2.2 Jenis Tata Busana
Busana sangat beragam jenis dan bentuknya. Busana teater
secara garis besar dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu;
busana sehari-hari, busana tradisional, busana sejarah, dan busana
fantasi.
2.2.1 Busana Sehari-hari
Busana sehari-hari adalah busana yang dipakai dalam kehidupan
keseharian masyarakat. Busana sehari-hari juga memiliki bentuk yang
beragam, tergantung dari tingkat sosial msyarakat yang memakai.
Misalnya, busana petani berbeda dengan busana seorang tuan tanah.
Busana sehari-hari dapat menunjukkan tingkat sosial seseorang yang
memakainya. Busana sehari-hari banyak dipakai dalam pementasan
teater realis. Dimana teater realis merupakan gambaran kehidupan
sehari-hari (illusion of nature).
2.2.2 Busana Tradisional
Setiap masyarakat memiliki busana tradisional sesuai dengan
kebudayaannya. Busana tradisional mencerminkan karakteristik
masyarakat yang membedakan dengan kelompok masyarakat lain.
Setiap bangsa memiliki busana tradisionalnya sendiri. Gambar 188 dan
189 menunjukkan beragam busana tradisional. Indonesia sangat kaya
dengan busana tradisional, misalnya Jawa memiliki busana tradisional
yang disebut kebaya. Kebaya sendiri juga memiliki karakteristik berbeda,
antara kebaya Jawa Tengah, Sunda, dan Bali. Masyarakat Minangkabau
memiliki baju kurung.
Naskah-naskah teater memiliki latar sosial budaya yang beragam.
Naskah Panembahan Reso karya Rendra memiliki latar sosial budaya
Jawa, naskah Puti Bungsu karya Wisran Hadi memiliki latar sosial
budaya Sumatera. Busana yang dibutuhkan naskah tersebut adalah
busana tradisional sesuai dengan latar sosial budaya dimana peristiwa
terjadi. Pementasan teater yang mengambil naskah asing sering juga
diadaptasi ke latar sosial budaya tertentu, misalnya Hamlet dipentaskan
dengan latar sosial budaya Jawa. Oleh karena itu, penata busana perlu
mempelajari beragam busana tradisional.
2.2.3 Busana Sejarah
Busana yang mencerminkan zaman tertentu dari suatu masa
(Gb.190). Dalam pementasan teater, busana ini sering dipakai ketika
pertunjukan mengangkat lakon-lakon sejarah. Busana sejarah terikat
dengan masa tertentu, sehingga penata busana perlu mempelajari
konvensi busana pada masa dimana peristiwa dalam naskah terjadi.
Contohnya, naskah Domba-domba Revolusi karya B. Sularto yang latar
peristiwanya terjadi pada masa perjuangan, maka busana dirancang
mengacu pada busana masa perjuangan. Oleh karena itu, penata busana
perlu mengetahui model, warna, tekstur, dan corak busana pada masa
perjuangan.
2.2.4 Busana Fantasi
Istilah busana fantasi adalah untuk mengidentifikasikan jenis-jenis
busana yang lahir dari imajinasi dan fantasi perancang (Gb.191). Dalam
hal ini, busana ini tidak lazim ditemui dan dipakai dalam kehidupan
sehari-hari. Busana jenis ini juga dimaksudkan untuk busana tokoh-tokoh
yang tidak riil dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tokoh bidadari,
malaikat, atau dewa. Busana-busana untuk tokoh semacam ini membutuhkan rancangan khusus sehingga membedakan dengan tokoh
yang riil.
2.3 Bahan dan Peralatan Tata busana
Bahan busana yang dapat dimanfaatkan untuk pementasan teater
sangat beragam. Bahan busana teater mencerminkan pencapaian
teknologi pengolahan bahan di suatu zaman. Pada era teater primitif
bahan busana diolah dari materi-materi yang ada di lingkungan dimana
teater tersebut hidup. Secara garis besar, bahan busana untuk
pementasan teater dapat digolongkan menjadi bahan alami, kain (tekstil),
bahan sintetik, dan kulit.
2.3.1 Bahan Tata Busana
Dalam pementasan teater bahan yang digunakan untuk membuat
tata busana bermacam-macam. Karena pertunjukan teater berbeda
dengan kehidupan nyata, maka busana dalam teater dapat dibuat
dengan bahan yang awet atau dari bahan sintetis atau bahan lain sekedar untuk kepentingan pementasan. Berbagai macam jenis bahan
tersebut di antaranya adalah; bahan alami, tekstil, busa, spon, dan kulit.
