Titik Awal, Titik Tolak dan Titik Tegak Dakwah.
Oleh: Abd. Rifai (Mahasantri Sekolah Peradaban)
Betul bahwa Islam universal, tiap orang bisa menerima Islam, baik mereka yang strata pendidikannya rendah apalagi yang strata pendidikannya tinggi. Betul juga bahwa Islam bisa diemban atau didakwahkan oleh siapa saja, bahkan memang menjadi kewajiban kaum muslimin untuk menyampaikan Islam walaupun itu hanya satu ayat.
Namun, untuk memulai dakwah pertama kali tidak boleh dimulai diberbagai tempat secara bersamaan, jika tidak ingin dakwah itu gagal dan jauh dari keberhasilan yang diinginkan. Dakwah harus dimulai dari satu orang yg memiliki kapasitas dalam menganalisis kondisi masyarakat yang rusak, dan memunculkan solusi terkait problematika tersebut. Dari satu orang inilah dakwah akan tersebar, menembus batas-batas suatu negara, mencerahkan dan memberikan harapan akan sebuah perubahan yang diimpikan oleh umat manusia, merontokkan kedzoliman demi kedzoliman yang dirasakan, dan yang terpenting adalah terwujudnya hukum Allah SWT yang diwajibkan atas mereka.
Tempat dimana dakwah pertama kali muncul dan disampaikan oleh orang yang pertama kali memulai dakwah kepada masyarakat disebut sebagai Titik Awal Dakwah (Nuqtatul Ibtida') Biasanya Titik Awal juga akan menjadi Titik Tolak Dakwah (Nuqtatul Intilaq), walaupun tidak selamanya seperti itu. Sebab, Titik Tolak Dakwah akan senantiasa berada pada wilayah atau daerah yang paling rusak di muka bumi, dimana kedzoliman kekufuran dan atheisme merajalela, penyakit sosial seperti LG87, perzinahan jadi sesuatu yang wajar. Mengapa disebut Titik Tolak, sebab di wilayah yang rusak seperti ini, dakwah akan sangat mudah diterima karena mampu memberikan solusi nyata yang diimpikan masyarakat terkait problematika yang mereka hadapi.
Titik Tegak Dakwah (Nuqtatul Irtiqaz) merupakan wilayah yang masyarakatnya memiliki potensi dan kesiapan untuk menerima Islam secara Kaffah, Fikrah dan Thariqah. Para pengembang dakwah memfokuskan dakwahnya kepada masyarakat, bukan kepada Individu, sehingga tolak ukurnya bukan jumlah pengikut atau banyaknya pengemban dakwah di daerah tersebut, sebab jika dakwah berfokus kepada jumlah maka hal itu dapat membahayakan dakwah dan membuat dakwah menjadi gagal.
Seberapapun cerdas dan dalamnya analisis seseorang, tak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti dimana Titik Tegak Dakwah akan muncul, semuanya tergantung dari pertolongan Allah SWT. Bercermin dari dakwah Rasulullah SAW, maka kita melihat bahwa Titik Awal dan Titik Tolak Dakwah adalah Makkah, namun Titik Tegak Dakwah terwujud di Madinah, sebab masyarakat Madinah telah siap menerima Islam dan mewujudkannya dalam bentuk Negara.
Sekali lagi yang menjadi tolak ukur keberhasilan dakwah adalah kesiapan masyarakat untuk menerapkan Islam bukan banyaknya Individu yang bergabung dalam dakwah atau banyaknya jumlah pengembang dakwah di daerah tersebut.
Para pengembang dakwah wajib senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT membina dan menjaga keimanan, sebab hanya dengan keterikatan dengan hukum syara'lah pertolongan Allah akan turun kepada pengembang dakwah, dan berharap kepada yang lain demi tegaknya tujuan dakwah adalah kesalahan fatal yang akan menggagalkan dakwah.
Tetap Istiqomah dalam dakwah, mari merayu Allah dengan Ibadah Nafilah dan menjaga keterikatan dengan hukum Syara'..!!!
Disyarah dari kitab Mafahim Hizbut Tahrir karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.
