
tahu lawan bicara, maupun penonton. Syarat penggunaan jeda adalah
harus ada yang ditonjolkan atau dikesankan kepada lawan bicara
maupun kepada penonton, baik penonjolan pada kata maupun nada
bicara. Terlalu banyak penggunaan jeda akan berakibat terlalu banyak
penonjolan. Jadi dalam penggunaan jeda kita harus hemat dan selektif.
Latihan Penggunaan Jeda.
a. Baca kutipan dialog berikut tanpa penggunaan jeda dan
rasakan efeknya.
LEAR : Kau kenal aku, sobat?
KENT : Tidak, tuan; tapi ada sifat tuan yang saya inginkan
sebagai majikan saya
LEAR : Yaitu?

KENT : Kewibawaan.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare
terjemahan Trisno Sumardjo )
b. Baca sekali lagi dan gunakan jeda pada bagian yang diberi
keterangan.
LEAR : Kau kenal aku, sobat?
KENT : Tidak, tuan; tapi ada sifat tuan yang saya inginkan
sebagai majikan saya
LEAR : Yaitu?
KENT : (diberi jeda tiga hitungan) Kewibawaan.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare
terjemahan Trisno Sumardjo )


2.3.4.2. Tempo
Tempo adalah cepat lambatnya suatu ucapan. Fungsi tempo
adalah untuk menekankan suatu kata yang kita harapkan masuk ke alam
bawah sadar penonton maupun lawan bicara. Tempo dalam teater tidak
seperti dalam musik yang bisa dihitung atau diberi tanda tertentu,
misalnya empat perempat, tiga perempat, dua pertiga. Tempo dalam
dialog adalah tempo yang tepat yaitu tempo yang tumbuh dari dalam jiwa
pemeran yang diciptakan berdasarkan kebutuhan penggambaran situasi
perasaan dan kejiwaan peran.
Latihan Penggunaan Tempo
a. Bacalah kutipan dialog berikut secara datar tanpa penggunaan
tempo. Rasakan kejanggalannya. Apakah pengucapan kalimat
tersebut memiliki makna?
EDMUND : Ingat-ingatlah, karena apa kau mungkin menyakitkan
hatinya; dan kuminta padamu, jangan dekati dia,
sampai sedikit waktu lagi akan padam api
kegusarannya yang kini bergolak dalam dirinya; tak
dapat diredakan, juga tidak, andaikata orang
menganiayamu.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare
terjemahan Trisno Sumardjo )
b. Baca sekali lagi dan gunakan tempo yang tepat. Misalnya,
kata atau kalimat yang digaris bawahi. Baca dengan tempo
yang lambat dan ditekan. Rasakan perbedaannya dengan
cara pemabacaan pada bagian a.

EDMUND : Ingat-ingatlah, karena apa kau mungkin menyakitkan
hatinya; dan kuminta padamu, jangan dekati dia,
sampai sedikit waktu lagi akan padam api
kegusarannya yang kini bergolak dalam dirinya; tak
dapat diredakan, juga tidak, andaikata orang
menganiayamu.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare
terjemahan Trisno Sumardjo )
Latihan membaca di atas mengisyaratkan maksud dialog tersebut, yaitu
Edmund melarang lawan bicaranya untuk tidak mendekati seseorang
yang telah gusar padanya. Meskipun, kalau dibaca semuanya tersirat
bahwa Edmund mempunyai tujuan khusus.


2.3.4.3 Timbre
Timbre adalah warna suara yang memberi kesan pada kata-kata
yang diucapkan. Untuk memunculkan timbre ini dilakukan dengan cara
memperberat atau memperingan tekanan suara kita. Penggunaan timbre
dalam suara adalah untuk memperbesar gema suara kita. Semakin
bergema dan berat suara, kesan yang ditangkap oleh penonton adalah
suatu kewibawaan. Semakin kecil gema dan ringan suara, kesan yang
ditangkap adalah suara yang tidak berwibawa.
Contoh: lafalkan kalimat berikut “pergilah..... dan jangan melihat
ke belakang lagi”. Ucapkan kalimat tersebut dengan suara yang
bergema dan berat. Kemudian ucapkan kalimat tersebut dengan
ringan dan tidak bergema. Suruh teman anda untuk memberi
penilaian dan merasakan kesan yang ditimbulkan oleh kata
tersebut.