2.3.1.1 Bahan Alami
Bahan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan
bahan yang sering dimanfaatkan manusia untuk busana.
Bagian yang biasa dipakai untuk bahan busana adalah daun,
batang, dan kulit kayu. Orang-orang Mesir pada zaman dahulu mengolah
serat rami menjadi bahan busana. Rami diolah dari tumbuhan sejenis
rumput yang tumbuh di sekitar sungai Nil. Rami diolah menjadi lembaranlembaran
yang bisa dipakai untuk bahan busana. Bahan busana dari
tumbuh-tumbuhan juga dimanfaatkan untuk seni pertunjukan. Beberapa
bentuk teater tradisonal memanfaatkan bahan alami untuk busana. Di
Bali terdapat seni pertunjukan bernama Brutuk yang menggunakan daun
pisang sebagai bahan busana. Di berbagai bangsa yang masih primitif
sering menggunakan bahan-bahan alami ini untuk busana. Di
Kalimantan, masyarakat Dayak Kalimantan juga mengolah kulit kayu
untuk pakaian dengan diberi ornamen. Pakaian-pakaian tersebut juga
dipakai untuk kepentingan-kepentingan pertunjukan.
2.3.1.2 Tekstil
Tekstil atau kain merupakan bahan utama pembuatan busana.
Bahan tekstil merupakan bahan yang paling banyak dipakai untuk
pementasan teater.
Tekstil sebenarnya juga bersumber dari bahan-bahan alami baik
dari serat tumbuhan maupun serat binatang. Wol, misalnya, adalah
sejenis tekstil yang diolah dari bulu domba. Pengolah wol menjadi tekstil
diperkirakan sudah ada semenjak zaman Neolitikum (3000 Sebelum
Masehi). Pada 3000 tahun SM di lembah Indus, India, kapas telah diolah
menjadi kain. Bangsa Cina mengolah kain sutera yang berasal dari ulat
sutera yang hidup di pohon murbai. Pada perkembangannya, kain
memiliki berbagai jenis dengan karakter yang berbeda-beda.
Karakter tekstil meliputi tebal-tipis, kaku-lembut, kasar-halus, dan
mengkilat- kusam. Karakter tekstil berpengaruh pada kualitas busana
yang diciptakan. Setiap model busana membutuhkan karakter bahan
tertentu. Satu busana bisa saja membutuhkan bahan yang memiliki
karakter yang berbeda-beda. Perkembangan tekstil berpengaruh besar
pada model busana dalam setiap periode.
2.3.1.3 Busa
Busa merupakan bahan yang penting dalam pembuatan busana
teater.
Busa juga memiliki jenis dan karakter yang berbeda-beda. Busa dengan
pori-pori yang lebar memiliki karakter lunak dan elastis sering
dimanfaatkan untuk mengisi dan menebalkan bagian busana tertentu,
misalnya bagian pundak untuk menyamarkan pundak yang sempit dan
turun. Rancangan busana untuk tokoh binatang yang membutuhkan
penambahan bentuk tubuh, bisa memanfaatkan busa.
2.3.1.4 Spon
Spon bertekstur padat dengan karakter yang liat seperti karet.
Spon dimanfaatkan untuk pembuatan busana-busana perang. Spon
bertekstur padat dan halus. Spon apabila dicat dengan teknik tertentu
dapat memberikan karakter keras, misalnya seperti benda-benda yang
terbuat dari logam.
2.3.1.5 Kulit
Kulit biasnya berbentuk lembaran seperti kain. Biasa
dimanfaatkan untuk busana sejenis jaket.
Kulit yang baik adalah yang diambil dari kulit binatang. Ada pula sejenis
kulit sintetik yang memiliki karakter tidak jauh berbeda, dengan kualitas di
bawah kulit binatang.
2.3.2 Peralatan Tata Busana
Peralatan dalam tata busana sangat beragam. Peralatan akan
menyangkut teknik pemakaian dan produksi tata busana. Busana untuk
pementasan teater terkadang tidak harus diproduksi, tetapi
memanfaatkan busana yang ada. Sebaliknya, busana teater harus
diproduksi, mulai dari desain, pencarian bahan, pembuatan pola, dan
menjahit. Masing-masing membutuhkan peralatan yang berbeda-beda.
