Luas wilayah Prancis

Prancis memiliki luas wilayah sebesar 551.695 kilometer persegi, menjadikannya negara terluas keempat di Uni Eropa dan keenam belas di dunia.

Terletak di Eropa Barat, Prancis berbatasan dengan sejumlah negara seperti Belgia, Luksemburg, Jerman, Swiss, Italia, Monako, Andorra, Spanyol, dan Laut Mediterania. Garis pantai Prancis membentang sepanjang 3.427 kilometer.

Topografi Prancis sangat beragam, mulai dari pegunungan di barat hingga dataran rendah di timur. Pegunungan Alpen membentang di perbatasan barat Prancis dengan puncak tertinggi, Mont Blanc, setinggi 4.807 meter. Dataran rendah Paris mencakup sebagian besar wilayah timur Prancis.

Iklim di Prancis bervariasi, dengan iklim Mediterania di selatan yang memiliki musim panas hangat dan kering serta musim dingin sejuk dan basah. Sementara itu, iklim kontinental yang hangat dan lembap lebih umum di wilayah lainnya.

Prancis dianugerahi dengan sumber daya alam yang kaya, termasuk minyak, gas alam, bijih besi, dan uranium. Potensi pertanian yang besar juga dimiliki, terutama di wilayah utara Prancis.

Luas wilayah Prancis dapat diuraikan berdasarkan wilayahnya:

- Metropolitan Prancis: 551.695 km²

- Guadeloupe: 1.628 km²

- Martinique: 1.128 km²

- Guyane Prancis: 83.534 km²

- Réunion: 2.512 km²

- Mayotte: 374 km²

Wilayah Metropolitan Prancis mencakup daratan utama Prancis, Corsica, dan beberapa pulau kecil di sekitarnya.


Wilayah laut Prancis mencakup luas sebesar 11.035.000 kilometer persegi, menjadikannya negara dengan luas wilayah laut terluas kedua di dunia, setelah Amerika Serikat yang memiliki luas wilayah laut sebesar 12.209.000 kilometer persegi.

Luas wilayah laut Prancis sepenuhnya terdiri dari zona ekonomi eksklusif, yang mencakup seluruh wilayah tersebut dengan lebar 200 mil laut dari garis pangkal pantai. Prancis memperoleh zona ekonomi eksklusif yang sangat luas karena memiliki sejumlah wilayah seberang laut yang signifikan, termasuk Polinesia Prancis, Guadeloupe, Martinique, Guyana Prancis, Réunion, dan Mayotte.

Zona ekonomi eksklusif yang luas ini memberikan Prancis potensi besar untuk mengembangkan sektor-sektor seperti perikanan, kelautan, dan pariwisata di wilayah lautnya.

Luas Wilayah Palestina

Luas Palestina sebelum dijajah Israel adalah sekitar 26.323 kilometer persegi, termasuk wilayah Yerusalem, yang merupakan kota suci bagi tiga agama besar: Islam, Kristen, dan Yahudi. Wilayah Palestina ini merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman yang dikuasai Turki selama berabad-abad, sebelum diserahkan ke Inggris setelah Perang Dunia I. Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara: satu untuk Yahudi dan satu untuk Arab, dengan Yerusalem sebagai kota internasional. Rencana ini diterima oleh pemimpin Yahudi, tetapi ditolak oleh pemimpin Arab. Pada tahun 1948, Israel mendeklarasikan diri sebagai negara dan menguasai sebagian besar wilayah Palestina setelah perang dengan negara-negara Arab. Sejak saat itu, luas Palestina terus berkurang karena Israel terus mengambil alih wilayah-wilayahnya, seperti Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan. Saat ini, luas Palestina yang masih dikuasai oleh Otoritas Nasional Palestina (ONP) hanya sekitar 6.220 kilometer persegi  . 



Luas wilayah Indonesia

Indonesia memiliki luas wilayah sebesar 1.904.569 kilometer persegi, menjadikannya negara terluas ke-14 di dunia dan negara kepulauan terbesar di dunia. Terletak di Asia Tenggara, Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan dan Sebatik, Papua Nugini di Pulau Papua, serta Timor Leste di Pulau Timor, dengan garis pantai sepanjang 54.716 kilometer.

Topografi Indonesia sangat beragam, dari pegunungan di barat hingga dataran rendah di timur. Pegunungan Bukit Barisan membentang di Pulau Sumatra dengan puncak tertinggi, Gunung Kerinci, setinggi 3.805 meter. Dataran rendah Jawa mendominasi Pulau Jawa.

Iklim Indonesia bersifat tropis, dengan suhu tinggi dan curah hujan yang melimpah. Indonesia juga kaya akan sumber daya alam, termasuk minyak, gas alam, batu bara, logam, dan sektor pertanian yang produktif. Selain itu, potensi pariwisata Indonesia besar dengan ragam atraksi alam dan budaya yang menarik.

Pulau Kalimantan memiliki luas wilayah terbesar di Indonesia, mencapai 743.330 kilometer persegi, sementara Pulau Nusa Tenggara Timur merupakan yang terkecil dengan luas wilayah 47.349 kilometer persegi.



Berikut adalah rincian luas wilayah Indonesia berdasarkan pulaunya:

Pulau | Luas Wilayah (km²)

---|---

Pulau Kalimantan | 743.330

Pulau Sumatra | 473.481

Pulau Papua | 421.981

Pulau Jawa | 126.700

Pulau Sulawesi | 174.600

Pulau Bali | 5.780

Pulau Nusa Tenggara Barat | 47.349

Pulau Nusa Tenggara Timur | 47.349

Pulau Maluku | 72.546

Pulau Papua Barat | 38.039


Luas wilayah laut Indonesia

Indonesia memiliki luas wilayah laut sebesar 3.157.483 kilometer persegi, menjadikannya negara dengan wilayah laut terluas di dunia. Jumlah ini mengungguli Amerika Serikat yang memiliki luas wilayah laut 1.253.065 kilometer persegi dan Kanada dengan luas wilayah laut 996.072 kilometer persegi.

