Spotter
Oleh Yudha Pedyanto
Dalam dunia militer modern, spotter (atau flanker) adalah orang yang mendampingi shooter (penembak jitu) dalam melaksanakan tugasnya. Tugas utamanya adalah mengamati medan pandang yang luput dari pengamatan shooter, khususnya di medan perang urban. Karena energi shooter biasanya sudah terkuras untuk fokus membidik target, serta menjaga nafas dan degup jantungnya setenang mungkin ketika mengeksekusi targetnya.
Tools yang mereka gunakan pun berbeda. Shooter lazimnya menggunakan senjata laras panjang (long range sniper rifle) seperti Barrett M82, yang bisa menembak target sejauh 1,830 m. Coba Anda tengok sebentar keluar jendela di sembarang titik kira-kira sejauh 2 km. Nah kira-kira sejauh itu seorang sniper bisa menghabisi nyawa Anda. Oh ya Barrett M82 juga dilengkapi dengan monocular scope dengan pembesaran 10 kali.
Sedangkan spotter biasanya menggunan senapan serbu (assault rifle) seperti AK-47, atau favorit saya Steyr AUG (ohh she is sooo sexy!). Jika shooter dilengkapi dengan monocular (teropong tunggal), spotter membawa binoculars (teropong ganda). Monocular sangat efektif bagi shooter untuk meneropong target dalam lingkup pandang yang sempit dengan pembesaran maksimal. Sedangkan binoculars sangat efektif bagi spotter untuk mengamati lingkup pandang yang luas dengan pembesaran sedang.
Kerja sama antara spotter dan shooter sangat efektif dan sinergis. Ketika shooter sedang fokus memburu target dengan sniper rifle dan teropong tunggalnya, spotter dengan teropong gandanya mampu mengamati medan yang lebih luas, serta mengidentifikasi kondisi target dan ancaman potensial yang luput dari pengamatan shooter. Spotter lah yang menentukan kapan, di mana, dan siapa target shooter yang harus dieksekusi lebih dulu.
Seringkali kita menjalani hidup dengan mindset shooter. Dengan lensa tunggal dan pembesaran maksimal kita sibuk mengeksekusi target-target di hadapan kita. Tuntutan pekerjaan, deadline, mengurusi keluarga, serta hal-hal mendesak lainnya. Padahal kita punya potensi besar untuk mengeksekusi target-target yang jauh lebih besar dan spektakular. Sayang semuanya tadi terlewatkan karena kita hanya membawa mental tools seorang shooter.
Jika Anda merasa seperti seorang shooter, Anda tidak salah. Anda hanya membutuhkan seorang spotter. Ia bisa jadi orang tua, guru, kerabat atau sahabat Anda. Tugas utamanya adalah men-spot talenta tersembunyi Anda, serta mengarahkan kapan, di mana dan target apa yang harus Anda shoot menggunakan talenta unik yang Anda miliki tadi.
Tapi tugas paling penting seorang spotter adalah INI; dia benar-benar meyakini potensi tersembunyi seorang shooter, bahkan ketika sang shooter tidak meyakininya sama sekali. Inilah bedanya spotter dan supporter. Spotter tidak akan pernah kehilangan kepercayaan akan kemampuan shooter, sekalipun ia sama sekali belum pernah jadi pemenang, atau berkali-kali kalah dan berada di titik terendah. Sedangkan supporter hanya akan mendukung shooter ketika terbukti sudah pernah jadi pemenang, serta membersamainya di masa-masa kejayaannya saja.
Dengan kata lain, seorang spotter pada hakikatnya adalah seorang leader. Menurut Stephen Covey, leadership is communicating to people their worth and potential so clearly that they come to see it in themselves. Kepemimpinan adalah seni mengkomunikasikan nilai dan potensi yang dimiliki oleh seseorang sedemikian jelasnya, sampai-sampai mereka yakin dan mewujudkannya sendiri. Itulah berharganya seorang spotter, keyakinannya mendahului keyakinan shooter.
Jika Anda menikmati tulisan saya yang Anda baca sekarang (dan sebelum-sebelumnya), itu tak terlepas dari peran spotter. Entah berapa kali saya berniat berhenti menulis karena merasa kurang berbakat. Para spotter lah yang terus meyakinkan saya kalau saya punya potensi untuk menghasilkan karya yang berbeda. Ketika berkali-kali saya hampir kehilangan keyakinan, para spotter tetap menaruh keyakinan yang tak tergoyahkan kepada saya, dan meminta saya untuk terus mencoba dan berkarya. Jika Anda membaca tulisan ini di Facebook, Anda bisa menjumpai para spotter saya melalui nama-nama yang selalu saya tag.
Spotter is everywhere. Kadang mereka memiliki nama-nama formal yang berbeda, tapi secara substansial dan fungsional sama. Hubungan shooter dan spotter di dunia bisnis dikenal dengan istilah founder dan co-founder. Google didirikan oleh Larry Page bersama co-founder-nya Sergery Brin. Apple didirikan oleh Steve Jobs bersama co-founder-nya Steve Wozniak. Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim bersama co-founder-nya Michaelangelo Moran. Hubungan shooter dan spotter di dunia tulis menulis dikenal dengan istilah author dan editor. Sedangkan di dunia harokah Islam dikenal dengan istilah musyrif (murobbi) dan mad’u.
Dalam sejarah Islam, kita mengenal para panglima penakluk yang berhasil mengalahkan para adi daya. Ternyata sejak kecil sampai dewasa, mereka tumbuh jadi pemimpin dan penakluk tak lepas dari relasi shooter dan spotter yang intens. Saifudin Qutuz yang berhasil menaklukkan pasukan Tartar di Ain Jalut dibina oleh Haji Ali Al-Farrasy. Salahuddin Al-Ayyubi yang berhasil menaklukkan pasukan Salib di Yerusalem dibina oleh Ibnu Asakir. Dan Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Romawi Timur di Istambul dibina oleh Syaikh Aaq Syamsuddin.
Terkadang spotter tidak membawa pesan kepada individu, tapi kepada kelompok masyarakat secara keseluruhan. Sebagaimana yang pernah dituturkan oleh Ustadz Salim Fillah: Syaikh Dr. Abu Bakr Al ‘Awawidah, Wakil Ketua Rabithah Ulama Palestina pernah berkata: Allah pernah memilih Bangsa ‘Arab, Kurdi, Mamalik, dan Turki untuk mempimpin penzhahiran agama ini, tapi semuanya tadi telah Allah cabut. Dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain untuk memimpin penjayaan Islam.
Beliau kemudian menghela nafas panjang, kemudian tersenyum lalu berkata: “Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi berhidung pesek”, katanya sedikit tertawa, “Yang belum pernah ditunjuk Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini. Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam mereka?“ Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah SAW itu adalah kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban Islam.”
Pesan saya ini; jika Anda mendapat ilham atau firasat yang sangat kuat terhadap potensi seseorang, yang Anda sendiri tak kuasa menjelaskannya dengan kata-kata, selamat Anda telah menjadi seorang spotter. Tugas Anda selanjutnya adalah menyampaikan dan membina shooter Anda sebaik-baiknya. Sebaliknya jika Anda dihampiri seorang spotter, apalagi jika dia seorang alim dan ulama akhirat, perhatikan dan dengarkan baik-baik, karena ilham seorang spotter biasanya tak pernah salah. Dan Anda mungkin kelak akan mengubah arah sejarah.
Jogjakarta, 31 Desember 2018