SABAR ITU ADA KONTEKSNYA
Prof.DR.Fahmi Amhar
Orang sering bertanya, "Apakah sabar itu ada batasnya?".
Jawabnya mudah, "Sabar itu ada konteksnya". Ada yang batasnya sangat jelas, dan ada yang batasnya hanya Allah yang tahu.
Kalau Anda menunggu kereta di suatu stasiun sudah 50 menit, lalu baru tahu bahwa kereta terakhir sudah lewat 1 jam yang lalu, Anda tidak perlu sabar lagi menunggu. Segera keluar stasiun dan cari moda transportasi yang lain.
Kalau Anda menanak nasi pakai rice-cooker, lalu 1 jam belum matang, Anda tidak perlu sabar lagi menunggu. Pasti ada yang salah. Jangan-jangan steckernya belum dimasukkan ke stop-kontak. Atau jangan-jangan listriknya mati.
Demikian juga kalau istri Anda hamil, lalu sudah hampir 10 bulan belum melahirkan juga, Anda tidak perlu sabar lagi. Itu alamat ada something wrong. Segera datangi dokter SpOG. Istri Anda mungkin harus operasi caesar. Atau jangan-jangan yang dikira janin ternyata hanya cairan ...
Masaknya nasi atau berapa lama usia maksimum kehamilan, itu ada bukti-bukti saintifiknya. Dan itu hukum fisika yang keras.
Sangat berbeda dengan peristiwa datangnya rizki, ajal ataupun sejarah sebuah peradaban.
Berapa lama seseorang bekerja sampai dia menjadi sukses dan mulia, serta hidupnya berkah dan berlimpah? Tidak ada yang tahu. Kolonel Sanders baru ketemu bisnis yang membuatnya kaya raya justru setelah pensiun. Dia membuka KFC di usianya yang ke-68. Tentu saja boleh orang berikhtiar menggunakan segala ilmu yang diperolehnya. Tetapi ada faktor-faktor yang tidak semua ada dalam kontrolnya. Ada yang bisnisnya sudah maju, tiba-tiba bencana alam memporak-porandakan semuanya. Ada juga yang karirnya melesat, tiba-tiba ikut terjungkal hanya karena berada di tempat yang salah beserta orang yang salah. Oleh karena itu, dalam menjemput rizki kita tetap harus sabar berikhtiar dan sabar berdoa, seraya ridha atas semua qadha yang diberikan-Nya.
Berapa lama kota Konstantinopel akan dibuka oleh kaum muslimin? Ternyata puluhan generasi harus bersabar. Sabar yang hampir tidak ketahuan batasnya kapan. Baru 825 tahun kemudian, Allah benar-benar membuka ibu kota adidaya Romawi itu, setelah seluruh syarat dari kaum muslimin yang berjuang membukanya, terpenuhi.
Jadi sekali lagi, sabar itu ada konteksnya.
Prof.DR.Fahmi Amhar
Orang sering bertanya, "Apakah sabar itu ada batasnya?".
Jawabnya mudah, "Sabar itu ada konteksnya". Ada yang batasnya sangat jelas, dan ada yang batasnya hanya Allah yang tahu.
Kalau Anda menunggu kereta di suatu stasiun sudah 50 menit, lalu baru tahu bahwa kereta terakhir sudah lewat 1 jam yang lalu, Anda tidak perlu sabar lagi menunggu. Segera keluar stasiun dan cari moda transportasi yang lain.
Kalau Anda menanak nasi pakai rice-cooker, lalu 1 jam belum matang, Anda tidak perlu sabar lagi menunggu. Pasti ada yang salah. Jangan-jangan steckernya belum dimasukkan ke stop-kontak. Atau jangan-jangan listriknya mati.
Demikian juga kalau istri Anda hamil, lalu sudah hampir 10 bulan belum melahirkan juga, Anda tidak perlu sabar lagi. Itu alamat ada something wrong. Segera datangi dokter SpOG. Istri Anda mungkin harus operasi caesar. Atau jangan-jangan yang dikira janin ternyata hanya cairan ...
Masaknya nasi atau berapa lama usia maksimum kehamilan, itu ada bukti-bukti saintifiknya. Dan itu hukum fisika yang keras.
Sangat berbeda dengan peristiwa datangnya rizki, ajal ataupun sejarah sebuah peradaban.
Berapa lama seseorang bekerja sampai dia menjadi sukses dan mulia, serta hidupnya berkah dan berlimpah? Tidak ada yang tahu. Kolonel Sanders baru ketemu bisnis yang membuatnya kaya raya justru setelah pensiun. Dia membuka KFC di usianya yang ke-68. Tentu saja boleh orang berikhtiar menggunakan segala ilmu yang diperolehnya. Tetapi ada faktor-faktor yang tidak semua ada dalam kontrolnya. Ada yang bisnisnya sudah maju, tiba-tiba bencana alam memporak-porandakan semuanya. Ada juga yang karirnya melesat, tiba-tiba ikut terjungkal hanya karena berada di tempat yang salah beserta orang yang salah. Oleh karena itu, dalam menjemput rizki kita tetap harus sabar berikhtiar dan sabar berdoa, seraya ridha atas semua qadha yang diberikan-Nya.
Berapa lama kota Konstantinopel akan dibuka oleh kaum muslimin? Ternyata puluhan generasi harus bersabar. Sabar yang hampir tidak ketahuan batasnya kapan. Baru 825 tahun kemudian, Allah benar-benar membuka ibu kota adidaya Romawi itu, setelah seluruh syarat dari kaum muslimin yang berjuang membukanya, terpenuhi.
Jadi sekali lagi, sabar itu ada konteksnya.