Luas wilayah laut Indonesia terbagi menjadi beberapa kategori, meliputi:

- Perairan pedalaman dan perairan kepulauan: 2.491.790 kilometer persegi

- Laut territorial: 370.347 kilometer persegi

- Zona tambahan: 270.347 kilometer persegi

- Zona ekonomi eksklusif: 3.000.000 kilometer persegi

- Landas kontinen: 2.800.000 kilometer persegi

Perairan pedalaman dan perairan kepulauan mencakup wilayah di dalam batas-batas wilayah Indonesia, termasuk perairan antar-pulau dan perairan di belakang garis pantai. Laut territorial adalah wilayah laut di luar perairan pedalaman dan perairan kepulauan, membentang hingga 12 mil laut dari garis pangkal pantai. Zona tambahan adalah wilayah laut di luar laut territorial, dengan lebar 12 mil laut dari garis luar laut territorial. Zona ekonomi eksklusif mencakup wilayah laut di luar zona tambahan, membentang hingga 200 mil laut dari garis pangkal pantai. Sementara itu, landas kontinen adalah wilayah laut di luar zona ekonomi eksklusif, dengan lebar hingga 200 mil laut dari garis pangkal pantai.

Luas wilayah laut Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan sektor-sektor seperti perikanan, kelautan, dan pariwisata.


STRUKTUR ADMINISTRATIF (KEMASLAHATAN UMUM) [STRUKTUR NEGARA KHILAFAH]

 Manajemen berbagai urusan negara dan berbagai kepentingan masyarakat ditangani oleh departemen, jawatan, serta unit-unit yang didirikan untuk menjalankan urusan-urusan negara dan memenuhi kepentingan-kepentingan masyarakat tersebut. Untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal. Untuk setiap jawatan diangkat seorang direktur yang mengurusi manajemennya dan ia bertanggung jawab secara langsung terhadap jawatan tersebut. Para direktur itu bertanggung jawab kepada orang yang memimpin departemen, jawatan, atau unit mereka yang lebih tinggi dari sisi pertanggungjawaban pelaksanaan tugas-tugas mereka. Mereka juga bertanggung jawab kepada wali dan amil dari sisi pertanggungjawaban terhadap keterikatan mereka dengan hukum-hukum syariah dan peraturan-peraturan secara umum.

Rasulullah saw. secara langsung mengatur departemen-departemen. Beliau juga menunjuk para penulis untuk mengatur departemen-departemen itu. Rasulullah saw. secara langsung mengatur berbagai kepentingan masyarakat di Madinah. Beliau juga secara langsung memelihara urusan-urusan mereka, mengatasi berbagai permasalahan mereka, mengatur berbagai interaksi mereka, menjamin kebutuhan-kebutuhan mereka, serta mengarahkan mereka pada sesuatu yang menjadikan urusan mereka semakin baik. Semua ini termasuk dari perkara-perkara administratif yang memudahkan kehidupan mereka tanpa banyak problem dan kerumitan:

Dalam masalah pendidikan, Rasulullah saw. menetapkan tebusan orang-orang kafir yang menjadi tawanan Perang Badar dengan mengajari sepuluh orang anak-anak kaum Muslim (membaca dan menulis). Hal itu menggantikan harta tebusan yang termasuk ghanîmah dan menjadi milik kaum Muslim. Dengan demikian, jaminan pendidikan merupakan salah satu kemaslahatan kaum Muslim.

Dalam masalah pengobatan, pernah dihadiahkan kepada Rasulullah saw. seorang dokter. Lalu Beliau menetapkannya sebagai dokter bagi kaum Muslim. Kenyataan bahwa hadiah datang kepada Rasulullah saw., namun Beliau tidak mengambil dan tidak memanfaatkannya untuk dirinya sendiri, tetapi dijadikan sebagai milik kaum Muslim. Hal itu merupakan dalil bahwa pengobatan (kesehatan) juga merupakan salah satu kemaslahatan kaum Muslim.

Dalam masalah pekerjaan, Rasulullah saw. telah menunjuki seorang laki-laki agar membeli tali dan kapak, dan agar alat-alat itu digunakan untuk mencari kayu bakar, dan kayu bakar itu dijual kepada masyarakat; daripada harus meminta-minta kepada masyarakat, lalu sebagian mereka memberinya dan sebagian lain menolaknya. Dengan demikian, pemberian solusi atas masalah pekerjaan juga merupakan salah satu kemaslahatan bagi kaum Muslim. Imam Ahmad telah menuturkan riwayat dan Imam at-Tirmidzi menilainya hasan:

Sesungguhnya seorang laki-laki Anshar pernah datang kepada Nabi saw. dan meminta-minta kepada Beliau. Lalu Beliau bertanya kepadanya, “Apakah di rumahmu ada sesuatu?” Ia menjawab, “Benar, ada....” Nabi saw. bersabda, “Bawa keduanya ke sini!” Ia pun membawa kedua barang tersebut. Lalu Rasulullah saw. mengambil keduanya dan berkata, “Siapa yang mau membeli dua barang ini?”.... Lalu seorang laki-laki berkata, “Aku mau mengambilnya dengan harga dua dirham.” Beliau menyerahkan kedua barang itu kepada laki-laki tersebut dan Beliau mengambil dua dirham harganya, lalu Beliau memberikannya kepada orang Anshar itu. Beliau bersabda, “Belilah dengan satu dirham sesuatu dan berikanlah untuk keluargamu. Belilah kapak dengan satu dirham yang lain dan bawalah kepadaku!” Lalu ia membawa kapak itu kepada Beliau. Lalu Rasulullah saw. menggenggamnya secara erat dan menyodorkan kembali kepada orang itu sambil bersabda, “Pergilah, carilah kayu bakar, dan juallah. Jangan sampai aku melihatmu lagi selama lima belas hari!” Orang itu pun melakukannya. Lalu lima belas hari kemudian ia datang dan ia telah memperoleh lima belas dirham....

