Adab Terhadap Buku

📚ADAB TERHADAP BUKU📚

Salah satu adab terhadap buku adalah cara menyusunnya.

"Buku harus disusun menurut subjeknya dan buku paling penting ditempatkan paling atas,"

Musa al-Almawi (w. 1573) dalam kitab Mu'id fi Adab al-Mufid wa al-Mustafid. Urutannya adalah:

1. Mushaf Al-Quran
2. Kitab Hadits (disusun dari yang paling shahih)
3. Tafsir al-Quran
4. Kitab komentar hadits
5. Kitab Fikih
6. Kitab Ushul ad-Diin & Ushul Fiqh
7. Tata Bahasa Arab
8. Ilmu-ilmu lainnya 

Ibn Jamaah (w. 1273) dalam kitab Tadzkirah al-Sami' wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-Muta'alim merinci:

1. Jika ada dua buku tentang subjek yang sama maka yang mengandung al-Quran dan Hadits yang ditempatkan lebih atas
2. Jika sama, maka pengarangnya yang lebih penting yang ditempatkan lebih atas
3. Jika sama, maka pengarangnya yang lebih tua yang ditempatkan lebih atas
4. Jika sama, maka buku yang lebih benar penulisannya yang ditempatkan lebih atas.

Al-Almawi memberitahu adab terhadap buku:

1. Tidak boleh dijadikan menyimpan lembaran-lembaran kertas atau benda2 lain yg serupa
2. Tidak boleh dijadikan bantal
3. Tidak boleh dijadikan kipas
4. Tidak boleh dijadikan sandaran punggung atau alas berbaring
5. Tidak boleh dipakai untuk membunuh lalat dan lain-lain
6. Tidak boleh dilipat pinggir atau sudut halaman untuk menandai halaman yang sedang dibaca (penanda baca harus dipakai pembatas buku, tidak boleh pakai potongan kayu atau apapun yang terbuat dari bahan yang keras)

Maka, jika koleksi buku kita banyak harus disusun yang rapi, teratur dan sesuai adab. Jangan seperti az-Zuhri (w. 742) yang saking banyaknya buku hampir tidak tersisa ruang di rumahnya untuk keperluan lain. Ditambah lagi keasyikan az-Zuhri mengumpulkan dan mempelajari buku telah merampas hampir seluruh waktunya hingga istrinya mengeluh, "Andaikan engkau beristri 4, buku2mu ini lebih menjengkelkan bagiku ketimbang ketiga istrimu yang lain."

[Bahan dikumpulkan dari 'Etika Kesarjanaan Muslim", Franz Rosenthal dan "Elegi Gutenberg", Putut Widjanarko]