2.3.4.4 Nada
Nada adalah tinggi rendahnya suara. Nada sangat berpengaruh
pada makna kata yang disampaikan kepada komunikan. Kata yang
diucapkan bisa berubah makna ketika nada yang digunakan tidak tepat.
Misalnya kata “pergi”, ketika nada yang digunakan pada kata tersebut
tidak benar bisa bermakna tanya, menyuruh, mengusir, atau makna yang
lain sesuai dengan nadanya.
Latihan penggunaan Nada
a. Bacalah dialog di bawah ini pelan-pelan dengan cara yang
monoton, tahan keinginan untuk membaca dengan menggunakan nada. Beri tanda di mana ingin membaca
dengan menggunakan nada.
Nenek : Jangan begitu! Ayolah! Bangkit dari lantai.
Kakek : Aku orang hina, tempatku di tanah.
Nenek : Tidak. Yang ditanah cuma cacing, pahlawanku selalu
berdiri di atas kedua kaki. Engkau pahlawan Perancis,
engkau pernah berjuang dan berperang untuk Perancis,
engkau pernah mendapatkan Legion d’honour, engkau
harus berdiri.
Kakek : Hidupku hampa dan sia-sia.
Nenek : Putra Perancis berdirilah!
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )
b. Bacalah sesuai tanda nada (dalam latihan ini, tanda yang
digunakan adalah: = (nada mendatar), 7 (nada menurun), dan
√ (nada meninggi) yang ada dan rekam untuk membetulkan
kalau ada ketidaktepatan supaya mudah untuk
memperbaikinya.

                 =        √             √        √               7
Nenek : Jangan begitu! Ayolah! Bangkit dari lantai.

                =              7         =              7
Kakek : Aku orang hina, tempatku di tanah.

                √               =                     7           √
Nenek : Tidak. Yang ditanah cuma cacing, pahlawanku

   =       √                   =                   =          √
selalu berdiri di atas kedua kaki. Engkau pahlawan

      √           √         =         √         =          √
Perancis, engkau pernah berjuang dan berperang

   =        √                         =
untuk Perancis, engkau pernah mendapatkan

     =          √            =         √
Legion d’honour, engkau harus berdiri.

                   =          7        =       7
Kakek : Hidupku hampa dan sia-sia.

                =                        √
Nenek : Putra Perancis berdirilah!

( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco
terjemahan W.S. Rendra )