Rasulullah saw. juga pernah bersabda sebagaimana dalam riwayat Imam al-Bukhari:

Sesungguhnya salah seorang dari kalian mengambil tali, lalu ia datang dengan membawa seikat kayu bakar di punggungnya, kemudian ia menjualnya sehingga Allah mencukupi kebutuhannya; itu adalah lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang, lalu ada yang memberi dan ada pula yang menolaknya.

Dalam masalah jalan, Rasulullah saw. juga telah mengatur jalan pada waktu itu dengan menetapkan lebar jalan selebar tujuh hasta, ketika terjadi perselisihan. Imam al-Bukhari telah menuturkan riwayat dari Abu Hurairah:

Rasulullah saw. telah memutuskan bahwa jika mereka berselisih mengenai jalan maka lebarnya tujuh hasta.

Dalam riwayat Imam Muslim dinyatakan:

Jika kalian berselisih dalam masalah jalan maka buatlah lebarnya tujuh hasta. 

Ini merupakan pengaturan administratif pada waktu itu. Jika keperluan menuntut lebih dari itu maka dibolehkan, sebagaimana pendapat mazhab Syafii. Demikian juga, Rasulullah saw. telah mencegah permusuhan terkait dengan masalah jalan. Imam ath-Thabrani di dalam Mu‘jam ash-Shaghîr telah menuturkan riwayat:

Siapa saja yang mengambil satu jengkal saja dari jalan kaum Muslim, maka pada Hari Kiamat kelak Allah akan membebaninya dengan beban seberat tujuh lapis bumi.

Dalam masalah pertanian, Zubair pernah berselisih dengan seorang laki-laki Anshar, yakni dalam masalah pengairan dari saluran air yang mengalir di tanah keduanya. Lalu Rasulullah saw. bersabda:

Wahai Zubair, airi tanahmu, lalu alirkan kepada tetanggamu.

(HR al-Bukhari dan Muslim; redaksinya menurut Imam Muslim).

Demikianlah, Rasulullah saw. telah mengatur berbagai kemaslahatan kaum Muslim. Beliau juga telah mengatasi berbagai persoalan administratif mereka dengan penuh kemudahan dan kesederhanaan (tidak rumit). Beliau juga meminta bantuan kepada beberapa orang Sahabat untuk menjalankan hal itu.

Dengan demikian, pengaturan berbagai kemaslahatan rakyat itu merupakan salah satu fungsi struktur negara yang ditangani oleh Khalifah, atau Khalifah dapat mengangkat direktur profesional untuk mengurusinya. Inilah yang kami adopsi dalam rangka meringankan tugas dan beban Khalifah, khususnya ketika kemaslahatan masyarakat semakin bertambah luas dan bertambah banyak. Karena itu, hendaknya terdapat struktur (departemen) yang mengurusi kemaslahatan masyarakat. Setiap departemen dikepalai oleh seorang direktur profesional yang menguasai berbagai sarana dan cara untuk memudahkan kehidupan rakyat serta memberikan berbagai pelayanan yang dibutuhkan rakyat tanpa kerumitan, bahkan dengan penuh kemudahan dan kesederhanaan.

Struktur administratif ini terdiri dari departemen-departemen (Mashlahah), jawatan-jawatan (Dâ’irah), dan unit-unit (Idârah). Mashlahah (Departemen) merupakan lembaga administratif tertinggi untuk satu kemaslahatan di antara berbagai kemaslahatan negara seperti kewarganegaraan, transportasi, pencetakan mata uang, pendidikan, kesehatan, pertanian, ketenagakerjaan, jalan, dan sebagainya. Departemen itu mengurusi manajemen departemen itu sendiri, jawatan-jawatan, dan unit-unit yang ada di bawahnya. Jawatan (Dâ’irah) mengurusi manajemen jawatan itu sendiri dan unit-unit di bawahnya. Adapun unit (Idârah) mengurusi urusan-urusan unit itu sendiri dan cabang serta bagian yang ada di bawahnya.

Departemen-departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit tersebut didirikan tidak lain hanya untuk menjalankan berbagai urusan negara dan untuk memenuhi berbagai kepentingan masyarakat.

Untuk menjaga jalannya departemen-departemen, jawatan-jawatan, dan unit-unit harus diangkat para penanggung jawab untuk masing-masing departemen, jawatan, dan unit tersebut. Karena itu, untuk setiap departemen diangkat seorang direktur jenderal yang secara langsung mengurusi manajemen urusan-urusan departemennya. Ia juga bertugas mengontrol semua jawatan dan unit yang ada di bawahnya. Untuk setiap jawatan dan setiap unit diangkat seorang direktur yang bertanggung jawab secara langsung atas jawatan dan unit yang dikepalainya serta cabang dan bagian yang ada di bawahnya.

