[iklan]

"Hidup seperti juga puisi dan lukisan, seluruhnya adalah ekspresi."

Kreativitas

"Hidup seperti juga puisi dan lukisan, seluruhnya adalah ekspresi."

Beranikah Kita berekspresi dan berkreasi? Dalam pelajaran ini, Kita akan berlatih untuk mengasah kreativitas. Kreativitas yang Kita miliki akan diasah dan diuji saat menceritakan pengalaman. Dalam bidang kepenulisan, kreativitas Kita akan dilatih saat menulis paragraf naratif. Sementara itu, dalam bidang sastra, Kita dituntut untuk dapat kreatif saat membacakan puisi.
Kita harus dapat mengekspresikan puisi tersebut dengan baik serta penuh penghayatan. Ketiga hal yang telah dikemukakan tersebut, yaitu menceritakan pengalaman, menulis paragraf naratif, dan membacakan puisi merupakan kegiatan yang menuntut adanya kemampuan berekspresi.


A Menceritakan Pengalaman

Apakah Kita senang menulis pengalaman dalam buku harian? Buku harian dapat menjadi biografi sederhana yang memuat segala aktivitas dan pengalaman yang telah Anda alami.
Ada beragam pengalaman yang telah Kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah pengalaman selama Kita berada di Kelas X sekarang. Mungkin, Kita pernah mengalami pengalaman seru bersama teman-teman. Pengalaman yang Kita alami dapat diceritakan kepada teman-teman sekelas. Tentunya, dalam menceritakan pengalaman, Kita harus memperhatikan cara berbicara dalam menyampaikan apa yang ada dalam pikiran. Hal tersebut dapat ditunjang dengan ekspresi dan gerak tubuh sehingga pendengar menjadi tertarik mendengarkannya. Pengalaman yang Kita ceritakan dapat dilakukan dalam kegiatan perkenalan, berdiskusi, dan bercerita.
Saat menceritakan pengalaman tersebut, Kita dapat menggunakan berbagai macam ekspresi wajah, antara lain:
1. senang;
2. sedih;
3. terharu;
4. kesal.

Ekspresi wajah tersebut dapat menunjang kegiatan penyampaian cerita Kita. Dengan demikian, orang yang menyimak cerita Kita akan lebih mudah memahami cerita yang Kita sampaikan.
Sekarang, temukanlah berbagai macam ekspresi lain yang belum disebutkan. Perhatikanlah wajah Anda di depan cermin.
Berbagai ekspresi wajah yang Kita praktikkan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan menceritakan pengalaman Kita. Tanpa ekspresi, penyampaian cerita Kita akan terkesan datar dan biasa-biasa saja. Hal ini, tentunya, akan membuat pendengar menjadi bosan.
Berikut ini contoh pengalaman yang dialami oleh teman Kita, Bacakanlah dengan ekspresif di depan   teman-teman atau keluarga. 
Dalam pelajaran ini, Kita akan berlatih menceritakan pengalaman.
Pengalaman tersebut dapat Kita sampaikan secara ekspresif agar orang yang mendengarkan pengalaman Kita dapat memahaminya. Dengan demikian, diharapkan kemampuan Kita dalam menyampaikan informasi akan bertambah.
Mungkin, bagi yang belum pernah berkecimpung dengan dunia anak jalanan akan merasa asing dengan mereka. Memang tidak mudah mendidik keterampilan anak-anak jalanan (anjal) yang masih haus belaian kasih sayang orang tuanya. Berbagai cara pun dilakukan yayasan-yayasan yang mengasuh anak-anak tersebut., termasuk yayasan tempat saya mencurahkan tenaga dan pikiran untuk membantu anak jalanan.