Wicara
Wicara adalah cara berbicara dan cara mengucapkan sebuah
dialog dalam naskah lakon. Penggunaan diksi, artikulasi dan intonasi,
diaplikasikan dalam wicara. Oleh karena suara adalah kendaraan
imajinasi pemeran, maka wicara harus dilakukan dengan memperhatikan
teknik olah suara. Dengan demikian, penonton menjadi jelas menangkap
makna kalimat yang diucapkan. Dengan mengolah suara dan cara
berbicara, maka peran yang dimainkan akan hidup dan memiliki ciri khas.
Rendra dalam bukunya Tentang Bermain Drama (1982) memberi
catatan tentang teknik ucapan. Teknik ini sangat bagus untuk melatih
cara mengucapkan dialog. Untuk mengecek bagaimana kualitas wicara,
bisa dilakukan dengan cara melipat salah satu daun telinga dan
menekankan pada kepala kemudian berbicara. Suara yang terdengar
melewati getaran tulang kepala itu mendekati gambaran suara yang
nyata. Cara ini membuat pemain terpisah dengan suaranya, sehingga
bisa meneliti suara yang diucapkan.
Cara yang kedua adalah dengan menggiatkan bibir atas, bibir
bawah, dan lidah. Seorang calon pemeran terkadang malas untuk
menggerakkan bibirnya karena kebiasaan dalam berbicara sehari-hari.
Untuk itu, seorang calon pemeran harus rajin melatih bibir dan lidahnya
supaya lebih aktif. Caranya dengan membaca sambil berbisik. Jika
seseorang tahu apa yang dibaca dengan berbisik, berarti bibir dan
lidahnya sudah aktif. Cara ini dapat digunakan untuk melatih artikulasi.
Artikulasi yang baik apabila mampu mengartikulasikan huruf hidup dan
huruf mati dengan sempurna. Suara huruf hidup memberikan keindahan
pada bunyinya sedang suara huruf mati memberikan kejelasan pada
ucapan.
Cara yang ketiga adalah dengan menghindari kebiasaan bersuara
melewati hidung. Suara yang melewati hidung tidak mendatangkan
wibawa dan terkesan lucu dan menjemukan. Hidung adalah organ
produksi suara dengan ruang resonansi yang kecil. Dengan ruang
tersebut suara tidak cukup mendapatkan ruang gema. Suara yang tidak
bergema adalah suara yang kehilangan kewibawaannya.
Cara yang keempat adalah menerapkan diksi dan intonasi dalam
wicara. Penerapan diksi dan intonasi ini membuat kualitas bicara tidak
menjemukan karena memunculkan irama. Selain itu juga akan
memunculkan makna dalam kata-kata. Dengan bermaknannya kata yang
diucapkan, maka proses komunikasi akan berjalan dengan lancar. Kalau
diksi dan intonasinya lemah akan memunculkan kesalahan komunikasi.
Dalam naskah lakon, perjalanan cerita diungkap melalui tokohnya.
Dari segenap pembicaraan ini dapat digali karakter dari masing-masing
tokoh. Ada empat jenis pembicaraan dalam naskah lakon, yaitu dialog,
monolog, solilokui, dan aside. Dialog adalah pembicaraan yang terjadi
antara tokoh satu dengan yang lain. Dari hasil pembicaraan ini maka
dapat diketahui sikap, perilaku, gaya, dan karakter yang terlibat. Dengan dialog, cerita, alur, dan tangga dramatik akan bergulir. Perhatikan kutipan
naskah di bawah ini.
Nenek : Jangan begitu! Ayolah! Bangkit dari lantai.
Kakek : Aku orang hina, tempatku di tanah.
Nenek : Tidak. Yang ditanah cuma cacing, pahlawanku selalu berdiri di atas kedua kaki. Engkau pahlawan Perancis, engkau pernah berjuang dan berperang untuk Perancis, engkau pernah mendapatkan Legion d’honour, engkau harus berdiri.
Kakek : Hidupku hampa dan sia-sia.
Nenek : Putra Perancis berdirilah!
( dikutip dari naskah Kereta Kencana karya Eugene Ionesco terjemahan W.S. Rendra )
Monolog adalah pembicaraan panjang seorang tokoh di hadapan tokoh lain, dan hanya ia sendiri yang berbicara. Dalam monolog, tokoh bisa mengungkapkan pendapatnya mengenai persoalan yang dihadapi, sikapnya dalam menerima persoalan atau pandangan-pandangan hidupnya. Monolog mampu mengungkap karakter tokoh. Di bawah ini adalah contoh sebuah monolog.
Edmund : Itulah kegilaan paling hebat di dunia ini: bila kita merana dalam kebahagiaan – sering karena mual pada perbuatan sendiri – yang kita salahkan atas bencana kita ialah matahari, bulan, bintang; seolah kita jadi penjahat karena kodrat, gila karena paksaan falak; menjadidurjana, mencuri dan berkhianat karena suasana alam; mabuk, dusta dan berjinah karena terpaksa tunduk pada pengaruh sesuatu planit; dan segala kejahatan kita karena paksaan dewata. Ayahku bertemu dengan ibuku di bawah ekor naga dan lahirku di bawah beruang bersar, akibatnya aku menjadi kasar dan mesum. Uh! Aku punmenjadi seperti sekarang ini, karena bintang yang bersinar pada saat kelahiranku itu bintang yang paling suci! Edgar
Masuk Edgar
Itu dia datang sekonyong-konyong seperti malapetaka dari sandiwara kuno. Perananku adalah kemurungan jahat, dengan keluh seperti Tom dari rumah gila – O, gerhana itu meramalkan perceraian! Fa,Sol, La, Mi.
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willliam Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo )

Jenis wicara lain yang menampilkan tokoh berbicara sendiri
adalah solilokui. Perbedaanya, dalam solilokui tokoh hanya tampil
sendirian di atas panggung sehingga ia bisa dengan bebas
mengungkapkan isi hatinya, rahasia-rahasia hidupnya, harapanharapannya,
dan bahkan rencana jahatnya. Solilokui memang
menghadirkan karakter tokoh secara detil dan personal sehingga
sebagian besar wataknya dapat ditemukan. Di bawah ini contoh solilokui.


ADEGAN II
Sebuah bangsal dalam puri Gloucester.
Masuk Edmund dengan surat di tangannya
EDMUND : Alam, engkaulah dewaku, pada hukummulah
Aku tunduk. Mengapa mau dirongrong adat kolot,
Dan sabar saja kalau menurut istiadat.
Aku tak dapat warisan, hanya karena lahirku
Dua belas atau empat belas bulan kemudian
Dari kakakku? Mengapa anak haram?
Padahal sosok tubuhku sama padatnya, otakkua
Sama sehatnya, dan ujudku
Sama tulennya dengan anak orang terhormat!
Mengapa
Aku dicap sebagai haram? Anak jadah? Haram?
Padahal akulah buah curian,
Kokoh, bergelora, lebih dari
Buah ranjang lemah, lesu, usang,
Gerombolan makluk pesolek, dibenihkan
Antara bangun dan tidur – Nah, Edgar yang sah,
tanahmu
Mesti kumiliki! Edmun anak haram ini,
Membagi cinta ayah kita bersama
Anak yang sah. Kata hebat itu: “yang sah”!
Nah, anak yang sah, jika surat ini berhasil
Dan maksud tercapai, maka Edmund yang haram
Akan mengatasi yang sah. Aku tumbuh. Aku subur.
O, dewata, bantulah kaum yang haram!
Masuk Gloucester
( diambil dari naskah Raja Lear karya Willilam Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo )
Jenis wicara yang unik dan dapat dijadikan pedoman untuk mengungkap karakter tokoh adalah aside. Aside secara harafiah dapat diartikan sebagai wicara menyamping. Pembicaraan dilakukan begitu saja oleh sang tokoh dalam menanggapi sebuah persoalan secara spontan baik kepada dirinya sendiri, kepada penonton, atau dibisikkan kepada karakter lain. Aside dapat dilakukan oleh seorang tokoh atau beberapa tokoh sekaligus dalam waktu yang terbatas. Dari aside dapat diketahui karakter tokoh dari sudut pandangnya sendiri dalam menanggapi persoalan secara spontan dan jujur. Di bawah ini contoh aside.
EDGAR : Saya jauh, tuan; salam.
Gloucester melompat dan jatuh
Mungkinkah khayalan merampas mutu hidup, kalau hidup itu sendiri membiarkan dirinya dirampok? Kalau ia tiba di tempat yang disangkanya, maka inilah sangkanya yang terakhir. – Hidupkah atau ati dia? – hai tuan, kawan! Tak dengar.
(Ke samping)
Betulkah ia mati? – O, dia hidup. – bagaimana, tuan?
EDGAR : (ke samping) Pikiran sehat dan kacau berbauran, berakal dalam gilanya
( dikutip dari naskah Raja Lear karya Willilam shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo )


2.4 Relaksasi
Relaksasi pada olah suara sebenarnya hampir sama dengan relaksasi pada oleh tubuh, yaitu berfungsi melepaskan semua kekangan dan memfokuskan energi pada hal-hal yang telah dilatihkan. Relaksasi juga berfungsi memfokuskan peran yang akan dimainkan. Kunci dari relaksasi, adalah pertama senantiasa sadar terhadap aspek-aspek fisik dan mental. Kedua, adalah senantiasa menjaga ketenangan diri. Kalau kedua hal tersebut bisa dilaksanakan maka ketegangan otot-otot produksi suara akan bisa dikuasai dan ini sangat mendukung teknik permainan.

Pedoman melakukan relaksasi ini adalah sebagai berikut.
a. Konsentrasi pada nafas, bila perlu rasakan perjalanan udara yang dihirup mulai dari hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
b. Santai dan kendorkan semua pikiran, otot-otot, dan jangan ada yang mengganggu atau keteganggan otot-otot produksi suara.
c. Gunakan nafas segitiga yaitu menghirup, menahan, dan menghembuskan nafas dengan hitungan yang sama.
 

2.4.1 Relaksasi Pada Olah Vokal
a. Posisi tubuh membungkuk dan goyang ke kiri dan kanan.
Setelah itu perlahan-lahan rentang ke atas seraya menghirup udara. Rasakan setiap buku tulang punggung anda seakan terlepas dari kungkungannya. Lakukan latihan 8 kali.

b. Posisi tubuh dibukukan kembali sambil membuang nafas, goyang-goyangkan atau ayun-ayunkan tangan ke depan dan kebelakang. Ketika mengayunkan tangan dibarengi dengan melepas dan menghirup uadara dengan cepat. Lakukan latihan 8 kali.
c. Posisi perlahan berdiri tegak dan rentangkan kedua belah lengan ke atas, rileks dari mulai ujung jari-jari anda sampai ke pergelangan tangan, bahu, punggung, pinggul, terus sampai anda bungkuk kembali, lutut rileks, pada akhir hembusan
nafas.
d. Posisi berdiri dan tarik nafas panjang (gunakan nafas segitiga) tahan dan hembuskan. Rasakan bahu dan rongga dada anda rileks. Lakukan latihan ini 8 kali.

e. Tarik nafas panjang. Hembuskan nafas seraya meneriakkan huruf-huruf hidup: a, e, i, o, u. Buka mulut lebar-lebar. Lakukan latihan ini 8 dan setiap kali lebih cepat dari sebelumnya.

f. Tarik nafas panjang dan ucapkan abjad sebanyak kali dalam satu nafas. Lakukan latihan ini 8 kali dan setiap kali lebih cepat.

g. Terakhir lakukan pemijatan pada muka, mula-mula pada daerah dahi, terus ke daerah pelipis, daerah pipi, daerah rahang, dan terakhirke dareah hidung dan bibir.


Penyusunan menu untuk bayi

Penyusunan menu untuk bayi
Menu makanan untuk bayi baru dapat disusun setelah bayi berusia 12 bulan hingga 24 bulan. Hal ini disebabkan karena bayi hingga usia 6 bulan hanya mengkonsumsi ASI. Sedangkan usia 6 – 9 bulan konsumsi bayi sudah mulai divariasikan dengan makanan lembek. Dan setelah berumur 12 bulan bayi baru dapat mengkonsumsi menu yang sama dengan makanan keluarga, namun dengan porsi setengah dari porsi orang dewasa. Persyaratan makanan untuk bayi dapat dilihat pada Bab sebelumnya. Sekarang mari kita lihat susunan menu untuk bayi usia 12 hingga 24 bulan. Menu yang disusun untuk bayi harus mengandung 800 sampai 1000 Kkal per hari dan mengandung 15 – 20 gram protein. 
Berikut ini dapat kita lihat contoh susunan menu untuk bayi per hari