Struktur Administratif Merupakan Teknis Administrasi, Bukan Pemerintahan

Struktur administratif merupakan salah satu cara (uslûb) dan sarana (wasîlah) untuk melaksanakan suatu tugas. Ia tidak memerlukan dalil secara khusus dan cukup hanya dengan dalil umum yang menunjukkan aktivitas pokoknya. Tidak bisa dikatakan, bahwa cara-cara ini merupakan perbuatan hamba sehingga tidak sah dilakukan kecuali sesuai dengan hukum-hukum syariah. Tidak bisa dikatakan demikian, karena aktivitas-aktivitas tersebut pada pokoknya telah dijelaskan oleh dalil syariah secara umum. Dengan demikian, dalil itu meliputi aktivitas-aktivitas cabang yang merupakan cabang dari aktivitas pokok tersebut. Kecuali jika datang dalil syariah yang secara khusus menjelaskan aktivitas cabang maka aktivitas cabang itu harus mengikuti dalil khusus tersebut. Misalnya, Allah SWT berfirman: Wa âtû az-zakâh (Tunaikanlah zakat). Ini merupakan dalil yang bersifat umum. Dalam hal ini, terdapat beberapa dalil untuk perbuatan-perbuatan yang menjadi cabangnya yang menetapkan kadar nishâb, para amil, dan golongan yang dipungut zakatnya, dan sebagainya. Semua itu merupakan cabang dari perintah: Tunaikanlah zakat. Dalam hal ini, tidak terdapat dalil yang menjelaskan tatacara pengumpulannya, apakah pergi dengan naik kendaraan atau jalan kaki; apakah boleh mempekerjakan para pekerja untuk membantunya ataukah tidak; apakah harus dicatat dalam daftar; apakah harus ditetapkan tempat tertentu untuk mengumpulkannya; apakah harus digunakan brankas/ tempat penyimpanan untuk menyimpan apa yang telah dikumpulkan; apakah brankas itu diletakkan di bawah tanah (semacam bunker) atau dibuatkan sebuah rumah seperti lumbung; apakah zakat uang dikumpulkan dengan karung atau dengan kotak. Semua itu dan semisalnya merupakan perbuatan-perbuatan cabang dari perintah: Tunaikanlah zakat. (TQS alBaqarah [2]: 277). Semua itu telah tercakup di dalam dalil-dalil umum tersebut, karena tidak terdapat dalil-dalil yang khusus untuk masing-masing perbuatan cabang tersebut.

Demikianlah ketentuan tentang cara (uslûb). Uslûb adalah suatu perbuatan yang merupakan cabang dari perbuatan pokok yang telah dijelaskan oleh dalil umum. Tidak terdapat dalil yang spesifik menjelaskan perbuatan cabang itu. Karena itu, dalil umum yang menjelaskan perbuatan pokok tersebut juga merupakan dalil bagi perbuatan-perbuatan cabangnya.

Karena itu, cara-cara administratif atau cara-cara manajemen mungkin untuk diambil dari sistem manapun, kecuali jika terdapat dalil spesifik yang melarang suatu cara administratif tertentu. Selain yang demikian boleh diambil sebagai cara administratif jika cara tersebut memiliki kesesuaian untuk menjalankan tugas-tugas struktur administratif dan untuk memenuhi kepentingan masyarakat. Sebab, cara administratif bukanlah hukum atau pemerintahan yang harus memerlukan dalil syariah. Atas dasar inilah, Umar bin al-Khaththab telah mengambil dîwân sebagai cara untuk mencatat nama-nama tentara dan rakyat. Catatan itu dibuat dalam rangka membagikan harta kepada mereka, baik yang berasal dari harta kepemilikan umum maupun kepemilikan negara, dalam bentuk pemberian negara atau gaji.

Abid bin Yahya telah menuturkan riwayat dari Harits bin Nufail. Disebutkan bahwa Umar bin al-Khaththab pernah meminta pendapat kaum Muslim dalam masalah pembentukan dîwân. Lalu Ali bin Abi Thalib berkata, “Hendaknya bagi saja harta yang terkumpul kepada Anda setiap tahun dan jangan Anda sisakan.”

Utsman bin Affan menukas, “Aku melihat harta banyak sekali yang bisa dibagikan kepada masyarakat banyak. Jika tidak dihitung (dicatat) hingga diketahui siapa yang sudah mengambil dan siapa yang belum mengambil, perkaranya akan merebak (semakin runyam).”

Lalu Walid bin Hisyam bin al-Mughirah mengusulkan, “Aku pernah berada di Syam. Aku melihat para raja di sana membuat dîwân dan mengorganisasi tentara (dengan dîwân tersebut). Jadi, buatlah dîwân dan organisasikan pasukan (dengan dîwân itu).

Kemudian Umar mengambil usulan tersebut. Lalu Umar memanggil Aqil bin Abi Thalib, Mukhrimah bin Naufal, dan Jubair bin Muth‘im; mereka adalah orang-orang yang ahli dalam masalah silsilah nasab Quraisy. Umar berkata, “Catatlah orang-orang menurut posisi (urutan) nasab mereka!

Setelah Islam menguasai Irak, dîwân-dîwân itu berjalan sebagaimana praktik sebelumnya. Dîwân Syam menggunakan ‘sistem’ Romawi karena sebelumnya termasuk bagian dari wilayah Romawi. Dîwân di Irak menggunakan ‘sistem’ Persia karena sebelumnya Irak termasuk bagian wilayah Persia. Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan, dîwân Syam ditransformasikan ke ‘sistem’ Arab pada tahun 81 H, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan berbagai dîwân sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan tuntutan pengaturan kepentingan rakyat. Ada dîwân yang khusus mengatur pasukan yang bertugas mengatur pengangkatan dan penggajian tentara. Ada dîwân yang dikhususkan mengurusi pekerjaan yang bertugas memberikan instruksi dan mengatur hak-hak masyarakat. Ada dîwân yang khusus mengatur pengangkatan dan pemberhentian para wali dan amil. Ada juga dîwân yang khusus mengatur Baitul Mal, baik pemasukan maupun pengeluarannya. Begitulah seterusnya. Dengan demikian, pembentukan dîwân-dîwân tersebut semuanya berhubungan dengan keperluan, yang teknisnya bisa berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain, sesuai dengan perbedaan cara dan sarananya.

Di tiap-tiap dîwân diangkat seorang kepala dîwân dan untuk membantunya diangkat sejumlah pegawai. Kepala dîwân itu bisa saja diberi wewenang untuk mengangkat pegawai pada beberapa kondisi, sementara pada kondisi yang lain pegawai itu bisa saja langsung diangkat sebagai pegawai dîwân tersebut.

