Ritme
Sebagaimana telah dijelaskan pada awal pembahasan tentang tempo di atas bahwa ritme dapat diibaratkan sebagai denyut jantung bagi musik. Dengan demikian peranan ritme sangat penting, sehingga jika musik tidak memiliki ritme yang jelas maka musik tersebut akan melayang atau kabur. Ritme atau irama, adalah susunan di antara durasi nada-nada yang pendek dan panjang, nada-nada yang bertekanan dan yang tak bertekanan, menurut pola tertentu yang berulang-ulang. Dapat juga dikatakan bahwa ritme ialah melodi yang monoton. Dalam berbagai situasi ritme ialah bagaikan denyut jantung bagi suatu karya musik sehingga tanpanya sebuah karya musik tidak bisa hidup atau bernafas. Tanda ritme terdapat dalam garis paranada pada permulaan lagu tepat setelah kunci (clef) dan tanda kunci. Tanda ritme tersusun dari dua pembagian angka. Angka yang terdapat di atas menunjukan pola tekanan yang berulang-ulang dengan dibatasi oleh garis pembatas vertikal atau biasa disebut garis birama, sedangkan angka yang terletak di bawahnya menunjukkan jenis nada yang dijadikan satuan. Guna memahami ritme secara mendalam, kita perlu mengenal jenis-jenis nada berikut jenis-jenis tanda istirahat secara paralel. Jika butir nada merupakan tanda agar nada dibunyikan maka tanda istirahat menunjukkan bahwa pemain tidak boleh membunyikan apapun selama waktu tertentu. Sementara tanda istirahat memiliki bentuk yang bervariasi, bentuk nada mengacu pada dikembangkan dari butir nada yang kosong, solid, diberi bendera. Secara internasional penamaan bentuk-bentuk nada dan tanda istirahat ada dua macam sebagaimana tampak pada tabel di atas. Di Indonesia, model penamaan kuantitas atau dengan angka adalah yang paling sering digunakan daripada istilah-istilah kualitas. Di samping bentuk-bentuk nada dan tanda-tanda istirahat di atas masih ada lagi yang sangat jarang digunakan yaitu ”breve” yang durasinya adalah dua kali lipat nada penuh.
Susunan tanda-tanda tersebut memiliki perbandingan matematis yang sangat mendasar dan mudah dipahami. Guna memahami maksud perbandingan tersebut dapat kita analogikan dengan martabak atau pizza. Pizza yang utuh memiliki nilai yang sebanding dengan nada penuh sehingga jika pizza tersebut dipotong sama rata maka setiap bagiannya bernilai seperti nada setengah. Jika pizza tersebut dipotong menjadi empat bagian yang sama besarnya maka setiap bagian pizza sebanding dengan nilai nada seperempat. Maksudnya adalah satu nada penuh memiliki nilai yang sama dengan empat buah nada seperempat. Nilai pada nada-nada biasanya dipahami langsung dengan melihat langsung perbandingan jumlah nadanya. Sebuah nada penuh sebanding dengan dua buah nada setengah, sebanding dengan empat nada seperempat, dan seterusnya.
Banyak orang memahami secara salah bahwa setiap crotchet atau nada seperempat, bernilai satu ketukan. Pemahaman yang benar ialah bahwa crotchet akan bernilai dua ketukan jika nada yang durasinya lebih pendek, yaitu quaver atau nada seperdelapan, dianggap satu ketukan. Dalam lagu berirama 4/4, crotchet bernilai satu ketukan karena pada tanda irama tersebut angka yang terdapat di atas menunjukan jumlah pola tekanan untuk setiap birama sedangkan angka yang berada di bawah menunjukkan nada mana yang harus bernilai satu ketukan. Atau dengan kata lain menunjukkan jenis nada yang mana yang dijadikan satuan ketukan; dalam hal ini tentu saja nada seperempat karena angka yang terletak di bawah ialah empat. Dalam irama 4/2 maka yang menjadi satuannya ialah nada 1/2. Konsekuensinya, nada 1/4 kini berubah nilainya menjadi setengah ketukan.
Irama-irama yang ada di dunia ini pada dasarnya dapat dikategorikan kepada tiga macam yaitu irama menari dengan pola hitungan ”tiga” atau disebut triple, irama berbaris dengan pola hitungan ”dua” atau duple dan irama umum atau yang paling lazim dengan pola hitungan ”empat” atau quadruple. Walaupun demikian dalam perkembangannya ada juga irama yang merupkan kombinasi di antara irama-irama tersebut. Misalnya irama 5/4 adalah kombinasi di antra triple dan duple. Irama 7/4 ialah kombinasi di antara irama triple dan quadruple. Irama-irama dasar, duple, triple dan quadruple ialah irama reguler sedangkan kombinasi di antara irama-irama tersebut adalah irama non reguler.
Irama-irama dasar disebut juga irama bersahaja atau simple time. Di samping simple time ada irama lain, yaitu irama ganda atau compound time yang mengacu pada pola tekanan irama bersahaja. Ciri irama ganda ialah adanya pengelompolan satuan tiga ketukan yang dilipat gandakan sesuai dengan pola-pola simple time. Contohnya ialah 6/8 yang mengacu kepada pola irama duple sehingga memiliki dua tekanan pokok yaitu pada hitungan pertama dan keempat dari enam ketukan irama ini.
Posting Komentar