Contoh susunan menu untuk bayi usia 12 – 24
bulan
Waktu Menu Porsi per menu
(gram)
Pagi Bubur nasi 50
pindang ikan 25
Jam 10.00 Kroket ikan 50
Makan
Siang
Nasi putih 100
Ikan bumbu kecap 25
Sup bola-bola tahu 50

Sari pepaya 75
Jam 16.00 Pergedel kentang
sayuran
50
Makan
malam
Pure kentang 50
Bistik ayam
cincang
25
Stup labu kuning 50
Jus alpukat 50

Menu untuk bayi sebaiknya diberikan dengan porsi kecil
namun frekuensi yang tinggi. Jangan paksakan bayi untuk
menghabiskan makanan yang kita sajikan, karena hal ini dapat
menimbulkan trauma pada bayi. Trauma ini dapat menyebabkan
bayi tidak ada nafsu makan atau kehilangan rasa nyaman untuk
menikmati makanannya. Oleh karena itu porsi yang diberikan
harus dicoba sedikit demi sedikit.


C. Penyusunan menu untuk anak balita
Menyusun menu untuk balita ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, agar menu tersusun dengan baik sesuai
dengan persyaratan makanan bagi balita. Penyusunan menu
balita berdasarkan kepada persyaratan pengaturan makanan
bagi balita telah dijelaskan secara rinci pada Bab
sebelumnya. Selain itu juga mengacu kepada kecukupan
gizi bagi balita yaitu 1250 – 1750 kaoril per hari dan 23-32
gram protein, variasi penggunaan bahan makanan, dan pengenalan
berbagia rasa dari makanan dan bahan makanan itu
sendiri.
Penyusunan menu yang baik bagi balita akan
membantu ibu dalam memulai pendidikan gizi bagi anak.
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang seimbang sangat
menentukan pola dan kebiasaan makan ketika umur mereka
beranjak remaja. Bahkan jika menu seimbang sudah diterapkan
sejak dini akan membantu membentuk pola makan
hingga dewasa.


Jika berbagai persyaratan dalam pengaturan makanan
sudah dijelaskan sebelumnya, maka sekarang kita dapat melihat
contoh dari menu untuk balita yang disusun berdasarkan pola
makana sehat dan gizi seimbang.
Balita penuh dengan imajinasi. Untuk itu imajinasi mereka
dcapat kita gunakan untuk meningkatkan nafsu makan balita
yang sering mengalami gangguan. Bentuk dari makanan yang
disajikan turut mempengaruhi selera makan pada balita. Selain
itu variasi dalam warna juga menggugah selera mereka untuk
mencicipi hidangan yang disajikan. Namun perlu diingat porsi
untuk balita masih kecil, begitu juga denan potongan makanan
yang disajikan. Selain itu makanan yang menyulitkan mereka
saat makan sebaiknya dihindari, seperti ikan yang bertulang
halus dan banyak. Sebaiknya menggunakan ikan yang sudah
difillet dan sebagainya. Pada tabel berikut ini dapat kita lihat
contoh susunan menu untuk balita perhari dengan berbagai
kombinasinya.