Karena itu, pembentukan lembaga administratif untuk mengatur kepentingan rakyat, atau yang disebut sebagai dîwân, harus disesuaikan dengan keperluan yang ada dan juga disesuaikan dengan cara dan sarana yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian, boleh saja dîwân berbeda-beda pada setiap saat, bahkan boleh berbeda di setiap wilayah (propinsi) atau di setiap negeri.

Ini dilihat dari sisi pembentukan lembaga administratif untuk mengatur kepentingan rakyat, atau dari sisi pembentukan dîwân. Adapun dari sisi tanggung jawab para pegawai, maka mereka adalah para pekerja dan pada saat yang sama mereka juga berposisi sebagai râ‘in (pelayan/pengurus rakyat). Dari sisi posisi mereka sebagai pekerja, yaitu dari sisi pelaksanaan tugas, mereka bertanggung jawab kepada kepala jawatan, yaitu kepada direktur jawatan. Adapun dari sisi pelayanan/pengrurusan mereka bertanggung jawab kepada para penguasa, para wali, dan Mu‘âwin. Mereka juga bertanggung jawab kepada Khalifah. Mereka terikat dengan hukum-hukum syariah dan peraturan-peraturan administratif yang ada.

Strategi Pengaturan Departemen

Strategi dalam mengatur kepentingan masyarakat dilandasi dengan kesederhanaan aturan, kecepatan pelayanan, dan profesionalitas orang yang mengurusinya. Hal ini diambil dari realitas pelayanan kepentingan itu sendiri. Orang-orang yang memiliki kepentingan menginginkan kecepatan dan kesempurnaan pelayanan. Rasulullah saw. pernah bersabda:

Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berlaku ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh (melaksanakan qishâsh) maka lakukanlah pembunuhan itu secara ihsan (baik/ sempurna). Jika kalian menyembelih maka lakukan penyembelihan itu secara baik/sempurna.... (HR Muslim dari Syadad bin Aus).

Ihsân (kebaikan, kesempurnaan) dalam melaksanakan pekerjaan jelas diperintahkan oleh syariah. Untuk merealisasikan kebaikan/kesempurnaan dalam melaksanakan pekerjaan, harus terpenuhi tiga hal berikut dalam manajemennya:
(1)Kesederhanaan aturan; karena kesederhanaan aturan itu akan memberikan kemudahan dan kepraktisan, sementara aturan yang rumit akan menyebabkan kesulitan.
(2)Kecepatan dalam pelayanan transaksi; karena hal itu akan mempermudah orang yang memiliki keperluan.
(3)Pekerjaan itu ditangani oleh orang yang mampu dan profesional.

Ketiga hal itu menjadi wajib bagi kesempurnaan pekerjaan sebagaimana juga dituntut oleh pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.

Yang Boleh Menjadi Pegawai Struktur Administratif

Setiap orang yang memiliki kewarganegaraan dan memenuhi kualifikasi, baik laki-laki ataupun perempuan, Muslim maupun non-Muslim, boleh diangkat menjadi direktur suatu departemen, jawatan, atau unit. Mereka juga boleh menjadi pegawai di departemen, jawatan, dan unit-unit yang ada.

Ketentuan ini diambil dari hukum-hukum kepegawaian/ perburuhan (ijârah). Sebab, sesuai dengan hukum ijârah, direktur-direktur dan para pegawai negeri merupakan ajir (pekerja/ pegawai). Karena itu, negara boleh mempekerjakan pegawai secara mutlak, baik Muslim maupun non-Muslim. Hal itu sesuai dengan keumuman dan kemutlakan dalil-dalil tentang ijârah.

Allah SWT berfirman:
فَإِنْ أَرْضَعْنَ لَكُمْ فَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ
Jika mereka menyusui anak-anak untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya. (TQS ath-Thalaq [65]: 6).

Ayat ini bersifat umum dan tidak dikhususkan untuk Muslim saja. Imam al-Bukhari telah menuturkan riwayat dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. yang pernah bersabda:

Allah SWT telah berfirman: Ada tiga golongan yang aku akan perkarakan pada Hari Kiamat kelak .... dan seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang pekerja, lalu pekerja itu telah menyelesaikan pekerjaannya, namun ia tidak memberikan upahnya.

Hadis ini bersifat mutlak dan tidak dibatasi hanya untuk pegawai yang Muslim saja. Apalagi bahwa Rasulullah saw. pernah mempekerjakan seorang laki-laki dari Bani ad-Dil yang masih memeluk agama kaumnya (musyrik). Hal ini menunjukkan kebolehan mempekerjakan non-Muslim sebagaimana bolehnya mempekerjakan seorang Muslim. Begitu pula, boleh mempekerjakan seorang wanita sebagaimana bolehnya mempekerjakan seorang laki-laki. Hal ini sesuai dengan keumuman dan kemutlakan dalil-dalil ijârah itu. Karena itu, wanita boleh saja menjadi direktris sebuah departemen, jawatan, atau unit yang ada dalam negara; sebagaimana ia juga boleh menjadi pegawai di instansi-instansi tersebut, karena mereka adalah pekerja, sedangkan dalil-dalil ijârah bersifat umum dan mutlak.[]

Selengkapnya tentang ajhizah-ad-daulah (STRUKTUR NEGARA KHILAFAH) dan daftar isi klik disini.  

Konstruksi dan Detail Beton Bertulang

TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN DENGAN KONSTRUKSI BETON

Sifat dan Karakteristik Beton sebagai Material Bangunan

Material Penyusun Beton Bertulang

Konstruksi dan Detail Beton Bertulang

Konstruksi Beton Bertulang

Hingga saat ini, penggunaan konstruksi beton tetap menjadi pilihan utama dalam pembangunan. Keputusan ini didasarkan tidak hanya pada kemudahan pengerjaan dan kekuatan tekan yang tinggi, melainkan juga karena mudahnya mendapatkan bahan-bahan penyusun serta kelancaran dalam proses produksi beton.