(Semoga Allah SWT merahmati beliau)
Oleh: Abd. Rifai (Mahasantri Sekolah Peradaban)
Betul bahwa Islam universal, tiap orang bisa menerima Islam, baik mereka yang strata pendidikannya rendah apalagi yang strata pendidikannya tinggi. Betul juga bahwa Islam bisa diemban atau didakwahkan oleh siapa saja, bahkan memang menjadi kewajiban kaum muslimin untuk menyampaikan Islam walaupun itu hanya satu ayat.
Namun, untuk memulai dakwah pertama kali tidak boleh dimulai diberbagai tempat secara bersamaan, jika tidak ingin dakwah itu gagal dan jauh dari keberhasilan yang diinginkan. Dakwah harus dimulai dari satu orang yg memiliki kapasitas dalam menganalisis kondisi masyarakat yang rusak, dan memunculkan solusi terkait problematika tersebut. Dari satu orang inilah dakwah akan tersebar, menembus batas-batas suatu negara, mencerahkan dan memberikan harapan akan sebuah perubahan yang diimpikan oleh umat manusia, merontokkan kedzoliman demi kedzoliman yang dirasakan, dan yang terpenting adalah terwujudnya hukum Allah SWT yang diwajibkan atas mereka.
Tempat dimana dakwah pertama kali muncul dan disampaikan oleh orang yang pertama kali memulai dakwah kepada masyarakat disebut sebagai Titik Awal Dakwah (Nuqtatul Ibtida') Biasanya Titik Awal juga akan menjadi Titik Tolak Dakwah (Nuqtatul Intilaq), walaupun tidak selamanya seperti itu. Sebab, Titik Tolak Dakwah akan senantiasa berada pada wilayah atau daerah yang paling rusak di muka bumi, dimana kedzoliman kekufuran dan atheisme merajalela, penyakit sosial seperti LG87, perzinahan jadi sesuatu yang wajar. Mengapa disebut Titik Tolak, sebab di wilayah yang rusak seperti ini, dakwah akan sangat mudah diterima karena mampu memberikan solusi nyata yang diimpikan masyarakat terkait problematika yang mereka hadapi.
Titik Tegak Dakwah (Nuqtatul Irtiqaz) merupakan wilayah yang masyarakatnya memiliki potensi dan kesiapan untuk menerima Islam secara Kaffah, Fikrah dan Thariqah. Para pengembang dakwah memfokuskan dakwahnya kepada masyarakat, bukan kepada Individu, sehingga tolak ukurnya bukan jumlah pengikut atau banyaknya pengemban dakwah di daerah tersebut, sebab jika dakwah berfokus kepada jumlah maka hal itu dapat membahayakan dakwah dan membuat dakwah menjadi gagal.
Seberapapun cerdas dan dalamnya analisis seseorang, tak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti dimana Titik Tegak Dakwah akan muncul, semuanya tergantung dari pertolongan Allah SWT. Bercermin dari dakwah Rasulullah SAW, maka kita melihat bahwa Titik Awal dan Titik Tolak Dakwah adalah Makkah, namun Titik Tegak Dakwah terwujud di Madinah, sebab masyarakat Madinah telah siap menerima Islam dan mewujudkannya dalam bentuk Negara.
Sekali lagi yang menjadi tolak ukur keberhasilan dakwah adalah kesiapan masyarakat untuk menerapkan Islam bukan banyaknya Individu yang bergabung dalam dakwah atau banyaknya jumlah pengembang dakwah di daerah tersebut.
Para pengembang dakwah wajib senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT membina dan menjaga keimanan, sebab hanya dengan keterikatan dengan hukum syara'lah pertolongan Allah akan turun kepada pengembang dakwah, dan berharap kepada yang lain demi tegaknya tujuan dakwah adalah kesalahan fatal yang akan menggagalkan dakwah.
Tetap Istiqomah dalam dakwah, mari merayu Allah dengan Ibadah Nafilah dan menjaga keterikatan dengan hukum Syara'..!!!
Disyarah dari kitab Mafahim Hizbut Tahrir karya Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.
(Semoga Allah SWT merahmati beliau)
Posting Komentar