Contoh susunan menu 1 untuk balita
Waktu Menu Porsi per menu
(gram)
Pagi Bubur basi komplit 75
Susu + gula 30 + 10
Jam 10.00 Puding buah fantasi 100
Makan
Siang
Nasi beras merah 100
Pergedel ayam
cincang
25
Tahu kuah kaldu 25
Tumis kacang
polong dan jamur
50
Jus jeruk 75
Jam 16.00 Bakwan udang dan
sayuran
50
Makan
malam
Nasi tim komplit 100
Susu + gula 30 + 10



Contoh menu 2 bagi balita
Waktu Menu Porsi per menu
(gram)
Pagi Bubur havermut
kismis
75
Susu + gula 30 + 10
Jam 10.00 Bubur kacang
hijau
50
Makan
Siang/
Nasi putih 100
Daging suir 25
Pergedel tempe 25
Dadar telur 25
Jus strawberry 75
Jam 16.00 Kroket kentang
sayuran
50
Makan
malam
Nasi putih 100
Bola-bola ikan 25
Sayur lodeh labu
kuning
50
Jeruk 75
Susu + gula 30 + 10







Penyusunan menu untuk anak sekolah dan remaja
Anak sekolah dan remaja sudah mulai sering mengkonsumsi
makanan di luar rumah. Kebiasaan mengkonsumsi
makanan jajanan jika berlanju terus dapat merubah
pola makan ke arah yang tidak baik. Mereka sudah mulai
memilih makanan jajanan sesuai dengan tren yang
berkembang saat itu. Namun jika menu keluarga dapat
memikat hati mereka, kebiasaan jajan akan dapat di tekan
frekuensinya. Menu bagi anak sekolah dan remaja , harus
lebih variatif. Makanan jajanan yang mereka konsumsi lebih
sering pada makanan asing dan kecendrungan memilih
makanan jajanan yang tradisional sudah mulai ditinggalkan.
Untuk itu tidak ada salahnya jika menu yang disusun untuk
mereka kita selingi dengan menu makanan jajanan yang
sedang diminati oleh kelompok umur tersebut. Namun tentu
saja menu-menu tersebut diperkaya dengan berbgai bahan
makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka
akan zat gizi. Menu untuk anak sekolah dan remaja harus
memenuhi kecukupoan kalori dan protein sebanyak 2000-
2500 Kkal per hari serta mengandung 45 – 64 gram protein.


Contoh menu 1 bagi anak sekolah dan remaja
Waktu Menu Porsi per menu
(gram)
Pagi Bubur kacang hijau 100
Telur ½ matang 50
Susu + gula 20 + 10
Jam 10.00 Sandwich telur 100
Makan
Siang/
malam
Nasi putih 200
Udang goreng asam
manis
50


Ayam masak
mangkang
50
Tahu kuah kaldu 100
Cah jagung muda 100
Jambu biji 100
Jam 16.00 Brownis kukus 50



Contoh menu 2 bagi anak sekolah dan remaja
Waktu Menu Porsi per menu
(gram)
Pagi Mie goreng
komplit
150
Susu + gula 20 + 10
Jam 10.00 Asinan buah 100
Makan
Siang
Nasi putih 200
Ikan panggang
saus acar
50
Gulai daging 50
Pergedel tahu 50
Sup jamur dan
jagung
150
Pepaya 100
Jam 16.00 Kolak campur 100
Makan
malam
Nasi putih 200
Soto ambengan 100
Kripik tempe 50
Nanas 100








Penyusunan menu untuk orang dewasa
Makanan untuk orang dewasa relatif mudah dalam
penyusunannya. Hal ini disebabkan karena kondisi pada
orang dewasa sudah diannggap stabil dan jarang
mengalami gangguan, kecuali orang dewasa yang dalam
masa penyembuhan atau mengikuti terapi kesehatan. Menu
untuk orang dewasa dapat disusun dengan menyacu
kepada kebutuhan mereka akan zat gizi guna berakltifitas
sehari-hari. Menu yang disusun harus mengacu kepada
kecukupan kalori dan protein sebanyak 2500-2800 Kkal per
hari serta mengandung 48 – 55 gram kalori per hari.
Persyaratan tentang bagaimana mengatur makanan untuk
orang dewasa sudah dijelaskan pada Bab sebelumnya.
Sekarang kita tetap berpedoman kepada angka kecukupan
gizi bagi orang dewasa, keseimbanagn menu serta kondisi
fisiologis yang dianggap normal.
Berikut ini adalah contoh sususnan menu untuk orang
dewasa selama 1 hari.