Sistem Konstruksi Beton Bertulang 

Sistem konstruksi beton yang digunakan antara lain: 

a) Slab dan Balok

Lantai dan Balok

Dalam berbagai sistem beton bertulang, yang paling sederhana adalah lantai satu arah konvensional [Gambar (a)]. Keuntungan dari sistem ini adalah kemudahannya dalam pelaksanaan. Sistem ini, dengan tinggi yang tetap, cocok terutama untuk bentang kecil. Namun, untuk bentang yang lebih besar, berat sendiri lantai menjadi sangat besar, sehingga lebih efisien menggunakan lantai ber-rusuk [Gambar (b) berikut].

Sistem balok satu arah dengan lantai satu arah melintang dapat digunakan untuk bentang yang relatif panjang (terutama jika balok tersebut post-tensioned) dan mampu menopang bentang yang besar. Sistem seperti ini biasanya memiliki tinggi yang lebih besar. Jarak antar balok biasanya ditentukan berdasarkan kebutuhan untuk mendukung lantai melintang.

Sistem konstruksi untuk struktur beton
Sistem konstruksi untuk struktur beton 

b) Sistem Plat Ber-rusuk Satu Arah 

Sistem Lantai Ber-rusuk Satu Arah

Sistem lantai dengan rusuk satu arah terdiri dari lantai berusuk yang dibuat dengan menuangkan beton pada perancah baja atau fiberglass berbentuk khusus [lihat gambar (c) diatas]. Balok melintang dengan berbagai tinggi dapat dengan mudah dicor di tempat, sehingga dalam sistem ini, pola denah kolom dapat sangat bervariasi. Balok memanjang juga dapat dengan mudah dicor di tempat dengan mengatur jarak panjangnya. Plat ber-rusuk ini dapat memiliki bentang lebih besar dibandingkan dengan plat massif, terutama jika plat ber-rusuk tersebut diberi pasca-tegangan (post-tensioned). Penopang vertikal dalam sistem ini bisa berupa kolom atau dinding bata yang menahan beban. 

Sistem kolom dan plat ber-rusuk memiliki kemampuan besar dalam menahan beban horizontal karena balok, baik yang membujur maupun melintang, dicor menjadi satu dengan sistem lantai. Dengan demikian, aksi rangka akan terjadi pada kedua arah, baik tranversal maupun longitudinal.

c) Konstruksi Plat Datar

Lantai datar adalah sistem slab beton bertulang dua arah dengan tinggi konstan [lihat Gambar (d) diatas]. Konstruksi ini cocok untuk digunakan pada beban atap dan lantai ringan dengan bentang relatif pendek. Sistem ini sering digunakan pada konstruksi rumah, dan meskipun lebih cocok dengan pola kolom yang teratur, masih bisa digunakan dengan pola kolom yang tidak teratur. Meskipun sistem lantai datar ini tidak dapat memiliki bentang sebesar sistem yang menggunakan balok atau rusuk, namun memungkinkan untuk memperoleh jarak plafon ke lantai yang lebih kecil daripada sistem lainnya. Pada lantai datar, diperlukan lebih banyak tulangan baja karena ketebalan plat yang digunakan relatif tipis.

Faktor desain yang kritis pada lantai datar umumnya terletak pada geser pons di pertemuannya dengan kolom. Oleh karena itu, dibutuhkan tulangan khusus di daerah ini. Kolom yang berada di tepi plat biasanya ditempatkan agak ke dalam untuk memastikan bahwa luas kritis pons tetap besar.

Kestabilan lateral untuk seluruh susunan plat dan kolom juga harus diperhatikan. Karena plat dan kolom dicor secara monolit, titik hubungnya relatif kaku dan memberikan kontribusi pada tahanan lateral struktur, terutama untuk gedung bertingkat rendah. Namun, karena elemen plat tipis, tahanan ini terbatas. Pada struktur bertingkat tinggi, kestabilan terhadap beban lateral dapat dicapai dengan menggunakan dinding geser atau elemen inti yang dicor di tempat, biasanya terletak di sekitar elevator atau tangga.

Sistem lantai datar memiliki keuntungan lain, yaitu kemudahan pembuatan perancah. Perilaku planar pada permukaan bawah juga memudahkan desain dan penempatan komponen gedung lainnya. Sistem ini sering digunakan pada gedung apartemen dan asrama yang membutuhkan ruang fungsi yang tidak terlalu besar, namun memerlukan banyak ruangan.

d) Konstruksi Slab Datar

Lantai datar adalah sistem beton bertulang dua arah yang mirip dengan plat datar, namun dengan perbedaan pada luas kontak antara plat dan kolom yang diperbesar menggunakan drop panels dan/atau kepala kolom [lihat Gambar (e) diatas]. Drop panels atau kepala kolom berfungsi untuk mengurangi risiko terjadinya keruntuhan geser pons. Sistem ini terutama cocok untuk kondisi pembebanan yang relatif berat, seperti pada gudang, dan sesuai untuk bentang yang lebih besar daripada lantai datar biasa. Penggunaan drop panels dan kepala kolom juga berkontribusi dalam meningkatkan tahanan sistem lantai-dan-kolom terhadap beban lateral.