Secara garis besar, peralatan pembuatan busana teater adalah sebagai
berikut:
Gunting
Gunting untuk produksi busana, terdapat beberapa jenis
dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu:
Gunting kain. Adalah gunting khusus untuk memotong kain.
Gunting kain memiliki dua pegangan yang berbeda. Pegangan
besar untuk menempatkan emapt jari, sedangkan pegangan
kecil untuk menempatkan ibu jari. Gunting kain tidak boleh
dipakai untuk menggunting bahan lain, karena mudah tumpul.
Gunting benang, berfungsi untuk menggunting benang bagianbagian
busana yang sulit dijakangkau dengan gunting kain.
Gunting ini hanya memiliki satu pegangan untuk
menempatkan dua jari.
Gunting listrik, dipakai untuk memotong kain dalam jumlah
yang banyak. Gunting listrik biasa dipakai dalam industri
busana-busana jadi. Gunting jenis ini jarang dipakai untuk
memproduksi busana teater di Indonesia, kecuali produksi
yang besar dan mmbutuhkan busana dengan jumlah yang
besar pula.
Penggaris
Penggaris merupakan alat penting dalam memproduksi
busana. Penggaris yang dibutuhkan juga beragam, mulai dari
ukuran dan bentuknya. Termasuk penggaris khusus yang
diproduksi untuk kepentingan pembuatan busana, misalnya
penggaris dressmaking untuk membentuk bagian pinggul.
Rader
Rader merupakan alat yang berfungsi untuk menekan karbon
jahit saat memberi tanda pola pada bahan busana yang akan
dijahit. Rader memiliki ujung yang beroda. Roda rader
bermacam-macam, mulai dari yang polos, beroda tumpul,
sampai roda bergerigi tajam.
Pencabut Benang
Pada busana sering terdapat jahitan yang tidak terpakai atau
terjadi kekeliruan dalam proses menjahit. Oleh karena itu
dibutuhkan alat pencabut benang. Alat ini berupa logam yang
ujungnya bercabang.
Jarum
Jarum merupakan peralatan yang penting. Jarum juga
bermacam-macam jenis dan fungsinya. Jarum tisik untuk
memasang berbagai asesoris baik berupa kain atau manikmanik.
Jarum jahit adalah jarum khusus yang terpasang pada
mesin jahit. Jenis jarum yang lain adalah jarum pentul yang
berfungsi untuk menyematkan asesoris atau mengaitkan satu
unsur busana dengan unsur yang lain.
Mesin jahit
Mesin jahit terdapat berbagai jenis pula. Mesin jahit yang
umum digunakan adalah mesin jahit manual yang
dioperasikan dengan kayuhan kaki. Jenis mesin jahit lain
adalah mesin jahit listrik. Mesin jahit ini dapat bekerja lebih
cepat dengan hasil yang lebih baik.
Setrika
Setrika dibutuhkan pada saat produksi busana dan persiapan
pementasan. Setrika yang paling sering dipakai adalah setrika
listrik yang dapat diatur temperaturnya. Terdapat pula setrika
dengan semprotan air. Setrika dengan semprotan air akan
mempercepat proses dalam melicinkan busana.
Boneka Jahit
Boneka jahit berbentuk torso yang tersedia dalam berbagai
ukuran standar, yaitu S, M , L, dan XL. Fungsinya untuk
meletakkan busana agar dapat mengetahui jatuhnya jahitan.
2.4 Praktek Tata Busana
Membuat busana untuk pementasan teater membutuhkan
persiapan yang matang dengan tata urutan kerja yang sistematik.
Seorang perancang busana tidak bisa kerja sendiri, karena karyanya
berhubungan dengan tata artistik lain. Dimensi dan warna busana
tergantung pada pencahayaan yang dikerjakan penata cahaya.
Rancangan busana juga harus mempertimbangkan masukan sutradara,
karena sutradara yang mengetahui bentuk, pola, dan gaya permainan.
2.2 Jenis Tata Busana
2.2.1 Busana Sehari-hari
2.2.2 Busana Tradisional
2.2.3 Busana Sejarah
2.2.4 Busana Fantasi
2.3 Bahan dan Peralatan Tata busana
2.3.1 Bahan Tata Busana
2.3.1.1 Bahan Alami
2.3.1.2 Tekstil
2.3.1.3 Busa
2.3.1.4 Spon
2.3.1.5 Kulit
2.3.2 Peralatan Tata Busana
2.4 Praktek Tata Busana
Posting Komentar