Contoh menu 1 bagi orang dewasa
Waktu Menu Porsi per menu
(gram)
Pagi Bubur havermout 100
Jus pepya 100
Jam 10.00 Cake buah kukus 50
Teh manis 10
Makan
Siang/
malam
Nasi putih 200
Ayam gulai 50
Telur bumbu rebon 50
Tahu tumis tauco 50
Cah kacang panjang 150
Jeruk 100
Jam 16.00 Selada buah 100




Contoh menu 2 bagi orang dewasa
Waktu Menu Porsi per menu
(gram)
Pagi Mi goreng 150
Yoghurt 100
Jam 10.00 Cake kukus worte 50
Makan
Siang/
Nasi putih 200
Cumi saus pedas 50

408
malam Rollade telur dan
jamur
50
Tumis oncom 50
Botok daun labu
kuning
150
Jus semangka 100
Jam 16.00 Bubur biji salak 100
Teh + gula 10



Kesimpulan
Yang harus dperhatikan dalam menyusun menu agar dapat diterima oleh setiap individu dan dapat memenuhi kecukpan gizi adalah umur pekerjaan, kesukaan, ketersediaan, agama/religi, (rasa, warna dan bentuk ), dan teknik pengolahan . Penyusunan menu untuk ibu hamil, anak ,balita, anak sekolah dan remaja, orang dewasa, dan lansia tetap berpedoman pada menu seimbang.

Evaluasi.
1. Jelaskanlah yang harus diperhatikan dalam penyusunan menu agar dapat diterima oleh setiap individu
2. Apa yang harus diperhatikan dalam penyusunan menu sehari-hari bagi ibu hamil dan menyusui, bayi, anak
balita, anak sekolah dan remaja,orang dewasa, dan lansia., masing-masing satu contoh menu satu hari


Perencanaan pengoperasian pasar modern

GRESIK,(metropantura.com) - Perencanaan pengoperasian pasar modern yang berlokasi di Jl. Ambeng-ambeng Duduksampeyan kabupaten gresik bakal terealisasi. Pasalnya pasar yang terletak diatas lahan 3,2 hektar tersebut bernilai Rp. 58 miliar. Pembangunan pasar tersebut guna mengembalikan kejayaan perikanan di kota santri.minggu,(13/9/15)
Pembangunan Pasar Ikan Modern itu berkerjasama dengan investor asal Kalimantan, dipastikan bahwa pasar modern itu akan selesai pada akhir bulan september tahun ini.

Terlihat sampai saat ini pekerjaan pasar ikan modern masih terlihat belum tuntas, para pekerja pun masih mengerjakan proyek ruko-ruko.“Pembangunan pasar ikan modern sudah 85 persen. Sekarang sudah hampir selesai,”kata Langu Pandingara, Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Gresik.

Ditambahkan, akhir September besok sudah bisa diresmikan. Menurutnya, penjualan ruko-ruko yang dibagian depan telah habis terjual. Harganya pun setiap ruko, yang berukuran lebar 4,5 meter dan panjang 10 meter dibandrol Rp 650 juta.

Langu juga menegaskan, pasar ikan modern dipastikan dapat menyerap pengusaha-pengusaha ikan di Kabupaten Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Sidoarjo dan Surabaya. "Pasar Ikan Modern pasti akan ramai, dan bisa bersaing dengan pasar ikan yang ada di Lamongan," tegas Langu.

Penulis  : Syaifuddin Anam 
Editor  : M Arief Budiman
 

Properti Syariah



Pasang Depot Air Minum Isi Ulang


.
Besi Beton + Wiremesh Murah


© 2011 - | Buku PR, TUGAS, dan Catatan Sekolah | www.suwur.com | pagar | omaSae | AirSumber | Bengkel Omasae, | Tenda Suwur |