e) Konstruksi Slab dan Balok Dua Arah

Sistem lantai dan balok dua arah terdiri dari lantai dengan balok beton bertulang yang dicor di tempat secara menyatu (monolit), dan balok ini ditempatkan di sekeliling lantai [lihat Gambar (f) diatas]. Sistem ini efektif untuk kondisi beban besar dan bentang menengah. Bahkan, beban terpusat yang signifikan dapat diatasi dengan baik ketika diterapkan langsung di atas balok. Penyangga vertikal selalu diperlukan dalam bentuk kolom pada sistem ini. Dengan balok dan kolom yang dicor menyatu, sistem ini secara alami membentuk rangka pada kedua arah, meningkatkan kapasitas tahanan terhadap beban lateral. Karena keunggulannya ini, sistem dua arah ini sering digunakan pada gedung bertingkat tinggi.

f) Slab Wafel

Slab wafel atau waffle slab adalah sistem beton bertulang dua arah dengan tinggi yang konstan, memiliki rusuk di kedua arah [lihat Gambar 7.6(g)]. Rusuk ini terbentuk melalui cetakan khusus dari baja atau fibreglass. Rongga yang tercipta oleh rusuk ini sangat mengurangi berat sendiri struktur. Untuk bentang yang besar, slab wafel lebih menguntungkan dibandingkan dengan plat datar. Slab wafel juga dapat diperkuat dengan pasca tarik untuk digunakan pada bentang yang lebih besar.

Di sekitar kolom, slab wafel biasanya tetap tebal. Daerah yang kaku ini berfungsi serupa dengan drop panels atau kepala kolom pada slab datar. Hal ini mengurangi risiko keruntuhan geser pons dan meningkatkan kapasitas tahanan momen sistem ini, termasuk kapasitas pemikulan beban.

g) Bentuk Lengkung

Setiap bentuk lengkung, baik tunggal maupun ganda, seperti silinder, kubah, dan sebagainya, dapat dibuat menggunakan beton bertulang. Umumnya, cangkang beton tersebut diperkuat dengan jaringan tulangan baja di dalamnya. Pada area yang mengalami gaya internal besar, jumlah tulangan biasanya lebih banyak. Pemberian pasca tarik umumnya dilakukan pada elemen-elemen khusus, contohnya adalah cincin tarik pada kubah.

h) Elemen Beton Pracetak

Elemen beton pracetak adalah elemen yang dibuat di luar lokasi bangunan dan harus diangkut ke tempat penggunaannya. Elemen ini biasanya memiliki bentang satu arah dan sering kali dilengkapi dengan pratarik. Ada berbagai bentuk penampang melintang yang dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi bentang dan beban. Elemen pracetak ini lebih sering digunakan untuk beban yang terdistribusi merata, seperti pada lantai atau atap, dan kurang cocok untuk beban terpusat atau beban besar yang terdistribusi. Umumnya, elemen struktur pracetak ini ditumpu secara sederhana.

Penting untuk dicatat bahwa pembuatan hubungan yang dapat menahan gaya momen memerlukan konstruksi khusus, yang seringkali sulit dilakukan. Oleh karena itu, penggunaan elemen ini sebagai kantilever besar juga terbatas. Namun, keunggulan penggunaan elemen pracetak sangat terasa ketika digunakan untuk bagian yang berulang.

i) Papan Beton Pracetak

Papan beton pracetak dengan bentang pendek memiliki bentang sedikit lebih besar daripada papan kayu. Biasanya, di atas papan beton pracetak ini terdapat permukaan beton yang dicor di tempat, yang sering disebut sebagai "wearing surface." Permukaan ini digunakan di atas balok beton bertulang pracetak atau joist web terbuka. Papan beton dengan bentang besar dapat memiliki rentang antara 16 dan 34 kaki (5 hingga 11 meter), tergantung pada lebar dan tinggi elemennya. Papan beton ini biasanya diberi prategang dan memiliki rongga untuk mengurangi berat sendiri. Beton yang dicor di tempat di atas papan pracetak berfungsi sebagai penghubung geser antara elemen-elemen yang terhubung, sehingga struktur ini dapat berperilaku sebagai plat satu arah.

Papan beton umumnya cocok digunakan untuk memikul beban atap atau beban lantai yang tidak terlalu berat. Papan beton pracetak selalu ditumpu secara sederhana dan seringkali digunakan bersama dengan dinding pemikul beban sebagai sistem penumpu vertikalnya (dinding ini sebaiknya terbuat dari bata atau beton, bukan kayu). Papan tersebut juga dapat digunakan bersama dengan balok beton bertulang atau balok baja.

j) Bentuk T Rangkap dan Kanal 

Elemen prategang dan pracetak dengan satu arah dan ber-rusuk dapat digunakan untuk bentang yang panjang [lihat Gambar (i) diatas]. Jenis elemen ini sering digunakan untuk menopang beban mati dan hidup pada atap. Di atas elemen ini, umumnya menggunakan beton yang dicor di tempat sebagai lantai, sekaligus sebagai penghubung dengan elemen T lain yang berdekatan.

k) Bentuk T Tunggal

Elemen prategang dan pracetak yang besar, biasanya memiliki bentang relatif yang panjang. Elemen ini jarang digunakan untuk situasi dengan bentang kecil karena pemasangannya yang sulit. Elemen ini selalu ditopang secara sederhana dan dapat digunakan untuk menopang beban yang relatif besar. Sebagai contoh, elemen ini cocok untuk digunakan dalam garasi dan bangunan lain yang memiliki bentang besar serta beban yang lebih besar dari beban biasa [lihat Gambar (j)].

l) Sistem Gedung Khusus  

Beberapa sistem dapat digabungkan untuk membentuk sebuah gedung secara menyeluruh [lihat Gambar (l)]. Pendekatan yang umum digunakan untuk konstruksi rumah ini dapat dibagi menjadi dua kelompok: (1) sistem-sistem yang memiliki elemen datar atau linear (yang tidak diproduksi di lokasi), seperti dinding atau sistem lain yang membentang secara horizontal, kemudian dipasang di lokasi (biasanya dengan sistem pascatarik) untuk membentuk suatu volume; dan (2) sistem-sistem yang telah membentuk volume di luar lokasi dan kemudian diangkut ke lokasi.