Kegiatan menceritakan pengalaman di dalam kelas, Adapun yayasan tempat saya mengabdikan diri
bernama Yayasan Widya Dharma. Bersama yayasan tersebut, kami menangani anak telantar dengan
mendekatkan mereka pada akses pekerjaan. Prinsip dasarnya, kalau anak telantar diberi pekerjaan yang
lebih nyata, mereka diharapkan tidak akan meminta-minta lagi di jalanan.Saat ini berdiri tiga unit usaha perbengkelan. Memang hasilnya tidak terlalu besar, tetapi mereka kini telah memiliki aktivitas bermanfaat.
Selain itu, kami juga berkordinasi dengan lembaga lain, seperti Sanggar Alang-Alang milik Kak Didit Hape. Lembaga yang telah sembilan tahun berdiri itu menawarkan pendidikan etika dan estetika untuk anakanak jalanan yang bergabung. Mereka boleh belajar dengan gratis. Asal, mereka sopan dan tidak berkatakata jorok. Itulah SPP belajar di sanggar itu. Kak Didit membagi program pendidikannya menjadi tiga, yakni pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan anak usia sekolah (PAUS), dan pendidikan anak usia remaja (PAUR). Kalau diistilahkan, ini semacam TK anak miskin. Kami dapat belajar banyak dari sanggar tersebut. Kami pun pernah bekerja sama dengan Panti Asuhan Bhakti Luhur. Panti asuhan ini punya cara lain untuk mengentas anak-anak binaannya. Mereka menyediakan 60 pengasuh untuk anak didiknya. Mereka mengalami macam-macam kebutuhan. Mulai buta sampai lemah mental.
Adapun di tempat lain, yaitu di Penitipan Ibu dan Anak Matahari Terbit, anak-anak asuh diberi bekal pengetahuan dasar tentang hidup. Mulai rutinitas seperti mandi atau makan, hingga bekal pengetahuan tentang moral, tata krama, dan kemandirian. Memang, hasilnya lumayan terasa. Mereka sudah bisa mengatur pola kehidupan sendiri.
Bagi saya, kegiatan yang saya alami tidak lain sebagai bahan motivasi bagi teman-teman yang ingin menyisihkan waktunya untuk mengabdikan diri bagi dunia pendidikan anak jalanan. Pengalaman yang saya ceritakan ini tiada lain juga sebagai upaya menggugah kita bahwa masih banyak anak di negeri ini yang belum mendapatkan pendidikan yang layak untuk masa depan.
Dari pengalaman yang diceritakan tersebut,Kita dapat mendiskusikan isi pengalaman tersebut. Kita dapat mengajukan pertanyaan ataupun memberikan tanggapan atas pengalaman tersebut. Misalnya:
"Menurut saya pengalaman yang diceritakan tersebut sungguh baik untuk ditiru. Kita pun dapat mengikuti jejak Priska dalam berjuang mengupayakan hak-hak pendidikan bagi anak jalanan. Usul saya, bagaimana jika dalam kelas kita juga mengadakan bimbingan untuk anak jalanan yang ada di sekitar sekolah kita?" Tanggapan yang dikemukakan oleh teman Kita tersebut, dapat dijadikan bahan diskusi kelas. Pengalaman tersebut dapat memberikan dampak manfaat bagi orang lain.
Bersama Koordinator Pendamping Anak Jalanan Yayasan Widya Dharma, kami menawarkan beragam program untuk membantu anak jalanan. Di antaranya, keterampilan menyablon hingga kemampuan bekerja di bengkel. Kami pun tidak jarang melakukan kerja sama dengan lembaga lain untuk memberikan pendidikan bagi anak jalanan tersebut.
Untuk menjalankan program tersebut, yayasan tidak perlu mengasramakan 130 anak-anak telantar yang ditangani. Dalam hal ini, kami bertindak sebagai pendamping yang mendatangi dua tempat anak-anak telantar binaan kami, yakni di kawasan Rungkut dan Putat Jaya, Surabaya. Di sana, anak jalanan tersebut diajak untuk terampil dengan diberikan pelatihan-pelatihan.
Salah satu tujuan pelatihan-pelatihan tersebut ialah untuk menumbuhkan kreativitas anak jalanan.
Perlahan, program tersebut membuahkan hasil.
Di Banyu Urip, saat ini telah berdiri tiga usaha sablon yang dikerjakan anak-anak tersebut. Di Dukuh Pakis juga berdiri bisnis serupa. Sementara, di Putat Jaya lebih tergugah untuk membantu dunia pendidikan di sekitar kita. Hal ini terutama untuk anak-anak yang kurang mampu.

Adapun hal-hal yang perlu Anda perhatikan saat menyampaikan pengalaman kepada orang lain adalah sebagai berikut.
1. Tentukan pengalaman apa yang kiranya dapat menggugah orang lain untuk tertarik mendengarkan cerita Kita.
2. Gunakan bahasa yang baik dan runtut.
3. Perhatikan pula intonasi, pelafalan, jeda, ekspresi, serta pilihan kata Kita saat bercerita. Hal ini akan jadi penentu menarik atau tidaknya pengalaman yang Kita ceritakan. Selain itu, perhatikanlah pula cara mata Kita mengarahkan pandangan kepada orang lain yang mendengarkan cerita pengalaman Kita.
4. Jika perlu, Kita dapat menggunakan bahan penunjang lain.
Misalnya gambar, foto, ataupun benda yang mendukung penceritaan pengalaman Kita tersebut. Misalnya, pengalaman saat Kita berkunjung ke tempat wisata.Kita dapat menceritakan pengalaman dengan menunjukkan foto-foto saat Anda berada di tempat wisata tersebut.
5. Bersikaplah terbuka kepada orang lain yang mendengarkan cerita pengalaman Kita. Dalam hal ini, jangan Kita saja yang bicara. Bisa saja teman Kita menimpali atau mengajukan pertanyaan tentang pengalaman tersebut. Hal ini akan membuat orang lain yang mendengarkan lebih terbawa dan merasakan apa yang Kita alami.

Sebuah cerita pengalaman yang dialami seseorang akan menimbulkan beragam tanggapan perasaan bagi orang lain. Jika Kita menceritakan pengalaman lucu, orang lain akan merasakan kelucuan tersebut dengan tertawa. Selain itu, jika Kita menceritakan hal menyedihkan atau mengharukan, teman Kita akan terbawa dalam kesedihan atau keharuan yang Kita alami.
0 komentar


. . .
 
© 2011 - | Buku PR, TUGAS, dan Catatan Sekolah | www.suwur.com | pagar | omaSae | AirSumber | Bengkel Omasae, | Tenda Suwur | Versi MOBILE