Ukuran Elemen

Pada Gambar berikut, terlihat batasan-batasan bentang dan tinggi yang umum digunakan untuk beberapa sistem beton bertulang. Kolom beton bertulang biasanya memiliki perbandingan tebal terhadap tinggi (t/h) yang bervariasi, mulai dari 1:15 untuk kolom yang pendek dan memiliki beban ringan, hingga sekitar 1:6 untuk kolom yang tinggi dan dibebani besar pada gedung bertingkat banyak. Adapun dinding beton bertulang yang berfungsi sebagai pemikul beban memiliki perbandingan t/h yang berkisar antara 1:22 dan 1:10.

 Perkiraan batas bentang untuk berbagai sistem beton

Detail Beton bertulang



Selengkapnya mengenai Teknik Struktur Bangunan


Sambungan balok dengan dudukan tanpa perkuatan

Penggunaan Konstruksi Baja : Dasar Perencanaan Struktur Baja 

Batang Tarik | Batang Tekan | Batang Lentur | Kombinasi Lentur dan Gaya Aksial Gelagar Plat

...

Sambungan balok dengan dudukan tanpa perkuatan
Sambungan balok dengan dudukan tanpa perkuatan merupakan alternatif dari sambungan balok sederhana menggunakan siku badan. Dalam metode ini, balok dapat ditumpu pada satu dudukan tanpa memerlukan perkuatan tambahan (stiffened). Dudukan tanpa perkuatan diilustrasikan pada gambar 6.42 dan direncanakan untuk menanggung reaksi penuh. Tujuan dari sambungan ini hanya untuk memindahkan reaksi vertikal dan seharusnya tidak menimbulkan momen besar pada ujung balok.

Tebal dudukan ditentukan oleh tegangan lentur pada penampang kritis siku tersebut, seperti yang terlihat pada gambar 6.43. Pada gambar 6.43(a), sambungan menggunakan baut tanpa penyambungan ke balok. Penampang kritis diambil pada penampang netto yang melalui barisan baut teratas. Jika balok dihubungkan ke dudukan seperti pada gambar (b), rotasi ujung balok akan menghasilkan gaya yang mencegah pemisahan balok dari kolom. Pada sambungan yang dilas, pengelasan penuh sepanjang ujung dudukan akan melekatkan siku pada kolom, sehingga penampang kritisnya ditunjukkan pada gambar (c), tanpa memandang apakah balok dihubungkan dengan dudukannya.
Sambungan balok dengan dudukan tanpa perkuatan

Penampang kritis untuk lentur pada dudukan

Sambungan dudukan dengan perkuatan

Sambungan dudukan dengan perkuatan

Sambungan dudukan dengan perkuatan digunakan ketika reaksi pada dudukan terlalu berat. Siku dudukan pada konstruksi baut dapat diperkuat, atau dudukan dengan perkuatan berbentuk T pada konstruksi las. Penting untuk dicatat bahwa sambungan ini tidak dimaksudkan untuk menahan momen, melainkan hanya untuk menahan beban vertikal. Contoh sambungan dudukan dengan perkuatan dapat dilihat pada Gambar.



Selengkapnya mengenai Teknik Struktur Bangunan

Kombinasi Lentur dan Gaya Aksial (Penggunaan Konstruksi Baja)

Penggunaan Konstruksi Baja : Dasar Perencanaan Struktur Baja

Batang Tarik

Batang Tekan

Batang Lentur

Kombinasi Lentur dan Gaya Aksial 

Batang pada struktur umumnya mengalami momen lentur dan beban aksial, baik tarik maupun tekan. Jika salah satu pengaruhnya relatif kecil, seringkali diabaikan, dan batang direncanakan sebagai balok, kolom dengan beban aksial, atau batang tarik. Namun, dalam banyak kasus, kedua pengaruh tersebut harus diperhitungkan, terutama dalam perencanaan batang yang memikul tekanan aksial dan momen lentur, yang disebut balok-kolom.


Ketika lentur terjadi, faktor-faktor seperti lentur, geser, dan torsi (puntiran) berlaku, terutama yang berkaitan dengan stabilitas, seperti tekuk puntir lateral dan tekuk setempat pada elemen tekan. Gabungan lentur dan tekanan aksial menghasilkan berbagai mode kegagalan, termasuk kegagalan akibat leleh pada tarikan aksial, ketidakstabilan pada bidang lentur tanpa puntir (contoh: balok-kolom dengan beban transversal yang stabil terhadap tekuk puntir lateral), atau ketidakstabilan pada bidang lentur karena tekuk puntir lateral (contoh: profil W). Ada juga kegagalan yang disebabkan oleh gabungan puntir dan lentur pada penampang terbuka berdinding tipis.

Karena beragamnya mode kegagalan, prosedur perencanaan yang sederhana seringkali tidak mencakup semua kelakuan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, terdapat beberapa pendekatan perencanaan yang dapat digunakan, termasuk pembatasan tegangan gabungan, rumus interaksi semi-empiris berdasarkan metode tegangan kerja (working stress), dan prosedur interaksi semi-empiris berdasarkan kekuatan batas. Persamaan interaksi, seperti yang terdapat dalam spesifikasi AISC untuk balok-kolom, mendekati perilaku yang sebenarnya karena mempertimbangkan kondisi stabilitas yang sering dijumpai.

Gelagar Plat

Selengkapnya mengenai Teknik Struktur Bangunan



 

Properti Syariah



Pasang Depot Air Minum Isi Ulang


.
Besi Beton + Wiremesh Murah


© 2011 - | Buku PR, TUGAS, dan Catatan Sekolah | www.suwur.com | pagar | omaSae | AirSumber | Bengkel Omasae, | Tenda Suwur |